Jalan Strategis Tangerang yang Tak Digubris
Sejumlah ruas jalan strategis di Kota Tangerang, Banten, masih luput dari perhatian pemerintah. Masyarakat mengeluhkan perbaikan jalan yang hanya dilakukan ketika sudah jatuh korban.
Empat pengendara ojek daring duduk melingkar di dalam sebuah posko yang terbuat dari kayu dan papan tripleks di tepi Kali Cheng In, sekitar Jalan Raya Prancis, Kota Tangerang, Banten, Selasa (30/3/2021). Mereka melepas lelah sembari memainkan ponsel. Indra How (41), salah seorang di antaranya, beristirahat setelah menembus kemacetan Jalan Prancis.
Sore itu, ia baru saja selesai mengantarkan pesanan dari pelanggan. Bersama rekan-rekannya, ia duduk beristirahat sambil meneguk minuman dingin yang mereka pesan dari seorang pedagang minuman keliling bersepeda. Matahari sudah akan beranjak ke peraduan, tetapi Indra belum berpikir untuk pulang.
Ia bersama ketiga rekannya masih bertahan di posko, tempat mereka biasa berkumpul menunggu pesanan tiba. Posko itu hanya terletak sekitar 10 meter dari sisi Jalan Raya Prancis. Truk-truk bertonase besar berlalu lalang tiada putusnya sejak pagi hari. Debu dan deru kendaraan bercampur.
”Setiap hari, ya begini kondisinya. Selalu macet dan banyak truk besar lewat,” ujar Indra.
Truk-truk besar, mobil pribadi, dan sepeda motor bergumul di jalan tersebut. Kemacetan hampir tidak bisa dihindari setiap harinya. Kendaraan yang melintas di sana berjalan sangat pelan dan tersendat-sendat, terkadang berhenti cukup lama. Mencari nafkah dengan kondisi jalan raya seperti itu sudah Indra alami hampir tiga tahun terakhir.
Lampu jalan juga banyak yang mati kalau malam.
Kemacetan di Jalan Raya Prancis sore itu juga disebabkan salah satu truk tengah mengalami kerusakan pada bagian roda belakang. Roda belakang truk tersebut bermasalah setelah terantuk lubang jalan yang cukup dalam.
Baca juga : Jalan di Tangerang Rusak dan Berdebu
Proses perbaikan roda truk memakan waktu lebih dari 30 menit. Badan truk menghalangi separuh jalan dan membuat jalanan yang biasanya sudah macet itu menjadi lebih macet lagi.
Lubang, asap, debu, dan kemacetan seolah menjadi hal yang tidak terpisahkan dari Jalan Raya Prancis yang panjangnya mencapai 6,7 kilometer (km). Sekitar 2,2 km jalan masuk wilayah Kota Tangerang dan 4,5 km sisanya milik Kabupaten Tangerang.
Butuh perjuangan mahakeras menyusuri Jalan Raya Prancis, terutama bagi pengendara sepeda motor. Selain letih karena macet panjang, pengendara sepeda motor juga harus menghirup asap kendaraan dan debu jalanan. Belum lagi kabel listrik atau telepon yang dibiarkan menjuntai di tengah jalan.
Jika bernasib buruk, nyawa bisa melayang. Indra menceritakan, seingatnya sudah ada tujuh kali kasus kecelakaan di Jalan Raya Prancis yang menyebabkan korban meninggal dalam 2-3 tahun terakhir.
”(Korban) Meninggal semua. Kebanyakan pengendara motor. Mereka kelindes truk karena motornya oleng dan jatuh setelah masuk lubang jalan,” katanya. Di tengah perbincangan, salah seorang rekan Indra kemudian menyela, ia mengaku baru saja mengganti shock breaker sepeda motornya karena rusak akibat sering terjerumus lubang di Jalan Raya Prancis.
Menurut Indra, setelah jatuh korban, pemerintah kemudian bergerak menambal lubang-lubang di Jalan Prancis. Selain kisah korban meninggal, Indra menuturkan, ada pula kejadian truk terbalik akibat jalanan yang berlubang, miring, dan tidak rata. Menurut dia, truk-truk yang melintas di Jalan Raya Perancis bertonase sangat besar dan melampaui kekuatan atau daya tampung jalan.
