Penumpang KRL Masih Butuh Tiket Harian
KAI Commuter diminta tetap menyediakan tiket harian. Sebagai perbandingan, negara seperti Singapura pun hingga kini masih menyediakan tiket harian untuk layanan MRT.
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah penumpang KRL mengaku masih membutuhkan tiket harian berjamin. Sementara KAI Commuter kini terus mendorong pembayaran menggunakan kartu uang elektronik, salah satunya dengan menawarkan promo pembelian kartu multi-trip.
Dalam waktu dekat, 10 stasiun KRL akan memberlakukan pembayaran hanya menggunakan kartu uang elektronik. Sepuluh stasiun tersebut adalah Stasiun Jakarta Kota, Bekasi, Kranji, Bojonggede, Citayam, Depok, Depok Baru, Parung Panjang, Tanah Abang, dan Angke.
KAI Commuter selaku operator dari layanan KRL hingga kini terus melakukan sosialisasi. Harapannya akan semakin banyak pengguna KRL yang beralih menggunakan kartu uang elektronik ketimbang tiket harian berjamin (THB).
Yohanes (57), penumpang KRL asal Bekasi, Jawa Barat, mengaku masih membutuhkan tiket harian di stasiun KRL. Pasalnya, selama ini dia hanya sesekali berpergian menggunakan KRL. Seperti Jumat (25/3/2021) siang, dia naik KRL dari Stasiun Bekasi menuju Stasiun Tanah Abang untuk berkunjung ke rumah kerabatnya di Jakarta Pusat.
”Saya naik KRL juga kadang-kadang saja. Paling sebulan sekali atau dua bulan sekali. Kalau setiap hari naik, sih, enggak apa-apa,” katanya.
Siang itu, Yohanes masih memanfaatkan tiket harian sekali jalan. Untuk menuju Stasiun Bekasi dari Stasiun Tanah Abang, dia harus membayar Rp 13.000 dengan rincian Rp 3.000 tarif KRL dan Rp 10.000 sebagai jaminan. Hal itu, menurut dia, lebih ekonomis ketimbang harus membeli kartu multi-trip (KMT) seharga Rp 30.000 dengan saldo Rp 10.000.
”Ya, kan, saya juga enggak selamanya naik KRL juga. Kadang juga naik (moda transportasi) yang lain kalau ke Jakarta,” ungkapnya.
Sementara Opik (28), penumpang asal Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengaku cukup rutin menggunakan KRL. Dalam sepekan, dia bisa dua kali menggunakan KRL dari Stasiun Nambo ke Stasiun Tanah Abang.
”Saya, kan, jualan jilbab. Cari barangnya di Pasar Tanah Abang. Jadi lumayan sering naik KRL,” katanya.
Selama ini, Opik selalu menggunakan KMT. Menurut dia, KMT memang lebih praktis karena dia tidak perlu mengantre untuk membeli tiket harian di loket. Dia hanya perlu sesekali mengisi saldo untuk beberapa kali perjalanan.
Meski begitu, penjualan tiket harian, menurut dia, tetap harus disediakan. Sebab, selama ini dia juga kerap mengajak istri dan anaknya berbelanja ke Pasar Tanah Abang menggunakan KRL. Sementara dia hanya memiliki satu KMT.
”Tetap perlu, ya. Repot juga kalau istri dan anak saya ikut. Berarti harus beliin kartu (uang elektronik) buat mereka. Sayang juga kalau jarang dipakai. Lumayan, kan, harganya,” katanya.
Baca juga : Menjaga Kereta Komuter Tetap Melaju
Sementara Fauzi (27), karyawan swasta asal Bekasi, Jawa Barat, mengaku sepakat dengan aturan ini. Antrean di loket otomatis akan berkurang karena hanya melayani penumpang yang melakukan isi ulang. Meski begitu, petugas juga harus mengantisipasi antrean di mesin isi ulang otomatis.
”Antreannya mungkin bakal pindah ke mesin isi ulang otomatis. Apalagi kalau banyak pengguna KMT baru yang kebingungan ngisi ulang,” kata Fauzi yang setiap hari menggunakan KRL.
