Sepuluh orang kehilangan nyawa terjebak kebakaran di Pisangan Baru III, Matraman, Jakarta Timur. Sebagian korban diduga tak selamat saat berupaya menyelamatkan keluarganya.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Seorang perempuan muda di tengah ganasnya kobaran api yang menjilat-menjilat berhasil meloloskan diri. Ia beberapa kali berteriak meminta tolong lalu kembali menantang maut demi keluarganya. Perempuan itu tak pernah kembali.
Fahmi (34) tersentak saat mendengar suara samar-samar permintaan tolong. Saat itu jarum jam berada di angka 04.20. Ia bergegas dari rumahnya menuju sumber suara tersebut. Di lokasi sumber suara itu, kobaran api terus membesar. Ledakan-ledakan besar diduga berasal dari sepeda motor masih terus meletup.
Fahmi menyaksikan sendiri salah satu korban yang tewas atas nama Fani (20). Awalnya perempuan itu sudah berhasil meloloskan diri dari kobaran api. Namun, ia kembali menerobos api tersebut dan masuk ke rumahnya yang sudah terbakar.
”Dia keluar dan sempat beberapa kali teriak minta tolong, sudah panik, lalu masuk lagi ke dalam. Mungkin mau nolongin ibunya yang masih terjebak di dalam. Dia tak keluar lagi,” ujar Fahmi, warga yang rumahnya hanya berjarak sekitar 50 meter dari lokasi kebakaran.
Kita kali ini menyaksikan ada empat petak rumah kebakaran, tetapi yang meninggal 10 orang. Sebuah musibah yang luar biasa. Jumlah korban jiwanya yang terbanyak sejauh ini. (Anies Baswedan)
Fani merupakan satu dari 10 orang yang tewas akibat kebakaran empat petak rumah kontrakan lima pintu di Jalan Pisangan Baru III, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (25/3/2021) dini hari. Sembilan korban itu adalah Sry Mulyani (50), Deby (28), Ria (17), Dani (30), Nizan (1,5), Beni (42), Nova (40), Baeva (15), dan Ni Imam. Jenazah mereka akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
Warga tak bisa berbuat banyak menyelamatkan para korban kebakaran lantaran api merambat dengan sangat cepat. Tak sampai 30 menit, api sudah menjalar menutupi empat petak rumah tersebut. Di sekitar lokasi kebakaran, akses untuk mendapatkan air juga sulit.
Akses masuk ke gang itu pun sempit dan kecil. Empat rumah petak itu juga dikelilingi berbagai tembok perumahan warga lain yang dibangun lebih tinggi. Tak ada jalan lain sebab akses keluar masuk ke empat petak rumah tersebut hanya bisa dilalui melalui bagian depan dengan lebar gang sekitar 1,5 meter. Saat kebakaran terjadi, gang kecil itu juga dipadati dengan sepeda motor para korban.
Menurut Fahmi, api muncul pertama kali dari petak rumah ketiga jika dihitung dari gang masuk. Secara keseluruhan, lokasi kebakaran itu memiliki lima petak rumah yang dibangun berleter I. Jadi, saat terjadi kebakaran, penghuni petak rumah yang paling ujung otomatis terjebak jika api pertama muncul dari petak rumah kedua atau ketiga.
Namun, menurut Fahmi, saat terjadi kebakaran, penghuni rumah petak ketiga dan petak ke satu berhasil selamat. Mereka yang meninggal tinggal di rumah petak keempat dan petak kedua. ”Di sini, ada tiga keluarga, totalnya ada 15 jiwa. Lima jiwa selamat, 10 jiwa meninggal. Mereka yang meninggal itu semua masih memiliki hubungan darah,” kata Fahmi.
Api yang menjilat-jilat itu berhasil dipadamkan petugas Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Kamis sekitar pukul 05.00. Dari hasil pendataan petugas, obyek yang terbakar lebih kurang 100 meter persegi dengan total kerugian material sekitar Rp 800 juta.
Menurut Fahmi, setelah api padam, situasi di lokasi kebakaran tak kalah mengenaskan. Fahmi menemukan penghuni rumah petak, Deby, meninggal dalam kondisi berpelukan dengan suami dan anaknya. ”Yang pelukan itu yang kamar rumah petak paling ujung. Dia pelukan suami-istri dan anaknya. Mereka pelukan bertiga,” katanya.
Deby berpelukan dengan orang-orang terdekatnya karena sudah tak bisa menyelamatkan diri. Api sudah terlalu besar dan menutup akses mereka keluar. Rumah Deby posisinya di paling sudut. Kabur ke arah kiri ia akan berhadapan dengan jalan buntu. Sementara, ke arah kanan ia berhadapan dengan api yang membesar.
Ribut-ribut
Dalam kebakaran tersebut, korban lain yang selamat bernama Fanny (29). Fanny berkisah, kalau sesaat sebelum kebakaran atau pukul 04.00, ia sempat terbangun lantaran alarm telepon selulernya berdering. Ia lalu mematikan alarm tersebut dan kembali tidur.
Tak lama kemudian atau berselang 15 menit, ia mendengar suara samar-samar permintaan tolong dari kamar sebelah. Di kamar itu juga terdengar bunyi orang berlari-lari. Awalnya, Fanny mengira tetangga kamarnya sedang terlibat pertengkaran suami-istri.
Namun, karena suara ribut-ribut itu tak kunjung reda, suami Fanny, Nanang, mencoba membuka pintu kamar. Mereka kaget lantaran saat itu api sudah menjalar hingga ke ruang tamu. Suami Fanny sempat mengambil air untuk memadamkan api demi memudahkan langkah mereka menyelamatkan diri. Namun, saat kobaran api itu disiram, nyala api justru kian membesar.
”Suami saya mengambil anak saya dan diselamatkan terlebih dahulu. Saya ditinggal. Jarak api sama saya sekitar 30 sentimeter atau tiga jengkal tangan,” kata Fanny.
Setelah menyelamatkan anaknya, Nanang kembali dan menolong istrinya. Ketika itu api sudah sangat besar. Mereka berdua lantas menerobos kobaran api. Saat mengevakuasi Fanny, Nanang sempat terjatuh.
”Saya bilang ’jangan pingsan di sini’. Lalu suami saya bangun dan saya didorong keluar,” ujar Fanny.
Korban terbanyak
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat meninjau korban kebakaran di Jalan Pisangan Baru III mengatakan, musibah ini merupakan musibah yang amat berat. ”Kita kali ini menyaksikan ada empat petak rumah kebakaran, tetapi yang meninggal 10 orang. Sebuah musibah yang luar biasa. Jumlah korban jiwanya yang terbanyak sejauh ini,” ujar Anies.
Menurut Anies, di Jakarta, setiap terjadi kebakaran selalu ada respons cepat. Namun, kali ini petugas pemadam kebakaran tak bisa berbuat banyak lantaran lokasi kebakaran berada di gang sempit. Dua keluarga yang terdiri atas 10 jiwa terkurung dan tewas.
Anies menambahkan, para korban selamat untuk sementara tempat tinggalnya akan difasilitasi pemerintah selama 21 hari ke depan. Para korban selamat juga akan dipenuhi kebutuhan mereka sehari-hari oleh pemerintah.