Amankan Ramadhan, Stok Beras Ibu Kota Dijaga 32.000-34.000 Ton
Menjelang puasa dan lebaran 2021, TPID DKI Jakarta melalui BUMD pangan memastikan stok bahan pangan utama. Bersama BUMD pangan pula, DKI Jakarta berupaya menjaga harga tetap terjangkau warga.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Jelang bulan Ramadhan, saat jelang puasa, saat puasa, dan Idul Fitri 2021, harga kebutuhan dan permintaan kebutuhan pangan di DKI Jakarta terpantau naik. Tim pengendali inflasi daerah atau TPID DKI Jakarta yang terdiri atas sejumlah BUMD pangan berupaya mengendalikan harga dan menjaga stok, salah satunya dengan menjaga stok beras pada kisaran 32.000 ton hingga 34.000 ton.
Pamrihadi Wiraryo, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Sabtu (27/3/2021) menjelaskan, melihat data stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) per 26 Maret 2021, terdapat stok beras 32.420 ton. Merunut sepekan sebelumnya, pada 19 Maret 2021, tersedia stok di 32.673 ton.
Pada Maret ini, jelas Pamrihadi, ada indikasi stok meningkat 4-5 persen dibandingkan stok bulan Januari dan Februari 2021. Namun, apabila dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, stok kali ini cenderung turun 1-2 persen.
Food Station berupaya menjaga stok beras di PIBC di atas 30.000 ton, berkisar 32.000 ton hingga 34.000 ton. "Itu adalah stok ideal dari Pasar Induk Beras Cipinang," jelasnya.
Food Station menggandeng kelompok tani di berbagai wilayah, seperti Lampung, Sidoarjo, Demak, Cilacap, Subang, Karawang, dan Indramayu.
Angka itu diperhitungkan dari angka konsumsi beras di DKI Jakarta sebesar 86.000 ton per bulannya. Untuk menjaga keamanan stok, Food Station menghitung, stok beras di PIBC harus aman dalam 10 hari.
Lagi-lagi, hitungan 10 hari itu didasarkan pada kemampuan wilayah sentra beras memasok beras ke PIBC. Dengan begitu, beras yang keluar dan masuk di PIBC per harinya sekitar 3.000 ton.
Dalam diskusi virtual dengan media, Kamis (25/3/2021), Pamrihadi juga menjelaskan, untuk mengamankan stok, selain dalam bentuk beras, Food Station juga bekerja sama dengan wilayah sentra beras mengamankan stok dalam bentuk padau atau gabah. Untuk itu, Food Station menggandeng kelompok tani di berbagai wilayah, seperti Lampung, Sidoarjo, Demak, Cilacap, Subang, Karawang, dan Indramayu.
"Kami melakukan kontrak dengan kelompok tani untuk sawah seluas 6.200 hektar. Sampai 9 Maret 2021 sudah terealisasi 95 persen atau 5.900 hektar. Dengan realisasi ini harapannya kita bisa mendapatkan gabah 35.300 ton sehingga kalau dikonversi menjadi beras menjadi sekitar 17.000 ton hingga 18.000 ton," jelasnya.
Sebagai pengelola PIBC, Food Station juga menjaga harga beras di DKI Jakarta, sehingga harga beras di PIBC cenderung lebih murah dibandingkan harga beras di pasar turunan atau pasar-pasar di luar pasar induk. Selain beras, Food Station juga mengamankan ketersediaan stok bahan pangan lainnya, di antaranya tepung terigu, gula pasir, minyak goreng, telur ayam, dan bawang putih.
Tugas menjaga ketersediaan pangan juga menjadi tanggung jawab Perumda Pasar Jaya. Meski Pasar Jaya lebih banyak bergerak mengurusi pengelolaan pasar tradisional, mereka juga berperan menjaga stok bawang merah dan cabai merah.
Arief Nasrudin, Direktur Utama Perumda Pasar Jaya menjelaskan, meski tahun ini masih dalam pandemi, stok kedua komoditas dijaga sama seperti kondisi normal saat belum ada pandemi. Pasar Jaya memiliki unit mesin controlled atmosphere storage (CAS) yang dipakai untuk menyimpan kedua komoditas itu.
Dengan mesin berkapasitas tampung 15 ton yang ditempatkan di Pasar Induk Kramat Jati (tiga unit), Pasar Koja Baru (dua unit), dan Pasar Kedoya (dua unit) itu, komoditas bawang merah dan cabai merah bisa disimpan. Pada bulan puasa dan lebaran, manakala permintaan tinggi, komoditas yang disimpan bisa dikeluarkan.
Sementara, urusan pasokan daging sapi dan daging ayam di DKI Jakarta, dikelola PD Dharma Jaya. Direktur Utama PD Dharma Jaya Raditya Endra Budiman menjelaskan, strategi penjagaan stok daging di Jakarta masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dharma Jaya bekerja sama dengan daerah-daerah penyangga sentra sapi, di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT) mendatangkan sapi hidup. Dharma Jaya juga mengimpor daging sapi beku asal Australia dan Selandia Baru untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, setidaknya sebanyak 838 ton.
Demi menjaga harga daging, Dharma Jaya berencana membuat gudang pendingin (cold storage) dengan kapasitas hingga 5.000 ton. Dengan begitu, ketika permintaan naik, bisa segera dipasok.
Pangan murah
Suharini Eliawati, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta secara terpisah menjelaskan, bila membaca data series permintaan bahan pangan selama puasa dan lebaran dalam tiga tahun terakhir, secara persentase ada kenaikan permintaan 10-15 persen.
Meski ada kenaikan permintaan, menurut Suharini, dengan pertemuan mingguan TPID, Pemprov DKI Jakarta berupaya supaya kenaikan harga tidak terlalu tinggi. DKPKP DKI Jakarta bersama BUMD pangan merencanakan menggelar pasar murah di 52 pasar yang dikelola Pasar Jaya.
"Nanti di awal Ramadhan sampai menjelang Lebaran, kita akan menyelenggarakan kembali pasar murah," jelasnya.
Selain di pasar-pasar yang dikelola Pasar Jaya, DKPKP juga bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk menjaga harga. Caranya menjual pangan dengan harga terjangkau di Toko Tani Indonesia Center. Di DKI Jakarta ada di Pasar Minggu dan di ITC Klender.
Untuk penjagaan stok pula, jelas Suharini, selain dilakukan oleh BUMD pangan, DKPKP DKI sudah melakukan audiensi dengan para pedagang pemasok daging sapi, kerbau, juga ayam potong. Yaitu untuk memastikan ketersediaan stok, di luar stok yang dilakukan PD Dharma Jaya, karena pasti akan ada kenaikan permintaan komoditas.