Pokok bahasan dalam nota kesepahaman MRT-Transjakarta adalah mengenai studi skema untuk kerjasama konektivitas titik awal perjalanan dan titik akhir perjalanan warga dengan kedua moda transportasi massal.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Memasuki normal baru, dua Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bergerak di bidang layanan angkutan umum, PT MRT Jakarta dan PT Transportasi Jakarta kembali bekerjasama untuk integrasi layanan. Kali ini dua stasiun MRT dengan tujuh rute menjadi target integrasi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta
Ahmad Pratomo, Selasa (9/3/2021) menjelaskan, kerjasama integrasi layanan itu dikuatkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT MRT
Jakarta (Perseroda) dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta). Acara yang berlangsung di Stasiun MRT Cipete itu untuk memperkuat Studi Pengembangan Kerja Sama Layanan Transportasi Terintegrasi bagi pengguna MRT Jakarta dan Transjakarta.
Penandatanganan berlangsung hari ini dan dihadiri oleh Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi, Direktur Operasional PT Transportasi Jakarta Prasetia Budi, dan Direktur Pelayanan dan Pengembangan PT Transportasi Jakarta Achmad Izzul Waro. Namun, sebelumnya penandatanganan Nota Kesepahaman telah dilakukan secara sirkuler pada 1 Maret 2021 lalu oleh Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar dan Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Sardjono Jhony Tjitrokusumo.
Ahmad melanjutkan, pokok bahasan dalam nota kesepahaman itu mengenai studi skema untuk kerjasama konektivitas dari titik awal perjalanan (first mile) hingga ke titik akhir perjalanan (last mile). Di dalamnya juga termasuk membangun tempat menurunkan penumpang (drop off) dan menaikkan penumpang (pick up) untuk pelanggan MRT Jakarta dalam menggunakan layanan Transjakarta.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhammad Effendi menjelaskan, Nota Kesepahaman itu bertujuan untuk menjajaki studi pengembangan layanan transportasi terintegrasi dalam skema Jaklingko antara MRT Jakarta dan Transjakarta. "Ke depannya, kedua moda transportasi ini akan mengoptimalkan aplikasi ponsel dalam melayani masyarakat,” katanya.
Dengan layanan yang saling terhubung ini, titik yang disiapkan untuk integrasi MRT Jakarta dan Transjakarta terdapat di dua stasiun, yaitu Stasiun Fatmawati dan Stasiun Cipete.
Dari dua stasiun itu, Trans Jakarta beroperasi dan melayani tujuh rute. Dari dan ke Stasiun Fatmawati dengan rute 6R Ragunan – St. Fatmawati; 6H Lebak Bulus – Senen; 7A Lebak Bulus – Kampung Rambutan; D21 Universitas Indonesia – Lebak Bulus; S12: Royal Trans Bintaro – St. Fatmawati; dan S31 Royal Trans BSD – St. Fatmawati. Kemudian dari dan ke Stasiun MRT Cipete dilayani dengan rute 1E Blok M – Pondok Labu.
Saat kondisi normal tanpa pandemi Covid-19, rute-rute tersebut sebetulnya juga sudah melayani penumpang. Akan tetapi, dengan terjadinya pandemi, Transjakarta sempat membatasi layanan dari sisi jam operasional dan cakupan area serta mengoperasikan sebagian armada saja.
Sardjono Jhony Tjitrokusumo, Direktur Utama PT Transportasi Jakarta menyatakan, ia menyambut baik kerjasama dua BUMD yang bergerak di sektor transportasi ini, khususnya di aspek peningkatan kapabilitas dari sisi platform digital. Adapun Transjakarta saat ini telah menerapkan platform digital TIJE.
Platform TIJE memberikan layanan pembelian tiket digital, lacak bus secara real time, lacak rute, dan juga wi-fi berkecepatan tinggi tanpa bayar dan tanpa batas kuota di semua halte Transjakarta. Ke depannya Transjakarta akan terus berupaya dan konsisten dalam menciptakan layanan transportasi yang terintegrasi yang berkelanjutan, tidak hanya secara fisik tapi juga sistem digital pembayaran dan konektivitas ke pihak yang bekerjasama dengan Transjakarta melalui penggunakan teknologi seperti API Management.
Sardjono berharap, semua layanan transportasi ke depannya bisa terintegrasi. "Sehingga memudahkan masyarakat saat berpindah dari satu moda ke moda lain,” kata Jhony.
Dari sisi MRT Jakarta, dalam dua tahun beroperasi komersial, MRT Jakarta sudah mengangkut lebih dari 33 juta orang penumpang. Sejak diresmikan pertama kali pada 24 Maret 2019, jumlah penumpang yang diangkut sudah menyentuh 100.000 orang per hari. Integrasi layanan dengan moda angkutan lain yang bertindak sebagai first miles dan last miles turut mendukung penumpang. Namun, karena pembatasan kegiatan publik selama pandemi, jumlah penumpang menurun drastis.
Hal sama berlaku juga pada Transjakarta. Angka penumpang pada awal 2020 bahkan sempat menyentuh 1 juta penumpang per hari. Namun, pandemi Covid-19 membuat jumlah penumpang itu turun. Memasuki normal baru saat layanan angkutan mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kesehatan, integrasi layanan juga cara pembayaran non-tunai menjadi cara untuk memudahkan penumpang bermobilitas dan berpindah layanan angkutan.