Balai Besar Akan Benahi Menyeluruh Tanggul Kritis Citarum Hilir
Secara keseluruhan, tanggul yang kritis di Citarum panjangnya sekitar 100 kilometer. Sejauh ini, baru 20 km tanggul yang sudah diperbaiki.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Perbaikan empat titik tanggul Citarum hilir di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, rampung. Balai Besar Wilayah Sungai Citarum saat ini sedang mengidentifikasi tanggul-tanggul Sungai Citarum yang kritis. Dari pemetaan awal, tanggul Citarum yang kritis jumlahnya cukup banyak.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Anang Muchlis mengatakan, perbaikan empat titik tanggul yang jebol di Kabupaten Bekasi rampung. Namun, salah satu tanggul Citarum yang sudah rampung diperbaiki di Kampung Babakan Banten, Desa Sumberurip, Kecamatan Pebayuran, terjadi penurunan akibat pergeseran muka tanah.
”Empat titik tanggul yang jebol sudah selesai diperbaiki. Di Pebayuran, begitu selesai, ada yang turun karena fondasi tanahnya jelek dan labil. Namun, yang penting konsentrasi kami saat ini air tinggi, tidak masuk ke penduduk,” kata Anang, Selasa (9/3/2021), saat dihubungi dari Bekasi.
Empat titik tanggul yang jebol sudah selesai diperbaiki.
Proses perbaikan tanggul yang turun tersebut akan dilakukan setelah kondisi penurunan muka tanah selesai. Tiga lokasi tanggul lain yang telah selesai dikerjakan tersebar di wilayah Kecamatan Muara Gembong, yakni di Desa Pantai Bahagia dan dua tanggul lain di Kampung Solokan Kendal.
Anang menambahkan, pihaknya saat ini sedang mengidentifikasi tanggul-tanggul kritis di Sungai Citarum hilir. Dari pemetaan awal, diketahui kalau tanggul yang kritis jumlahnya cukup banyak.
”Lokasi tanggul (Citarum hilir) yang kritis masih bergerak terus, lokasinya banyak sekali. Sekarang, kami masih mengecek kondisi tanggul, semua akan kami telusuri. Jadi, kami identifikasi sekaligus memperbaiki,” katanya.
Secara keseluruhan, tanggul yang kritis di Citarum panjangnya sekitar 100 kilometer. Sejauh ini, baru 20 km tanggul yang sudah diperbaiki. Tanggul sepanjang 20 km yang sudah diperbaiki itu juga baru di salah satu sisi Sungai Citarum.
”Makanya, yang akan kami perbaiki cukup banyak. Tetapi, kami akan mengacu pada tanggul yang paling kritis. Itu akan segera kami tangani,” ucap Anang.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, saat meninjau warga terdampak banjir di Kampung Babakan Banten, juga memastikan untuk menelusiri secara menyeluruh tanggul Sungai Citarum. Ini karena berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, terjadi perubahan suhu secara global yang berdampak serius pada tingginya curah hujan di Indonesia. Dalam kurun waktu 100 tahun, terjadi curah hujan ekstrem di Indonesia selama 30 tahun terakhir.
”Artinya, desain infrastruktur yang rata-rata ada di Indonesia mengalami tekanan berlipat-lipat dari desain awal. Misalnya, desainnya di zaman Orde Baru, maka itu semua harus kita kunjungi lagi. Sebab, kekuatan (tanggul) yang ada ini berbeda dengan global warming yang menyebabkan curah hujan ekstrem,” katanya (Kompas, 23/2/2021).
Pembangunan Bendungan Cibeet
Di Kabupaten Bekasi, banjir dengan skala cukup luas yang terjadi pada 20 Februari 2021 mengakibatkan sekitar 25.000 warga terdampak. Banjir itu juga merendam 19.433 hektar sawah.
Anang mengatakan, luapan Citarum yang terjadi di Bekasi berasal dari Sungai Cibeet (anak Sungai Citarum). Beberapa kejadian banjir dengan skala cukup besar juga akibat meluapnya Sungai Cibeet.
”Jadi, kami akan bangun Bendungan Cibeet. Akhir tahun ini sudah proses lelang. Bendungan ini fungsi utamanya adalah untuk pengendalian banjir dan diharapkan setelah selesai dibangun, air yang akan mengalir ke Citarum hilir sudah tereduksi,” ucapnya.
Pembina Serdadu Komunitas Cibeet (Sekoci), Gunawan, mengatakan, pembangunan Bendungan Cibeet akan membantu menanggulangi masalah banjir di wilayah Bekasi dan Karawang. Namun, BBWS Citarum juga harus melakukan pemasangan tiang pancang di titik-titik cekungan Sungai Cibeet yang selama ini mengakibatkan terjadinya limpasan banjir.
”Saya kebetulan tinggal di bantaran Sungai Cibeet (Desa Cipayung, Kecamatan Cikarang Timur). Banjir Bekasi kemarin itu asal mulanya dari Cipayung. Luapan Cibeet di Cipayung kemarin itu juga yang menyebabkan rel kereta api jarak jauh terendam banjir,” ucap Gunawan.
Sungai Cibeet, kata Gunawan, merupakan sungai alam yang memiliki banyak cekungan. Sungai yang menampung aliran air dari dua anak sungai, yakni Cigentis dan Cipamingkis, itu juga tidak memiliki bantaran dan tanggul sungai.
”Sehingga ketika hujan dengan intensitas tinggi dan debit air besar, karena ada cekungan sungai, maka terjadi luapan banjir,” katanya.