Tim Khusus Atasi Konflik Antar-ormas di Tangerang Selatan Dibentuk
Kota Tangerang Selatan diteror kasus pembakaran posko organisasi kemasyarakatan dalam sepekan terakhir. Polres Tangerang Selatan membentuk Tim Khusus Ungkap Kasus Adu Domba Antar-ormas.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Konflik yang melibatkan organisasi kemasyarakatan atau ormas di Kota Tangerang Selatan, Banten, mulai marak terjadi. Mengantisipasi konflik kian meruncing, Kepala Kepolisian Resor Tangerang Selatan membentuk Tim Khusus Ungkap Kasus Adu Domba Antar-ormas. Satu orang yang diduga pelaku pembakaran telah diamankan polisi.
Kepala Polres Tangerang Selatan (Tangsel) Ajun Komisaris Besar Iman Imanuddin, Selasa (9/3/2021), mengatakan, konflik menyebabkan beberapa pos komando milik sejumlah ormas di Tangsel dibakar orang tak dikenal. Selain itu, sejumlah orang luka-luka setelah diserang.
Dalam sepekan terakhir, insiden pembakaran posko milik ormas memicu keresahan warga di Tangsel. Posko yang dibakar merupakan milik dua ormas di kawasan Pondok Aren, tepatnya di Jalan Setia Budi, pada Minggu (7/3/2021) dini hari. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut karena posko sedang ditinggal anggota ormas saat pembakaran terjadi.
Setelah peristiwa itu, Iman mengklaim kepolisian telah melakukan langkah-langkah penegakan hukum ataupun langkah antisipatif. Proses penegakan hukum, kata Iman, sudah berjalan dengan membentuk Tim Khusus Ungkap Kasus Adu Domba Antar-ormas.
Pembentukan tim khusus tersebut dilakukan karena ia menduga ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ingin mengadu domba ormas-ormas di Tangsel. Kondisi itu dinilai bakal mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
”Saat ini sudah ada satu orang yang diduga pelaku dalam rangkaian kasus pembakaran posko ormas,” kata Iman melalui pesan singkat kepada Kompas. Namun, Iman tidak merinci lebih lanjut identitas satu orang yang telah diamankan tersebut.
Proses penyelidikan kasus pembakaran hingga saat ini masih berlangsung. Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang sekaligus menjaga stabilitas keamanan di Tangsel, kepolisian bersama TNI akan melaksanakan patroli di wilayah-wilayah rawab gangguan kamtibmas.
”Namun, polres bersama-sama kodim (komando distrik militer) dan Pemerintah Kota Tangsel terus berupaya melakukan upaya preemtif, preventif, dan bahkan represif dalam bentuk penegakan hukum terhadap pelaku-pelaku yang melakukan tindak pidana tersebut,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang, Iman menyebut kepolisian bersama TNI bakal mengintensifkan patroli bersama di wilayah-wilayah rawan gangguan kamtibmas.
Dihubungi secara terpisah, kriminolog dari Universitas Indonesia, Josias Simon, berpendapat, insiden pembakaran posko ormas telah berulang kali terjadi. Dari sejumlah kajian dan penelitian, peristiwa tersebut pada umumnya dilatarbelakangi motif perebutan wilayah kekuasaan dan lahan operasi wilayah kerja.
Penyelesaian konflik antar-ormas selama ini selalu mengedepankan pendekatan penegakan hukum sehingga rawan kembali terulang. Sebab, menurut Josias, pendekatan hukum hanya mengatasi persoalan konfliknya semata.
”Agar benar-benar tuntas, pendekatan penyelesaiannya harus juga menggunakan pendekatan sosiologis atau juga budaya. Perlu dicari tahu bagaimana bisa sebuah ormas itu terbentuk,” katanya.
Kendati demikian, Josias mengapresiasi upaya kepolisian yang telah menangkap satu orang yang diduga pelaku pembakaran. Ia berharap kepolisian benar-benar serius mengusut kasus pembakaran posko ormas karena hal itu menyangkut hak warga untuk mendapatkan rasa aman.