Harapan itu sedikit demi sedikit terwujud. Tingkat keterisian RSDC Wisma Atlet Kemayoran dari hari ke hari semakin lowong.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
Tanggal 23 Maret 2021 menandai satu tahun karya Rumah Sakit Darurat Covid-19 Kemayoran di Jakarta Pusat melawan wabah Covid-19. Para sukarelawan di sana enggan menyebut momentum ini sebagai ulang tahun, tetapi peringatan setahun perjuangan. Dalam peringatan itu, terselip doa agar RSDC Wisma Atlet Kemayoran berumur pendek….
Jika ulang tahun dirayakan dengan pesta meriah, peringatan perjuangan diisi dengan ajakan berprihatin. Peringatan yang dimulai sekitar pukul 17.00 di area teater taman Wisma Atlet itu dibuka dengan lagu ”Gugur Bunga” yang sarat nada minor nan menyayat hati. Lagu dimainkan secara instrumental dengan berbagai alat musik, termasuk angklung yang dibeli dari para perajin kecil.
Ini adalah wujud penghormatan terhadap 1.500 tenaga medis yang telah gugur serta 39.000-an rakyat yang meninggal dunia seusai bertempur dengan virus korona.
”Saya tentu berharap bahwa peringatan kita di Rumah Sakit Darurat Covid-19 ini adalah yang pertama dan terakhir,” ucap Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid, yang turut hadir dalam balutan alat pelindung diri (APD) lengkap.
Satu jam tersiksa dalam APD membuat Hilmar semakin menghargai perjuangan para tenaga kesehatan serta tenaga pendukung yang mesti melayani pasien Covid-19 selama delapan jam setiap giliran tugas, dengan memakai pakaian semacam itu. Sukarelawan di Wisma Atlet juga mesti berhari-hari, bahkan ada yang berbulan-bulan, meninggalkan keluarga di rumah.
Karena itu, Hilmar mengajak masyarakat untuk saling menjaga demi terhindar dari penularan Covid-19 sehingga turut membantu meringankan beban tenaga kesehatan. Dengan cara demikian, tidak perlu ada peringatan dua tahun perjuangan RSDC Wisma Atlet pada 2022 karena tidak ada lagi pasien positif.
Harapan itu sedikit demi sedikit terwujud. Tingkat keterisian RSDC Wisma Atlet Kemayoran dari hari ke hari semakin lowong. Pada Selasa pagi, tingkat okupansi hanya 38,3 persen karena dari 5.994 tempat tidur yang tersedia di Menara 4 hingga 7, terdapat total 2.296 pasien yang sedang dirawat.
Ah, Wisma Atlet masih banyak tempat tidurnya, lalu cuek-cuek saja. Jangan seperti itu. (M Arifin)
Sebagai perbandingan, Senin (15/3/2021) pekan lalu, tingkat keterisian 47,58 persen karena RSDC merawat 2.852 orang. Adapun pada 8 Maret, ada 3.748 pasien sehingga tingkat keterisian 62,52 persen dan tanggal 1 Maret, tingkat keterisian 79,54 persen karena RSDC Wisma Atlet Kemayoran merawat 4.768 pasien.
Padahal, RSDC Wisma Atlet Kemayoran sudah tidak ”dibantu” lagi oleh Wisma Atlet Pademangan di Jakarta Utara. Sebelumnya, Menara 8 dan 9 di Pademangan turut dijadikan RSDC pada Januari pascalibur Natal dan Tahun Baru karena Kemayoran sudah sangat kewalahan menerima pasien yang jumlahnya terus melonjak hingga tingkat keterisian hampir 90 persen.
Pertengahan Februari, tinggal Menara 8 di Pademangan yang digunakan untuk menerima pasien Covid-19 karena jumlah pasien terus menurun. Kini, Menara 8 pun tidak menerima pasien lagi sehingga seluruh pasien yang dirujuk ke RSDC diarahkan untuk ditempatkan di Menara 4-7 Kemayoran.
Humas RSDC Wisma Atlet Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin, dalam gelar wicara di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Jakarta, pekan lalu, menyampaikan, terus turunnya tingkat hunian Wisma Atlet kemungkinan berhubungan dengan makin efektifnya program penanganan pandemi oleh pemerintah. Salah satunya, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro yang saat ini masih berlangsung.
Pemerintah juga menekan mobilitas warga saat libur panjang. Saat ada libur panjang Imlek Februari lalu, pemerintah melarang aparatur sipil negara bepergian ke luar daerah sepanjang Kamis-Minggu (12-14/2). Waktu ada libur Isra Miraj Nabi Muhammad hari Kamis (11/3/2021), pemerintah membatalkan cuti bersama pada Jumat (12/3/2021) bagi ASN.
Namun, sepinya RSDC Wisma Atlet saat ini tidak boleh membuat masyarakat lengah, apalagi menyepelekan. ”Ah, Wisma Atlet masih banyak tempat tidurnya, lalu cuek-cuek saja. Jangan seperti itu,” ujar Arifin.
Pandemi belum berakhir. Jika banyak yang meninggalkan protokol kesehatan, RSDC bisa penuh lagi dan peringatan perjuangan mungkin kembali dihelat tahun depan.
Karena itu, Koordinator RSDC Wisma Atlet Mayor Jenderal TNI dokter Tugas Ratmono memohon bantuan dari ribuan pasien Covid-19 yang sekarang berada di Kemayoran. Saat sudah sembuh dan pulang nanti, mereka diminta menyuarakan kedisiplinan 5M di lingkungan masing-masing, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi bepergian.
”Tidak hanya petugas kesehatan, tetapi yang melawan adalah kita semuanya, termasuk Bapak, Ibu, Adik-adik yang kebetulan terpapar Covid-19,” tutur Tugas.
Semoga korona lekas tumbang dan umurmu benar-benar pendek, RSDC Wisma Atlet Kemayoran!