Harga Sejumlah Komoditas Diprediksi Naik pada Pekan Pertama Puasa
Data tiga tahun berturut-turut di DKI, di pekan pertama puasa harga kebutuhan pokok akan naik seiring naiknya permintaan. Setelah itu melandai, dan akan naik lagi di sepekan menjelang Lebaran.
Oleh
Helena F Nababan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta memprediksi akan terjadi kenaikan harga sejumlah kebutuhan pangan antara 1-5 persen di pekan pertama puasa dan sepekan sebelum Lebaran. Untuk membantu meredam gejolak harga, DKPKP DKI Jakarta menjadwalkan operasi pangan murah dan memastikan stok aman.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DKPKP DKI Jakarta Suharini Eliawati, Senin (12/4/2021), menjelaskan, kenaikan harga pangan diperkirakan terjadi pada komoditas bawang putih, bawang merah, daging ayam, daging sapi, dan minyak goreng. Harga bahan pangan lainnya relatif aman dari fluktuasi.
Untuk komoditas bawang merah dan bawang putih, menurut Suharini, harga eceran kedua komoditas itu diprediksi akan mengalami kenaikan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2021 akibat peningkatan permintaan. Di sisi lain, pasokan berkurang karena baru masuk masa tanam.
Harga daging ayam diprediksi mengalami kenaikan karena kenaikan permintaan dan kenaikan harga jagung sebagai bahan dasar pakan. Harga daging sapi juga diprediksi akan mengalami kenaikan karena naiknya permintaan dan harga sapi impor juga tinggi.
”Harga minyak goreng diprediksi juga mengalami kenaikan karena tingginya harga CPO (crude palm oil). Tapi, harga pangan strategis lainnya cenderung aman,” kata Suharini tanpa merinci kenaikan harga komoditas di pasar internasional.
Prediksi kenaikan harga, menurut Suharini, akan terjadi di pekan pertama puasa. Melihat data fluktuasi harga di DKI Jakarta dalam tiga tahun terakhir, kenaikan harga diperkirakan 1-5 persen.
”(Kenaikan harga) itu adalah memang biasa. Kalau saya perbandingkan data tiga tahun berturut-turut memang range-nya seperti itu, di antara itu. Di pekan pertama puasa akan naik, lalu melandai, dan akan naik lagi di sepekan menjelang Lebaran,” kata Suharini.
Untuk memenuhi stok bawang merah dan daging ayam, DKPKP melalui BUMD pangan, yaitu Perumda Pasar Jaya dan PD Dharma Jaya, bekerja sama dengan daerah sentra penghasil kedua komoditas. Bawang merah akan disimpan di mesin pendingin milik Pasar Jaya sehingga bisa dipakai memenuhi kebutuhan.
Kebutuhan DKI Jakarta akan bawang merah pada puasa dan Lebaran sebanyak 15.194 ton, dan ketersediaan sebanyak 15.683 ton. Kebutuhan daging ayam sebanyak 50.479 ton dan akan tersedia 54.399 ton.
Kemudian, untuk bawang putih, meski PT Food Station Tjipinang Jaya belum mendapat izin rencana impor produk holtikultura (RIPH) dari Kementerian Pertanian, DKPKP sudah bekerja sama dengan importir. Adapun minyak goreng, karena pabrikan, masih bisa dipenuhi. Sementara itu, kebutuhan bawang putih 3.677 ton selama puasa dan Lebaran, dan ketersediaan akan sebanyak 4.114 ton.
Sebagai catatan, untuk Ramadhan dan Idul Fitri, kebutuhan daging sapi 12.258 ton akan ada ketersediaan 14.781 ton. ”Kawan importir sudah memberikan pernyataan surat kesanggupan untuk memenuhi stok ketersediaan,” katanya.
Untuk memenuhi daging sapi akan ada juga pasokan daging kerbau, yaitu kerja sama antara DKPKP dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Lalu PD Dharma Jaya bekerja sama dengan Kadin dan Bulog untuk pemenuhannya.
Untuk minyak goreng, menurut Suharini, meskipun diprediksi harga akan naik, stok tetap bisa dijamin karena minyak goreng adalah produk pabrikan sehingga tidak ada risiko dalam penyimpanan. Untuk puasa dan Lebaran, kebutuhan minyak goreng sebanyak 35.089 ton, dan akan tersedia 39.046 ton.
”Stok dipastikan aman,” kata Suharini.
Untuk meredam gejolak harga dan meratakan distribusi pangan, DKPKP akan melakukan pangan murah. ”Sebenarnya sudah sejak akhir Februari dan Maret kita melakukan gelar pangan murah. Di April ini akan dilanjutkan,” katanya.
Sudah sejak akhir Februari dan Maret kita melakukan gelar pangan murah. Di April ini akan dilanjutkan.
Pangan murah akan dilakukan, antara lain, di kantor-kantor kelurahan juga rumah susun. Selain itu, juga di Toko Tani Indonesia Center yang dikelola Kementerian Pertanian.
Untuk penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang membutuhkan bantuan pangan murah, pengelola rusun sudah memastikan penerapan protokol kesehatan sehingga bisa dilakukan. Gelar pangan murah akan dilakukan setiap hari dengan menjual sembilan bahan pokok. Di Toko Tani Indonesia Center, warga bisa membeli secara daring karena pengelola sudah ada kerja sama dengan penyedia ojek daring.
Inflasi terjaga
Dengan upaya penjagaan stok dan pengendalian harga, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta memastikan inflasi di DKI Jakarta untuk Maret 2021 relatif terjaga dan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tercatat inflasi Jakarta sebesar 0,06 persen (month to month) atau sebesar 1,11 persen (year on year) pada Maret 2021. Secara kumulatif, inflasi Jakarta sampai dengan Maret 2021 tercatat sebesar 0,38 persen (year to date) lebih rendah dari periode yang sama tahun 2020, yaitu 0,85 persen (year to date).
”Perbaikan ekonomi DKI Jakarta diperkirakan masih berlanjut pada triwulan I-2021. Beberapa indikator perekonomian menunjukkan perbaikan, di antaranya peningkatan penjualan online serta otomotif, kenaikan impor barang konsumsi, serta membaiknya indeks keyakinan konsumen dan job vacancy,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta Onny Widjanarko melalui keterangan tertulisnya.
Perbaikan ekonomi DKI Jakarta diperkirakan masih berlanjut pada triwulan I-2021.
Dari sisi pengendalian inflasi pangan, TPID DKI Jakarta terus memantau perkembangan harga dan kecukupan pasokan untuk menjaga kestabilan harga pangan di Ibu Kota di tengah pandemi Covid-19. Untuk mendorong efektivitas dan optimalisasi pengendalian harga serta menjaga kecukupan pasokan, BUMD pangan dalam memperluas kerja sama perdagangan antarwilayah menjadi model bisnis utama TPID DKI Jakarta.
Ke depan, TPID Provinsi DKI Jakarta akan terus berkomitmen dan konsisten menempuh langkah dan kebijakan konkret dalam menjalankan strategi pengendalian inflasi melalui strategi 4K, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.