Memperkuat Daya Tahan Tubuh Tidak Harus dengan Suplemen
Menjaga kesehatan tidak selalu dengan mengonsumsi suplemen. Makanan yang berimbang dan bergizi sudah cukup untuk memelihara kesehatan.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memperkuat daya tahan tubuh di masa pandemi Covid-19 tidak harus dengan mengonsumsi suplemen. Daya tahan tubuh juga bisa dibentuk melalui nutrisi dari bahan pangan lokal berharga murah.
Dokter dari SehatQ Valencia Jane mengatakan, di masa pandemi ini banyak orang yang berbondong-bondong membeli suplemen demi meningkatkan imunitasnya. Padahal, orang dewasa sehat hanya perlu mengonsumsi nutrisi yang cukup dari makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
”Untuk meningkatkan imunitas, nutrisinya hanya perlu bervariasi. Proteinnya harus cukup, karbohidratnya juga harus cukup, dan juga lemaknya. Semua harus seimbang,” katanya dalam webinar ”Bahan Pangan Lokal Meningkatkan Imun Tanpa Mahal” yang diselenggarakan oleh SehatQ dan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat, Rabu (17/3/2021).
Menurut Valencia, suplemen lebih dibutuhkan oleh orang dewasa yang kondisi tubuhnya tidak dapat menyerap makanan dengan optimal atau sedang mengidap penyakit. Itu pun konsumsinya sebaiknya dibatasi sampai tubuh kembali fit.
Nutrisi yang seimbang bisa didapatkan dari pangan lokal berharga murah. Misalnya ikan kembung (rastrelliger) yang kaya dengan kandungan omega dan protein. Bahkan menurut Valencia, kandungan omega dan protein pada ikan kembung ini tidak kalah besar dibandingkan ikan salmon (oncorhynchus nerka).
”Selama ini orang menganggap ikan yang kaya nutrisi itu ikan salmon karena mengandung omega 3, omega 9, atau omega 6. Padahal nutrisi pada ikan kembung juga tinggi,” tambahnya.
Untuk telur, saat ini ada banyak macam yang dijual di pasaran. Misalnya telur ayam kampung, telur ayam negeri, atau telur omega 3. Menurut Valencia, yang terpenting bukan seberapa besar kandungan dalam telur-telur tersebut, melainkan seberapa sering telur itu dikonsumsi.
”Tidak masalah mau mengonsumsi yang mana, yang penting mudah didapatkan. Jangan sampai karena ingin telur Omega 3, konsumsinya semakin berkurang karena harganya lebih mahal,” ujarnya.
Contoh pangan lain yang kaya dengan nutrisi adalah daun kelor (moringa oleifera). Selain dapat meningkatkan imunitas, tumbuhan ini juga mengandung anti-oksidan. Di dalamnya terkandung vitamin A, vitamin B, vitamin B6, vitamin B12, hingga zat besi.
Pisco Riawan, salah satu pelaku usaha pengolahan ikan, menyebutkan, harga ikan kembung ini jauh lebih murah dibandingkan ikan salmon. Ikan kembung harganya berkisar antara Rp 38.000-Rp 40.000 per kilogram. Sementara ikan salmon harganya Rp 250.000 per kilogram.
”Ikan kembung ini sudah banyak diminati. Biasanya yang dicari ikan kembung banjar atau ikan kembung mata belo,” katanya.
Pisco mengingatkan agar para konsumen cermat memilih ikan dengan kondisi yang masih segar. Konsumen juga harus mewaspadai ikan-ikan yang dijual dengan harga lebih murah dari harga pasaran.
Kenali kualitas
Menurut Kepala Satuan Pelaksana Sudin KPKP Kembangan Theresia Elita Gunarwati, meskipun harga pangan lokal cenderung murah, konsumen tetap harus memperhatikan kualitasnya. Ada beberapa cara untuk mengenali kualitas bahan pangan yang akan dibeli melalui tampilan fisiknya.
Ikan yang baik adalah ikan yang tidak terlalu kaku dan tidak terlalu lembek. Saat disentuh, ikan tersebut tidak membentuk cekungan. Ikan yang baik juga akan memiliki mata yang jernih dan permukaannya menonjol.
”Kita juga perlu memeriksa insangnya. Insang yang bagus berwarna merah segar dan berlendir bening,” katanya.
Sementara daging ayam yang baik memiliki warna putih-merah muda dan tidak memiliki bercak darah di permukaan kulitnya. Pastikan leher ayam terpotong secara penuh agar tidak ada darah yang masih mengalir di dalam tubuh. Sebab, darah ini bisa memicu penyebaran bakteri.
”Untuk ayam beku, pastikan permukaan kulitnya masih kencang,” ujar Theresia.
Saat membeli telur ayam, pilihlah yang permukaannya bersih tanpa noda. Saat tiba di rumah, taruh telur ke dalam wadah berisi air. Jika telur tersebut tenggelam, artinya kondisi telur masih bagus.
”Jika ingin membeli telur yang mengandung omega 3, kita bisa meminta sertifikat omega 3 itu kepada penjual,” ungkapnya.
Menurut Theresia, saat membeli sayuran konsumen juga harus menghindari sayuran yang sudah layu. Untuk memastikan hal itu bisa dengan cara mematahkan tangkainya. Jika sayur mudah patah artinya masih dalam kondisi bagus.
”Warnanya juga harus sesuai dengan warna sayur. Kalau sayur hijau, pilihlah yang berwarna hijau segar tanpa bintik. Kalau yang kuning, warnanya harus kuning merata,” tambahnya.
Teresia menegaskan, bahan pangan lokal akan banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh jika berkualitas. Sebaliknya, pangan lokal yang kurang berkualitas justru akan menyebabkan timbulnya penyakit bagi tubuh.
Pandemi Covid-19 membuat Rian (29), karyawan swasta asal Jakarta Utara, rajin mengonsumsi vitamin. Setidaknya dia mengonsumsi satu tablet vitamin dua hari sekali. Namun, jika saat kondisi tubuhnya tidak fit, dia mengonsumsi satu tablet vitamin per hari.
”Kebetulan ada teman yang nawarin (vitamin) dengan harga murah karena kerja di perusahaannya,” katanya saat dihubungi.
Di sisi lain, Rian yang memiliki hobi memasak juga kerap memasak makanan sehat selama pandemi. Banyaknya waktu luang yang dia miliki karena sering bekerja dari rumah membuatnya leluasa berbelanja bahan.
Meski begitu, Rian tidak menghitung nutrisi makanan tersebut secara spesifik. Hanya saja, dia lebih sering mengolah sayuran ketimbang sebelum pandemi Covid-19.
”Beberapa kali bikin resoles isi sayuran. Selain dibikin sendiri dibagi juga ke teman-teman,” ungkapnya.