Polisi Usut Keterkaitan Terduga Teroris Condet-Bekasi dengan Pengebom Bunuh Diri di Makassar
Bahan peledak terbuat dari triaseton triperoksida (TATP) ditemukan polisi di Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi. Sifat khasnya adalah sangat mudah terbakar hanya dengan gesekan atau panas.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pascabom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pagi, polisi menelusuri jaringan-jaringan teroris di Jakarta dan sekitarnya. Hasilnya, polisi mengungkap penyimpanan bahan peledak dan menangkap empat terduga teroris di Condet, Jakarta Timur, serta di Desa Sukasari Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Senin (29/3).
Polisi masih mendalami ada atau tidaknya keterkaitan antara terduga teroris Condet-Bekasi dan pelaku bom bunuh diri di Makassar. ”Apakah kelompok Jakarta ini ada kaitan dengan JAD (Jamaah Ansharut Daulah) yang ada di Gereja Katedral Makassar, saya kira terlalu dini bagi kami menyimpulkan,” ucap Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal M Fadil Imran, Senin sore di Jakarta.
Fadil menyebutkan, Markas Besar Polri beserta Detasemen Khusus 88 Antiteror akan menjelaskan hal itu sesuai perkembangan hasil penyidikan nanti, termasuk terkait ada-tidaknya keterkaitan para terduga teroris Condet-Bekasi dengan organisasi selain JAD. Yang terpenting bagi dia sekarang adalah Polda Metro Jaya bersama Mabes Polri bisa memantau, mendeteksi, dan mencegah aksi teror.
Fadil menjelaskan, Kepala Polri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo memerintahkan semua jajaran meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman teror pasca-pengeboman di Makassar. Tim dari Satuan Tugas Wilayah Densus 88 di Jakarta, serta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, lantas pada Senin sekitar pukul 09.30 menangkap empat laki-laki terduga teroris dari penggerebekan di Condet dan Bekasi. Mereka adalah ZA (37), BS (43), AJ (46), dan HH (56).
HH merupakan pendana operasi serta perencana yang jadi acuan bagi ketiga orang lainnya. Ia mengirimkan video teknis pembuatan bahan peledak kepada ZA, BS, dan AJ. ”Dia yang merencanakan, mengatur taktis dan teknis cara pembuatan (bom) oleh ZA,” ujar Fadil.
Adapun ZA berperan membeli bahan baku bom, seperti aseton, asam klorida (HCl), termometer, dan serbuk aluminium. Ia lantas meneruskan ilmu cara mencampurkan bahan-bahan itu dan cara membuat bom pada BS.
BS membuat bahan peledak, sedangkan AJ membantu prosesnya. AJ bersama BS ikut beberapa pertemuan untuk menyiapkan aksi. Mereka mengistilahkan bom dengan kata ”takjil.”
Dari penggeledahan di dua lokasi, polisi antara lain menemukan lima bom aktif yang dikemas dalam kaleng dan bersumbu. Bahan peledak terbuat dari triaseton triperoksida (TATP). Fadil mengatakan, senyawa kimia ini mudah meledak dan berdaya ledak tinggi. Sifat khasnya adalah sangat mudah terbakar hanya dengan gesekan atau panas.
Petugas juga menemukan lima toples berisi bahan kimia yang bobot totalnya 3,5 kilogram. ”Itu diperkirakan dapat untuk membuat lebih kurang 70 bom pipa,” tutur Fadil.
Di Bekasi, polisi menggerebek tempat tinggal terduga teroris yang berada di tepi Jalan Raya Cikarang-Cibarusah. Tempat itu merupakan rumah kontrakan yang diapit bengkel mobil dan toko suku cadang mobil.
Salah satu warga setempat, Marsin (77), menyebutkan, baru kali ini terdapat penggerebekan terduga teroris di wilayah itu sejak ia mulai tinggal di sana tahun 1980-an. Menurut dia, polisi menangkap dua orang dari rumah kontrakan itu.
Kedua orang itu baru sekitar dua bulan menghuni kontrakan. Mereka mengaku bekerja di bengkel. Mereka biasanya berangkat pagi dan pulang malam sehingga jarang berinteraksi dengan warga sekitar.
Hari Senin menjelang pukul 13.30, dentuman ledakan terdengar dari rumah kontrakan terduga teroris. Fadil mengatakan, polisi memang melakukan disposal atau pemusnahan bahan peledak di Bekasi ataupun di Condet, mengingat begitu berbahayanya bahan-bahan di sana.
Keempat terduga teroris dijerat dengan Pasal 15 juncto Pasal 7 dan/atau Pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi UU. Ancaman hukuman bagi mereka penjara minimal 15 tahun.
Patroli
Selain berupaya melumpuhkan jaringan teroris, Polda Metro Jaya bersama Komando Daerah Militer Jayakarta menggelar patroli skala besar ke berbagai lokasi vital, termasuk gereja-gereja di Jakarta dan sekitarnya. ”Menyikapi dinamika keamanan akhir-akhir ini, kita prihatin dengan aksi teror bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Kota Makassar pada Minggu kemarin, dan menimbulkan sejumlah korban,” kata Wakil Kepala Polda Metro Jaya Brigadir Jenderal (Pol) Hendro Pandowo saat memberikan amanat apel patroli skala besar, Senin (29/3/2021) di Jakarta.
Hendro menuturkan, bom bunuh diri di Makassar yang diikuti penyebaran informasi terkait kejadian itu di media sosial , justru memperluas pengaruh teror dan menambah ketakutan warga. Namun, bom bunuh diri juga menyentak kesadaran bahwa intoleransi dan radikalisme masih merupakan ancaman laten yang besar. Karena itu, seluruh elemen perlu mengantisipasi rembesan dampaknya, terutama di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Patroli oleh 140 personel lintas instansi di Ibu Kota pada Senin ini digelar oleh Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya, serta melibatkan satuan polisi pamong praja dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. ”Rute patroli ini tentunya beberapa gereja besar di Ibu Kota, Gereja Katedral, Gereja Immanuel, sentra ekonomi, dan tempat-tempat strategis lainnya,” ujar Hendro.
Patroli, menurut Hendro, bakal dijalankan setiap waktu guna memberikan jaminan rasa aman untuk masyarakat. Ada pula personel gabungan yang keliling pada malam hari.
Hendro juga memastikan terdapat pengamanan di setiap obyek yang dinilai membutuhkan, termasuk gereja-gereja dan sentra ekonomi. Petugas keamanan internal ditambah personel TNI dan Polri menjalankan skema pengamanan dengan penentuan ring 1, 2, 3, dan 4.