Siapkan promo
Selain memberikan sosialisasi penggunaan kartu uang elektronik, KAI Commuter juga menawarkan promo penjualan KMT seharga Rp 10.000 dengan cara menukarkan tiket harian yang masih berlaku. Promo ini berlaku mulai 26 Maret 2021 di 10 stasiun yang akan hanya melayani kartu uang elektronik.
Dengan promo ini, penumpang yang membeli tiket harian berjamin Rp 10.000 bisa menukarkannya dengan KMT di stasiun tujuan. Penumpang hanya perlu menambah biaya minimal Rp 10.000 untuk saldo awal. Dengan kata lain, KMT yang biasanya dijual seharga Rp 30.000 dengan saldo Rp 10.000 bisa didapatkan seharga Rp 20.000 dengan saldo yang sama.
”Setiap hari KAI Commuter menyebar 1.000 KMT dengan harga promo di 10 stasiun tersebut. Program promosi ini hanya berlaku di hari-hari kerja selama tujuh hari sehingga total ada 7.000 KMT dengan harga promo yang disiapkan,” kata Vice Presiden Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba dalam keterangan tertulisnya.
KAI Commuter mencatat tren penggunaan uang elektronik, seperti KMT, uang elektronik bank, dan aplikasi tiket kode QR semakin meningkat. Pada tahun 2020, proporsi non-tunai mencapai 73,3 persen. Sementara pada 2021 meningkat menjadi 78,9 persen. Khusus di 10 stasiun yang akan disiapkan untuk pembayaran uang elektronik, rata-rata transaksi non-tunainya 77,1 persen.
Di sisi lain, data KAI Commuter menunjukkan, setiap hari ribuan tiket harian berjaminan tidak dikembalikan oleh pengguna KRL. Pada 2020 jumlah rata-ratanya 2.995 tiket per hari. Sementara hingga Februari tahun ini, jumlah rata-ratanya 2.732 tiket per hari.
”Hal ini tentu menjadi kerugian bagi para pengguna karena tiket harian berjamin memiliki masa kedaluwarsa, yaitu tujuh hari sejak transaksi terakhir. Sementara KMT tidak memiliki kedaluwarsa dan dapat digunakan sewaktu-waktu oleh pengguna,” tambah Anne.
Baca juga : Penumpang Bersiasat Saat Transportasi Umum Kembali Padat
Penolakan terhadap aturan pembayaran dengan uang elektronik di 10 stasiun ini sempat diungkapkan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan KRL Mania. Mereka menganggap hal ini memberatkan konsumen karena masih banyak pengguna lepas KRL yang tidak membutuhkan KMT.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengusulkan agar KAI Commuter tetap menyediakan tiket harian. Sebagai perbandingan, negara seperti Singapura pun hingga kini masih menyediakan tiket harian untuk layanan MRT.
”Pada akhirnya, penggunaan tiket harian tetap harus diberi akses, khususnya bagi pengguna KRL yang bukan pengguna rutin. Dan harus dipertimbangkan soal daya beli konsumen, yang hanya mampu beli tiket harian,” katanya.
Sebelumnya, sudah ada sembilan stasiun KRL yang hanya melayani pembayaran dengan uang elekronik. Dengan penambahan ini, total ada 19 stasiun. Anne menegaskan, kebijakan ini tidak menghapus tiket harian karena 61 stasiun lainnya masih melayani pembelian, isi ulang, ataupun pengembalian uang jaminan tiket harian.
”Stasiun khusus uang elektronik juga masih dapat menjadi stasiun tujuan, di mana pengguna tiket harian berjamin melakukan tap out di gate elektronik. Bagi pengguna KRL yang menggunakan tiket harian berjaminan pergi pulang juga dapat menggunakan tiket tersebut di stasiun khusus uang elektronik dengan keluar (tap out) untuk kemudian naik KRL kembali (tap in). Asalkan sesuai dengan relasi stasiun pergi pulang yang dibelinya di awal,” papar Anne.