Protokol Kesehatan Perisai Penumpang Angkutan Umum
Dalam situasi pandemi Covid-19, BPTJ tetap mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum. Syaratnya, tetap patuh pada penerapan protokol kesehatan ketat.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Angkutan umum masih terus beroperasi dan diakses warga dalam bermobilitas di tengah pandemi Covid-19. Di tengah segala risiko, kepatuhan pada protokol kesehatan mutlak adanya untuk menekan risiko terpapar virus SARS-CoV-2.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mendorong masyarakat terus menggunakan angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi pada masa pandemi Covid-19. Segala upaya terus dilakukan operator angkutan umum untuk mencegah penularan korona.
Kepala BPTJ Polana B Pramesti, dalam webinar bertajuk ”Bermobilitas Harian dengan Transportasi Publik, Siapa Takut?” yang digelar BPTJ dan Motion Radio, Kamis (1/3/2021), mengatakan, saat pandemi Covid-19, angkutan umum tetap dioperasikan dengan pembatasan. Pembatasan berupa protokol kesehatan di angkutan umum.
Protokol kesehatan yang dimaksud, antara lain, pembatasan kapasitas penumpang, aturan pengecekan suhu badan, penyediaan penyanitasi tangan, kewajiban menggunakan masker, hingga aturan tidak boleh berbicara secara langsung ataupun menggunakan alat komunikasi di dalam kereta.
Demi mencegah penularan dan penyebaran virus korona di angkutan umum, BPTJ berkoordinasi dengan semua operator angkutan umum di wilayah Jabodetabek. Operator-operator itu, mulai dari MRT, LRT, Trans Jakarta, hingga KRL, dipastikan menerapkan protokol kesehatan itu.
Andi Khomeni Takdir, Founder & Chairman Junior Doctor Network Indonesia, dalam webinar tersebut menjelaskan, pada masa pandemi yang sudah berlangsung satu tahun ini, tantangan terbesar di angkutan umum adalah saat jam sibuk pagi hari dan sore hari. Saat jam sibuk itu operator mesti bisa memastikan protokol kesehatan betul-betul diterapkan.
Polana menambahkan, apabila masyarakat pengguna angkutan umum menemukan ada operator yang tidak menerapkan protokol kesehatan atau longgar dalam penerapan, ia meminta masyarakat untuk melaporkan temuan itu ke BPTJ. BPTJ, menurut Polana, memiliki media sosial Instagram.
”Ada kanal pesan di sana, masyarakat bisa melaporkan langsung melalui kanal itu,” ujarnya.
Meski demikian, Andi memandang, demi meyakinkan masyarakat, BPTJ harus terus-menerus menyampaikan kepada masyarakat langkah-langkah pencegahan yang juga dilakukan operator. Ia mencontohkan, upaya disinfektan kereta atau bus oleh operator atau pembersihan kereta dan bus, bisa disampaikan terus menerus kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat akan teryakinkan.
Polana memahami, hal itu bisa dilakukan melalui kampanye dan sosialisasi. Selain itu, BPTJ juga perlu berkoordinasi dengan pemkot/pemkab di wilayah Jabodetabek yang menjadi wilayah tugas BPTJ untuk juga menyosialisasikan itu.
”Dengan naik angkutan umum, seperti saat awal pandemi, polusi berkurang dan kemacetan juga berkurang,” kata Polana.
Dalam kondisi normal tanpa pandemi, angka perjalanan di Jabodetabek pada 2019 sudah mencapai 88 juta perjalanan. ”Bisa dibayangkan Jabodetabek sangat macet,” ujarnya.
Itu sebabnya BPTJ bersama pemerintah daerah di Jabodetabek mendorong pengelolaan angkutan umum yang saling terintegrasi. Dengan perpindahan antarmoda yang mudah didukung jaminan protokol kesehatan diharapkan kemauan masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi ke angkutan umum terjadi.
Andi menambahkan, saat ini perbaikan layanan dan infrastruktur angkutan umum di Jakarta ia lihat mengalami kemajuan signifikan. Dalam mendukung mobilitas masyarakat dengan angkutan umum, masyarakat juga bisa menggunakan kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda dan jalan kaki untuk menuju dan dari titik angkutan umum. Lagi-lagi dengan menjalankan gaya hidup itu, daya tahan tubuh masyarakat bisa meningkat.
Menurut Andi, gaya hidup bertransportasi umum dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan perlu didorong sejak sekarang. Supaya saat pandemi dinyatakan usai, masyarakat memiliki pandangan baru terkait transportasi umum dan kemacetan juga bisa berkurang.