Kisah Warga Desa Tanjung Burung Kesulitan Beraktivitas karena Akses Terputus
Aktivitas warga Desa Tanjung Burung di Kabupaten Tangerang, Banten, terganggu setelah jalan utama desa mereka longsor akibat tanggul Sungai Cisadane yang jebol.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
Jalan Raya Tanjung Burung di Desa Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten, rusak akibat jebolnya tanggul Sungai Cisadane. Kondisi tersebut sudah berlangsung selama 25 hari dan belum ada upaya perbaikan berarti dari pemerintah. Akibatnya, warga kesulitan beraktivitas karena jalan tersebut merupakan jalan akses utama keluar-masuk desa.
Deputi Eksekutif Tangerang Utara Community Center Prayogo Ahmad Zaidi, Rabu (7/4/2021), menyampaikan, kejadian bermula saat tanggul Sungai Cisadane yang terletak di tepi jalan tersebut jebol karena debit air sungai naik pada 13 Maret 2021 malam. Jebolnya tanggul Sungai Cisadane itu juga membuat Jalan Raya Tanjung Burung rusak karena tanah yang menahan jalan tersebut hilang terbawa aliran sungai.
Jalan Raya Tanjung Burung dengan lebar 4 meter itu pun retak dan miring sepanjang 7 meter. Sebagian sisi jalan runtuh ke Sungai Cisadane dan hanya menyisakan sekitar 0,5 meter jalan yang masih bisa dilalui kendaraan roda dua. Prayogo menyampaikan, kondisi tersebut menghambat aktivitas perekonomian warga.
”Jalan itu adalah jalan akses utama keluar-masuk desa. Sekitar 1.500 keluarga terdampak,” kata Prayogo saat dihubungi.
Namun, menurut Prayogo, hal yang paling meresahkan warga desa adalah tanggul Sungai Cisadane yang jebol hingga kini tidak kunjung diperbaiki. Mereka mengkhawatirkan bencana banjir yang mengintai saat hujan deras.
Desa Tanjung Burung dan empat desa lain di sekitarnya berlokasi di hilir sungai di utara Tangerang sehingga aliran air Sungai Cisadane dan anak sungainya bermuara di dekat desa-desa itu. Artinya, apabila hujan deras, debit air sungai akan cepat naik dan meluap, kemudian menyebabkan banjir.
”Saat tanggul tidak jebol saja kadang-kadang kami kebanjiran setinggi 1 meter lebih. Apalagi kalau tanggulnya jebol,” ucapnya.
Saat tanggul tidak jebol saja kadang-kadang kami kebanjiran setinggi 1 meter lebih. Apalagi kalau tanggulnya jebol.
Kewenangan memperbaiki tanggul, katanya, ada pada Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC). Saat awal-awal tanggul jebol, Prayogo menyebut ada pihak BBWSC yang datang meninjau. Namun, hingga hari ini belum ada penanganan berarti untuk memperbaiki tanggul yang jebol itu.
Kepala BBWSCC Bambang Heri Mulyono saat dikonfirmasi mengatakan, kerusakan tanggul di Desa Tanjung Burung tergolong berat sehingga tidak bisa ditangani secara darurat. ”Kami usulkan penanganannya tahun depan,” kata Bambang melalui pesan singkat.
BBWSCC, kata Bambang, juga tidak bertanggung jawab untuk memperbaiki Jalan Raya Tanjung Burung karena jalan tersebut bukan milik BBWSCC. Ia menyebut jalan tersebut dibangun oleh pihak swasta. Saat membangun jalan di bantaran Sungai Cisadane, tidak ada izin pemanfaatan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pemerintah Kabupaten Tangerang berjanji segera membangun kembali Jalan Raya Tanjung Burung yang rusak. Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang Slamet Budhi mengatakan akan memperbaiki dan melakukan pengecoran jalan sepanjang 100 meter. Selain itu, juga dibangun turap penahan air.
Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air juga akan membangun jalan alternatif darurat di samping jalan rusak itu sehingga warga dapat melintas dan akses keluar-masuk desa tidak terputus.