Aksi Geng Motor Bersenjata Mengejutkan Warga Kota Serang
Aksi ratusan anggota geng motor di Kota Serang yang mengacungkan senjata tajam terekam video dan viral di media sosial. Aksi meresahkan warga. Dibutuhkan tindakan tegas dari aparat keamanan, demi kedamaian di Serang.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Aksi viral geng motor yang memamerkan senjata-senjata tajam di media sosial saat berkonvoi mencari kelompok musuh mengejutkan sejumlah warga di Kota Serang. Sebab, Ibu Kota Provinsi Banten itu selama ini dinilai sebagai daerah yang kondusif tanpa gejolak keamanan signifikan.
“Saya sudah dari lahir, hampir 40 tahun tinggal di Serang, tetapi kejadian geng motor baru terjadi ini,” ucap Opirafi (39) saat dihubungi pada Senin (8/3/2021) sore.
Ia tidak mengetahui langsung aksi pamer senjata oleh geng motor karena kelompok onar itu berkonvoi pada Sabtu (6/3) dini hari, saat ia dan sebagian besar masyarakat tengah beristirahat. Informasi hanya didapat dari media dan media sosial.
Padahal, rumah keluarga Opi hanya berjarak 100-an meter dari persimpangan Ciceri di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Sumurpecung, Kecamatan Serang. Lokasi itu merupakan tempat geng motor bernama All Star Serang Timur tersebut merekam video pamer senjata hari Sabtu sekitar pukul 03.00.
Begitu dekatnya ancaman itu diakui Opi membuatnya resah. Karena itu, ia mengapresiasi gerak cepat polisi menyelidiki dan menangkap sejumlah orang yang diduga bagian dari All Star Serang Timur.
Dalam video yang beredar di media sosial, para anggota geng motor menghadap kamera dan mengangkat senjata-senjata tajam mereka, yang di antaranya berupa celurit. Terdapat anggota yang berteriak, ”Tengok kanan, tengok kiri, lagi-lagi Serang Timur,” yang diikuti dengan sorakan dari anggota lainnya. Mereka lantas naik ke sepeda motor masing-masing dan berkonvoi ke arah tertentu.
Saya sudah dari lahir, hampir 40 tahun tinggal di Serang, tetapi kejadian geng motor baru terjadi ini. (Opirafi)
Opi tidak mengira bakal ada geng motor yang berbuat onar di kotanya, mengingat Serang bukanlah daerah seperti Jakarta dan sekitarnya yang memiliki dinamika sosial yang tinggi. Ia ingat tawuran dahulu sempat marak di Serang ketika ia masih di sekolah menengah, tetapi sekarang pun sudah hampir tidak pernah terdengar kabar ada tawuran.
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Firman Hadiansyah (40), juga menyatakan kaget dengan aksi All Star Serang Timur. Sepanjang pengalamannya di kota tersebut, sangat jarang terdapat kekerasan oleh kelompok bersenjata tajam.
Firman selama ini juga berkolaborasi dengan komunitas-komunitas motor untuk menyebarkan buku ke taman bacaan di berbagai daerah. Menurut dia, komunitas motor memang banyak di Serang tetapi mereka biasanya hanya berkumpul nongkrong di lokasi-lokasi tertentu, salah satunya di alun-alun. Bahkan, banyak “anak motor” yang berinisiatif melakukan kegiatan positif semacam bakti sosial.
Guna meredakan keresahan masyarakat, Kepala Ombudsman Banten Dedy Irsan meminta polisi lebih menggiatkan patroli di malam hari dengan melibatkan TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Banten juga diminta sejak dini membubarkan jika melihat kerumunan di mana pun.
“Apalagi pada malam hari yang sudah melewati pukul 20.00, sehingga diharapkan dapat mempersempit ruang gerak untuk melalukan tindakan-tindakan yang meresahkan masyarakat,” kata dia.
Namun, Dedy mendorong agar pihak-pihak selain aparat keamanan juga terlibat mencegah kelompok-kelompok anak muda melakukan kekerasan. Contohnya, guru sekolah dan orang tua bertanggung jawab untuk mengawasi dan membimbing anak-anak agar tidak sampai terjerumus.
Firman berpendapat, kekerasan oleh kelompok remaja dan pemuda merupakan salah satu imbas dari minimnya ruang terbuka publik di Kota Serang. Anak-anak muda kurang terwadahi untuk mengekspresikan diri mereka sehingga kegiatan negatif jadi pelarian.
Kekerasan oleh kelompok remaja dan pemuda merupakan salah satu imbas dari minimnya ruang terbuka publik di Kota Serang. Anak-anak muda kurang terwadahi untuk mengekspresikan diri mereka sehingga kegiatan negatif jadi pelarian.(Firman Hadiansyah)
“Kebetulan disertasi saya tentang kebudayaan anak muda. Mereka punya standardisasi sendiri. mereka sedang mencari bentuk, mencari identitas, nah berkumpul dengan orang-orang yang sevisi. Itu sesuatu yang wajar,” ucap Firman. Kondisi itu mendorong mereka untuk membangun kelompok berdasarkan visi yang sama, termasuk jika masuk komunitas motor.
Firman merekomendasikan pemerintah dan masyarakat memfasilitasi penyaluran energi anak muda ke kegiatan-kegiatan positif. Jika ada yang hobi motor, misalnya, disediakan ruang publik untuk unjuk kebolehan mengemudikan motor.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Banten Komisaris Besar Martri Sonny menyebutkan, pihaknya bersama Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Serang Kota hingga Senin pukul 08.00 menangkap lagi sembilan anggota All Star Serang Timur. Dengan demikian, total 19 orang sudah dibawa polisi sejak video geng motor itu viral di media sosial.
“Berdasarkan keterangan dari 19 orang yang sudah kami amankan, kami masih melakukan pengembangan dan kemungkinan jumlah yang kami amankan akan terus bertambah,” ujar Martri. Perkiraan polisi, terdapat 100-an anggota geng tersebut yang berkonvoi Sabtu dini hari.
Kepala Bidang Humas Polda Banten Kombes Edy Sumardi menambahkan, polisi mendapatkan barang bukti berupa celurit, golok sisir, dan ponsel yang kemudian dibawa ke markas Polres Serang Kota. Para pelaku antara lain dijerat dengan Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun dengan ancaman hukuman penjara hingga 12 tahun, dan Pasal 160 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman penjara 6 tahun.