1.100 Personel Jaga Ketat Pengamanan Gereja di Kota Bogor
TNI-Polri bersinergi menjaga keamanan gereja dan obyek vital lainnya dari gangguan keamanan dan ketertiban hingga ancaman teror.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Anggota tim Gegana Satuan Brimob Polda Jawa Barat menyisir setiap sudut lingkungan Gereja Katedral Santa Perawan Maria, Kota Bogor, Jawa Barat, untuk pengamanan rangkaian perayaan Tri Hari Suci Paskah, Kamis (1/4/2021).
BOGOR, KOMPAS — Pascateror bom di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, dan penyerangan di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Kepolisian Resor Kota Bogor meningkatkan pengamanan di obyek-obyek vital, khususnya di 77 gereja yang merayakan Pekan Suci Paskah.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan, memasuki pekan suci umat Nasrani, kepolisian dan TNI menerjunkan 1.100 personel. Petugas siap berjaga dengan perlengkapan memadai.
”Mulai hari ini, Kamis hingga Minggu, pengamatan 24 jam. Kami, TNI-Polri, menyiagakan keamanan di 77 gereja Kota Bogor. Ada 800 personel polisi dan 300 personel TNI. Dari 77 gereja tercatat ada 21 gereja yang menggelar ibadah Paskah secara tatap muka, sisanya secara virtual,” kata Susatyo, Kamis (1/4/2021).
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Gegana Satuan Brimob Polda Jawa Barat berjaga-jaga di halaman Gereja Katedral Santa Perawan Maria, Kota Bogor, Jawa Barat, untuk pengamanan rangkaian perayaan Tri Hari Suci Paskah, Kamis (1/4/2021).
Meski tidak semua gereja menggelar ibadah tatap muka, petugas tetap memastikan menjaga keamanan gereja. Sementara bagi gereja yang melangsungkan ibadah tatap muka, tim pengamanan dan pihak gereja akan mengawasi dan memeriksa atau skrining barang yang dibawa umat.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah gereja menggunakan sistem barcode bagi umat yang akan masuk ke gereja. Barcode ini salah satu skrining oleh pihak gereja sehingga umat yang sudah terdaftar yang diizinkan masuk gereja. Selain itu, fungsi barcode juga sebagai bentuk pengawasan protokol kesehatan seperti pembatasan kapasitas ruangan.
”Selain penjagaan dan keamanan, kami juga memastikan protokol kesehatan tetap berjalan. Gereja yang menjalankan ibadah tatap muka sudah membatasi umat, tempat duduk pun sudah diatur agar berjarak. Penjagaan keamanan dan memastikan protokol kesehatan dengan baik agar umat Kristiani aman kondusif selama beribadah,” kata Susastyo.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Kendaraan tim Gegana Satuan Brimob Polda Jawa Barat meninggalkan halaman Gereja Katedral Santa Perawan Maria, Kota Bogor, Jawa Barat, setelah melakukan penyisiran untuk pengamanan Tri Hari Suci Paskah, Kamis (1/4/2021).
Susatyo melanjutkan, selain fokus pada keamanan di gereja, petugas juga akan menjaga keamanan di obyek-obyek vital lainnya di Kota Bogor. Hal itu tak lepas dari rentetan peristiwa teror yang terjadi di Gereja Makassar dan penyerangan di Mabes Polri.
”Dari tingkat Polsek hingga Polres kami jaga dan tingkatkan pengawasan keamanannya. Begitu pula wilayah ring satu Istana Bogor juga diperketat. Obyek-obyek vital lainnya juga kami jaga, antara lain, pusat perekonomian. Selama berjaga langsung di lokasi, kami tingkatkan juga patroli gabungan,” tuturnya.
Hidup harmonis
Komandan Resor Militer 061 Suryakencana Brigadir Jenderal A Fauzi berharap warga saling menjaga dan hidup harmonis agar Kota Bogor tetap aman serta kondusif. Menjalankan ibadah dengan rasa aman dan tanpa gangguan menjadi hak setiap pemeluk agama.
Kompas/Hendra A Setyawan
Mural bertema toleransi beragama tergambar di dinding sebuah rumah di kawasan Meruyung, Depok, Jawa Barat, Sabtu (12/9/2020). Survei kerukunan umat beragama Litbang Kementerian Agama, indeks kerukunan beragama di Indonesia mencapai 72,20 pada tahun 2017; 70,9 pada 2018; dan 73,93 pada 2019.
Fauzi melanjutkan, TNI akan bersinergi dengan kepolisian dan semua pihak agar kondusivitas, keamanan, dan ketertiban di obyek-obyek vital selalu terjaga. ”Obyek vital harus benar aman termasuk di gereja. Kami cegah dan lingdungi dari aksi-aksi teror, kalau perlu kita ambil langkah tegas untuk mengamankan obyek vital. Kita antisipasi semua gangguan ketertiban hingga ancaman teror,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, selain TNI-Polri, aparatur pemerintah juga memiliki tugas bersama untuk saling menjaga dan mencegah terjadinya gangguan ketertiban dan keamanan.
Bima meminta, aparatur desa hingga kecamatan untuk rutin turun ke lapangan. Tidak hanya di rumah-rumah ibadah, di lokasi-lokasi yang dinilai rawan, seperti rumah kontrakan, juga perlu pengawasan. Pendataan penduduk juga perlu diperketat. Ketua RT, RW, lurah, harus memantau dinamika warga wilayah masing-masing hingga pendataan dan pengecekan pendatang baru.