Trase LRT Jakarta Berubah Melayani Sisi Timur Jakarta
Perubahan untuk menjawab integrasi layanan antarmoda dan mengisi keterhubungan layanan di timur Jakarta.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Trase LRT Jakarta yang sebelumnya akan diteruskan dari Velodrome ke Manggarai diubah menjadi Velodrome-Klender-Halim. Perubahan dilakukan untuk memenuhi penyesuaian jaringan dan mengisi keterhubungan layanan di sisi selatan dan utara wilayah timur Jakarta.
Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta dalam acara webinar Tiga Tahun LRT Jakarta, Tantangan Integrasi dan Interaksi Transportasi Umum di Era Pasca-Covid-19, Rabu (14/4/2021), menjelaskan, sesuai dengan perubahan konsep pembangunan transportasi umum DKI Jakarta dari pembangunan berorientasi mobil (car oriented development/COD) ke pembangunan berorientasi kawasan (transit oriented development/TOD), penggunaan angkutan umum sebagai tulang punggung sistem transportasi umum di Jakarta harus optimal.
Untuk penggunaan angkutan umum itu, salah satu pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan adalah integrasi secara utuh dari seluruh moda transportasi yang ada di Jakarta. Integrasi antarmoda itu juga dengan memberikan prioritas kepada pejalan kaki.
Untuk menjawab tantangan integrasi, kata Syafrin, Dishub DKI memetakan kembali jaringan perkeretaapian perkotaan Jakarta. Sejalan dengan program pemerintah pusat dan daerah, ada beberapa penyesuaian dari jaringan perkeretapian Jakarta yang menjadi tulang punggung (backbone) sistem angkutan umum massal sejalan dengan prinsip penanganan dari COD ke TOD.
”Penyesuaian itu dilakukan, di mana harus ada keterhubungan layanan di sisi selatan di wilayah timur Jakarta dengan di sisi utara di wilayah timur Jakarta,” jelas Syafrin.
Salah satu penyesuaian yang dilakukan adalah untuk trase LRT Jakarta yang saat ini terentang 5,8 km dari Kelapa Gading ke Velodrome. Trase perpanjangan LRT Jakarta yang sebelumnya direncanakan dari Velodrome akan masuk ke Manggarai hingga sampai ke Dukuh Atas, dilakukan penyesuaian jaringan.
Untuk mengisi layanan di sisi selatan wilayah Timur Jakarta, trase berubah dari Velodrome, trase akan masuk ke kawasan JIEP, kemudian ke Klender sejauh 4,5 km. Dari Klender, trase akan diteruskan ke Pondok Bambu hingga Halim sejauh 4,9 km.
Untuk sisi utara, dari Kelapa Gading, trase akan dihubungkan ke Jakarta Internasional Stadium (JIS). Dari JIS, trase LRT Jakarta akan diteruskan ke arah Kemayoran.
Secara keseluruhan, kata Syafrin, dengan perubahan itu untuk perpanjangan ke Klender, nantinya akan ada integrasi LRT dengan KRL. Seterusnya, untuk perpanjangan ke Halim, LRT Jakarta akan terintegrasi dengan kereta cepat Jakarta - Bandung dan juga LRT Jabodebek.
Sementara untuk perpanjangan ke arah utara, LRT Jakarta akan terintegrasi dengan KRL, juga akan ada integrasi dengan layanan MRT Jakarta. ”Sehingga secara keseluruhan jaringan perkeretaapian perkotaan Jakarta akan ada beberapa loop, baik inner loop maupun outer loop yang nantinya akan mendukung pergerakan masyarakat dengan berbasis angkutan umum massal di mana angkutan rel jadi backbone untuk layanan transportasi massal Jakarta,” kata Syafrin.
G Indarto Wibisono, Direktur Operasi dan Perawatan PT LRT Jakarta, menambahkan, dengan perubahan itu, konsep fase 2a dari Kelapa Gading ke JIS dan fase 2B ke Klender dan Halim akan menghubungkan LRT Jakarta dengan sejumlah titik integrasi antarmoda (integration hub). LRT Jakarta dengan Transjakarta akan terintegrasi di tujuh titik integrasi. Dengan KAI Commuter, LRT Jakarta akan terintegrai di tiga titik; lalu LRT Jakarta akan terintegrasi dengan kereta cepat Jakarta-Bandung (KCIC) di satu titik integrasi. Selain itu juga ada potensi pengembangan tujuh TOD.
Sunardi Sinaga, Deputi Gubernur DKI Jakarta bidang transportasi dalam webinar itu menyatakan, ia malah tidak mengetahui adanya perubahan trase LRT Jakarta itu. Ia memahami, dengan trase LRT Jakarta yang masih pendek, ke depannya trase harus bisa sampai ke Dukuh Atas. Yaitu supaya terintegrasi dengan sejumlah moda di sana, seperti LRT Jabodebek, MRT Jakarta, KRL, dan Transjakarta.
Seiring adanya perubahan itu, ia menegaskan, masalah yang dihadapi adalah integrasi. ”LRT yang dibangun Jakarta dan Kemenhub (LRT Jabodebek) harus bisa terkoneksi, apakah sistemnya atau memang akan ada konektivitas di stasiun tertentu,” jelas Sinaga.
Pekerjaan rumah terberat sekarang ini yang dihadapi DKI, jelas Sinaga, adalah pengembangan koridor lanjutan. ”Kalau konektivitas di koridor yang sudah ada dengan moda lain sudah baik, kita pikir kelanjutannya,” ujarnya.
Namun, Syafrin menegaskan, pengembangan jalur LRT Jakarta berubah dari rencana awal karena melihat perkembangan yang dilakukan pemerintah pusat dari sistem jaringan perkeretaapian nasional. "Oleh sebab itu untuk LRT Jakarta diteruskan ke Halim tujuannya adalah untuk mengakomodasi layanan pekeretaapian di wilayah timur Jakarta pada koridor selatan-utara nantinya,” ujarnya.