Kawasan pergudangan
Kehadiran truk-truk bertonase besar setiap harinya di Jalan Raya Prancis dikarenakan banyak pergudangan di kawasan itu. Di samping itu, proyek pembangunan tol dan Pantai Indak Kapuk (PIK) 2 turut mengundang truk-truk besar pengangkut tanah hilir mudik di Jalan Raya Prancis.
Niswan (38), warga Kelurahan Benda, Kota Tangerang, yang tinggal di sekitar Jalan Raya Prancis menyampaikan, awalnya kerusakan Jalan Raya Prancis tidak separah saat ini. Truk-truk bertonase besar yang tidak pernah absen melintas setiap hari disebutnya juga turut andil memperparah kerusakan.
Selain strategis karena menjadi jalur pelintasan truk dari dan ke kawasan pergudangan, Jalan Raya Prancis juga menjadi salah satu akses menuju Bandara Soekarno-Hatta. Kemacetan yang terjadi di Jalan Raya Prancis, bagi Niswan, justru membuktikan jalan tersebut memiliki nilai sangat strategis dalam akses warga menuju bandara dan alur distribusi barang dari pergudangan. Nirwan menyayangkan semua pemangku kepentingan yang hanya bisa menggunakan jalan tanpa rutin melakukan perawatan.
”Jalan yang strategis begini kenapa bertahun-tahun dibiarkan rusak. Lampu jalan juga banyak yang mati kalau malam,” ujarnya.
Baca juga : Kerusakan Jalan Diperbaiki jika Proyek Selesai
Niswan mengakui, pemerintah sempat berapa kali memperbaiki jalan. Namun, itu terjadi jika sudah ada pengendara sepeda motor menjadi korban. Perbaikan jalan yang dilakukan pemerintah juga kadang tidak menyeluruh dan hanya menambal sejumlah lubang. Beberapa bulan berselang, Jalan Raya Prancis kembali rusak akibat terus dijejali kendaraan besar.
Jalan Raya Prancis bukan satu-satunya jalan strategis di Kota Tangerang yang kondisinya seakan terabaikan. Sekitar 6 km di sisi selatan Bandara Soekarno-Hatta, Jalan Juanda yang berlokasi di Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, juga dibiarkan rusak bertahun-tahun. Padahal, Jalan Juanda termasuk sering dilalui warga untuk menuju bandara. Di Jalan Juanda juga terdapat kantor Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia).
Aspal di Jalan Juanda tampak terkelupas dan berpasir. Menurut Sam Lawi (70), warga sekitar Jalan Juanda, sudah banyak pengendara sepeda motor menjadi korban. Mereka rata-rata terjatuh setelah terjeblos ke dalam lubang. Terlebih saat hujan deras dan jalanan tergenang air. Lubang-lubang jalan tertutup genangan air dan mengecoh banyak pengendara sepeda motor.
”Pernah ada orang bawa keramik boncengan naik sepeda motor. Kena lubang jalan, terus jatuh dan keramiknya pecah semua,” katanya.
Sam Lawi mengatakan, setelah beberapa pengendara sepeda motor menjadi korban, perbaikan jalan kemudian dilakukan Pemerintah Kota Tangerang. Namun, karena kerap dilalui truk bertonase besar dan buruknya sistem drainase, genangan air kerap muncul ketika hujan. Pada akhirnya, genangan air itu pun perlahan-lahan menggerus aspal sehingga jalan kembali rusak dalam kurun waktu yang singkat. Panjang Jalan Juanda yang rusak kini mencapai sekitar 4 km.
Ia berharap pemerintah bisa memperbaiki Jalan Juanda secara menyeluruh, termasuk memperhitungkan sistem drainase yang baik. Sebab, Jalan Juanda menjadi andalan banyak warga yang bekerja di kawasan pergudangan dan Bandara Soekarno-Hatta.
Terus meningkat
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) Kota Tangerang, ruas jalan rusak di wilayah Kota Tangerang terus meningkat sejak 2018 hingga 2020. Pada 2018, panjang jalan rusak di Kota Tangerang mencapai 2,69 km. Panjang jalan rusak meningkat pada 2019 menjadi 5,4 km dan 10,58 km pada 2020.
