Target 82 Persen Wilayah DKI Terlayani Air Perpipaan dalam Dua Tahun
Di wilayah perkotaan sejatinya penyediaan air bagi masyarakat adalah melalui perpipaan. Menyedot air tanah untuk kota dengan penduduk sebanyak Jakarta akan membahayakan lingkungan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Pengadaan sistem penyediaan air minum atau SPAM bersifat komunal bisa membantu percepatan jangkauan pipa air bersih bagi warga Ibu Kota. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mematok target tahun 2023 agar 82 persen wilayah tercakup dalam sistem air perpipaan.
”Selama ini SPAM biasanya dikelola di kompleks perumahan, tetapi sekarang kita harus mengembangkan SPAM yang bisa diakses secara umum. Teknologi sekarang sudah bisa menyaring air sehingga bisa langsung diminum dari keran,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika meresmikan SPAM Rumah Susun Sewa Pesakih di Daan Mogot, Kecamatan Duri Kosambi, Jakarta Barat, pada hari Senin (22/3/2021).
Anies mencoba meminum air yang diolah oleh SPAM tersebut. Asal air dari limbah rumah tangga penghuni rusun dan Kali Mookervaart yang ditampung di Waduk Daan Mogon seluas 1,1 hektar. Menurut dia, air itu tidak berbau ataupun tidak memiliki rasa.
Anies mencoba meminum air yang diolah oleh SPAM tersebut. Menurut dia, air itu tidak berbau ataupun tidak memiliki rasa.
Di SPAM Rusunawa Pesakih ini kapasitas pipanya adalah 10 liter per detik. Ada 1.902 unit rusunawa atau setara dengan 9.700 jiwa yang memperoleh akses ke air bersih. Ke depannya, SPAM akan semakin banyak dikombinasikan dengan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), seperti di IPAL Hutan Kota yang airnya menyuplai sampai ke wilayah Kamal. Kebutuhan air domestik bisa tercukupi.
Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Yusmada Faizal mengatakan, ada 111 waduk dan situ yang belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal, waduk dan situ ini bisa digabung dengan sistem SPAM dan IPAL agar akses air bersih bagi masyarakat Jakarta terpenuhi.
Di Kepulauan Seribu, dari 11 pulau, sudah ada sembilan pulau yang memanfaatkan air perpipaan yang diolah dari air laut. Hal ini penting agar warga tidak lagi menyedot air tanah yang bisa mengakibatkan penurunan muka daratan.
”Di daratan utama Jakarta sudah ada delapan waduk untuk IPAL. Tahun 2021 ini kami akan membangun IPAL di Waduk Tomang Barat dan Ancol dengan kapasitas 20 liter per detik. Kedua IPAL ini bisa melayani 10 kelurahan,” ujarnya.
Selain itu, juga ada revitalisasi sembilan polder dan pembangunan empat waduk besar yang akan digandeng dengan SPAM. Waduk-waduk itu adalah Lebak Bulus, Brigif, Pondok Ranggon, dan Wirajasa.
Jatiluhur dan Karian
Direktur Utama Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya Priyatno Bambang Hernowo menjelaskan bahwa baru 64 persen warga Jakarta yang memiliki akses ke air perpipaan. Sisanya masih menyedot air tanah ataupun membeli dari bakul. Butuh 13.000 liter per detik untuk memenuhi seluruh kebutuhan di Ibu Kota.
Mayoritas air akan diambil dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, dan Waduk Karian di Lebak, Banten. Air dari Jatiluhur diambil dengan pipa berkapasitas 4.000 liter per detik, sementara dari Karian kapasitas pipanya 3.200 liter per detik. Keduanya akan menaikkan cakupan air perpipaan Jakarta sebanyak 12 persen.
Menurut Priyatno, pembangunan pipa dari Karian ke Jakarta membutuhkan biaya Rp 6 triliun dan akan dibiayai oleh Pemprov Jakarta. Akan tetapi, pembangunan pipa dari Jatiluhur yang memerlukan biaya Rp 9 triliun akan memakai dana dari investor. Alasannya resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 menyurutkan anggaran pemprov.
Sisa kebutuhan air warga akan dipenuhi melalui SPAM komunal. SPAM Setu Babakan, misalnya, kapasitas maksimalnya memang hanya 100 liter per detik, tetapi cukup untuk permukiman di sekitar.
”Ada juga pembangunan SPAM Pesanggrahan di Cirendeu dengan kapasitas 750 liter per detik dan SPAM Ciliwung di Pejaten yang berkapasitas 200 liter per detik,” ujarnya.
Pada kesempatan yang berbeda, pakar tata air dari Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Rudy P Tambunan, memaparkan bahwa di wilayah perkotaan sejatinya penyediaan air bagi masyarakat adalah melalui perpipaan. Menyedot air tanah untuk kota dengan penduduk sebanyak Jakarta akan membahayakan lingkungan.
Ia mencontohkan proyek pembangunan sumur resapan Pemprov DKI Jakarta. Data Dinas SDA DKI menyebutkan, tahun 2021 akan ada pembangunan sumur di lima wilayah Jakarta dengan daya serap total 90.000 meter kubik. Selama air tanah tetap disedot, keberadaan sumur resapan tidak akan membantu pencegahan penurunan tanah.
”Beredar konsep keliru di masyarakat bahwa sumur resapan untuk mengganti air yang telah disedot dan air yang telah diresap nanti bisa dipakai untuk kebutuhan harian warga. Ini akhirnya jadi gali lubang dan tutup lubang. Tujuan sumur resapan murni untuk menjaga keawetan air,” katanya.