Adapun panjang jalan dengan kondisi rusak berat di Kota Tangerang juga bertambah setiap tahunnya, dari 5,2 km pada 2018 kemudian bertambah menjadi 6,4 km pada 2019 dan 15 km pada 2020.
Kepala Bidang Bina Marga DPUPR Kota Tangerang Shandy Sulaiman tidak merespons permintaan konfirmasi Kompas terkait upaya perbaikan jalan rusak. Namun, melalui siaran pers, Shandy sebelumnya menyebut, kerusakan jalan di Kota Tangerang disebabkan pembangunan proyek strategis nasional. Menurut Shandy, ada 16 ruas jalan kota yang terdampak proyek strategis nasional.
”Tak bisa dimungkiri, mobilitas alat berat melewati ruas-ruas jalan Kota Tangerang setiap harinya masih berlangsung hingga saat ini,” katanya.
Baca juga : Tiga Jalan di Kota Tangerang Rusak Berat
Ia menambahkan, Pemkot Tangerang tidak diam. Saat ini, DPUPR Kota Tangerang tengah melakukan perbaikan sementara terhadap jalan-jalan yang rusak. Hampir 100 petugas diturunkan untuk melakukan kegiatan operasional dan pemeliharaan jalan rusak. Namun, perbaikan yang dilakukan masih bersifat penanganan sementara.
”Perbaikan ini sifatnya sementara sambil menunggu proses lelang yang wajib kami lalui. Terpenting, perbaikan sementara ini dapat mengurangi risiko jalan rusak dan tentunya memberi kenyamanan saat berkendara,” katanya.
Pengaturan truk
Pandangan serupa dikemukakan pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Jakarta, Yayat Supriatna. Ia berpendapat bahwa sejumlah proyek strategis nasional di sekitar Bandara Soekarno-Hatta turut andil merusak jalan-jalan di Kota Tangerang. Sebelum perbaikan dilakukan, pemerintah harus memastikan lebih dulu kapan proyek tersebut selesai.
Sebab, kalaupun perbaikan dilakukan sekarang, upaya itu akan sia-sia karena jalan akan kembali rusak oleh truk-truk proyek. Dalam jangka pendek, Yayat menyarankan pemerintah daerah memprioritaskan langkah pengaturan truk-truk yang melintas.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Wahyudi Iskandar menjelaskan, Pemkot Tangerang telah memiliki regulasi untuk mengatur jam operasional truk-truk bertonase besar yang melintas di wilayah Kota Tangerang. Regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pengaturan Pembatasan Jam Operasional Kendaraan Angkutan Tanah dan Pasir.
Dalam perwal disebutkan, kendaraan angkutan tanah dan truk pasir yang beratnya lebih dari 8.500 kilogram hanya diperbolehkan melintas pada pukul 20.00 hingga 05.00. Pemerintah, kata Wahyudi, juga telah menindak truk-truk yang melanggar perwal tersebut.
Ia menyebutkan, pada akhir Maret 2021 selama dua pekan, Dinas Perhubungan telah menindak 28 truk yang melanggar perwal. Mereka dikenai sanksi tilang dan diminta tidak mengoperasikan kendaraanya selama sepekan. ”Kami sudah tegur berkali-kali dan bersurat ke operator. Mereka menyanggupi akan taat dengan aturan jam operasional. Tapi, kenyataannya masih ada pelanggaran-pelanggaran,” katanya.
Menurut Wahyudi, persoalan pengendalian operasional truk tidak akan pernah selesai jika ditangani secara parsial. Ia berharap semua pemangku kepentingan bisa menaati peraturan yang berlaku.
Ia menambahkan, pelanggaran-pelanggaran bisa dicegah melalui pendekatan yang menyeluruh. Dalam artian, penindakan tidak hanya dilakukan aparat pemerintah di wilayah tempat proyek berada, tetapi juga aparat tempat truk pengangkut pasir itu mengambil pasirnya.
Belum dapat diketahui secara pasti kapan sejumlah proyek strategis nasional di Tangerang akan selesai sepenuhnya. Sampai saat itu tiba, pemerintah tentu harus melakukan upaya-upaya lebih demi mencegah nyawa-nyawa kembali melayang sia-sia di jalanan yang berlubang.