Pandemi, Di Rumah Saja, ”Mager” dan ”Baper” Drama Korea
Tanpa sadar, mereka bisa menitikkan air mata saat melihat adegan menyedihkan. Kisah romansa drama juga sering membuat penonton tampak bahagia dan ikut tersipu malu, seolah mereka bagian dari adegan itu.
Oleh
Agustina Purwanti
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 yang membuat masyarakat tidak bebas bermobilitas berujung pada makin digandrunginya serial drama asal Korea. Tidak sedikit dari masyarakat mengisi waktu ”mager” dengan ”baper” melalui tayangan Negeri Ginseng tersebut.
Serial Drama Korea bukan barang baru di Indonesia. Awalnya, drama Korea masuk ke Indonesia melalui tayangan televisi pada awal 2000-an. Judul pertama yang ditayangkan adalah Endless Love, sebuah drama bergenre romansa. Menyusul drama seri berjudul Winter Sonata, Full House, Princess Hours, dan Boys Before Flowers yang sudah ditayangkan lebih dari dua kali di pertelevisian Indonesia hingga saat ini.
Minat masyarakat menonton drakor, akronim dari drama korea, terus naik dari waktu ke waktu. Survei JakPat (2015), salah satu lembaga survei online Indonesia, menunjukkan, tiga dari empat responden yang pernah menonton drama asing mengaku lebih sering menonton serial drama Korea. Sisanya memilih drama Turki dan Amerika Serikat.
Sebelumnya, responden hanya memanfaatkan 2,7 jam dalam satu hari untuk menonton K-Drama. Saat pandemi, bertambah hampir dua kali lipat menjadi 4,6 jam per hari.
Menurut survei tersebut, drakor lebih digemari oleh mayoritas responden karena Korea menyajikan serial drama dengan pemeran yang memiliki kualitas akting terbaik daripada drama seri lainnya. Penampilan fisik pemeran serta jalan cerita yang lebih menarik juga membuat sebagian besar responden lebih menggandrungi K-Drama.
Setelah terjadi pandemi Covid-19, penggemar drakor semakin bertambah. Hal itu dibuktikan oleh Survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) awal pandemi lalu mengenai konsumsi drama Korea Selatan pada masa pandemi. Hasilnya, pencinta K-drama makin meningkat di Tanah Air.
Dari 924 responden yang disurvei, sebanyak 91,1 persen mengaku menonton K-Drama selama pandemi. Angka tersebut naik 3,3 persen dari kebiasaan menonton drakor sebelum masa pandemi. LIPI mencatat, ada 73 penggemar baru drakor saat pandemi.
Peningkatan jumlah penonton drakor tersebut sejalan dengan melonjaknya penelusuran kata kunci ”drama korea”, ”korean drama”, dan ”drakor” pada Juni 2020. Kenaikannya mencapai 130 persen secara tahunan (Kompas.id, 29 September 2020).
Setiap hari
Pandemi tak hanya menambah jumlah penggemar drakor. Masyarakat juga betah berlama-lama di depan layar untuk menikmati adu akting aktor dan aktris Korea.
Masih merujuk survei LIPI, rata-rata waktu yang digunakan untuk menonton drama Korea bertambah saat pandemi. Sebelumnya, responden hanya memanfaatkan 2,7 jam dalam satu hari untuk menonton K-Drama. Saat pandemi, bertambah hampir dua kali lipat menjadi 4,6 jam per hari.
Bahkan, empat dari sepuluh responden mengaku menonton drama Korea lebih dari enam kali dalam seminggu. Artinya, drakor menjadi hiburan yang wajib ditonton setiap hari. Kejenuhan karena lamanya di rumah saja dan semakin banyak waktu luang yang dimiliki boleh jadi mendasari kebiasaan tersebut.
Alur cerita yang tak terduga juga membuat pencinta drakor enggan beranjak alias ”mager” karena tidak mau tertinggal satu bagian pun. Ditambah lagi pencinta drakor harus membaca terjemahan dari kalimat yang diucapkan pemeran. Penonton rasanya tidak mungkin menonton drakor dengan melakukan aktivitas lainnya.
Tak jarang juga para pencinta drakor terbawa perasaan alias ”baper” saat menikmati adegan demi adegan. Tanpa sadar, mereka bisa menitikkan air mata saat melihat adegan menyedihkan. Kisah romansa drama juga sering membuat penonton tampak bahagia dan ikut tersipu malu, seolah mereka bagian dari adegan itu.
Cerita humor yang ditampilkan juga acap kali membawa penonton ikut tertawa terbahak-bahak. Bahkan, tidak sedikit dari penonton yang ikut marah dan merasa benci pada pemeran antagonis hingga membawanya dalam perbincangan sehari-hari bersama pencinta drakor lainnya.
Tak berhenti pada menonton, para pencinta drakor di Indonesia juga mengikuti gaya idola para bintang Korea. Sebagian dari mereka mengubah gaya rambut, cara berpakaian, hingga pilihan makanan yang dikonsumsi. Bahkan, tidak sedikit dari pencinta drakor yang kemudian menganggap artis Korea kesayangan mereka sebagai kekasih.
Sarana menonton
Seiring kian majunya teknologi, drama Korea tidak hanya bisa ditonton melalui jaringan televisi. Kini, drakor juga bisa disaksikan melalui streaming video on demand pada beberapa aplikasi dan situs web yang memanfaatkan jaringan internet. Penonton bisa dengan bebas memilih judul mana yang ingin ditonton.
Fenomena tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya penggunaan internet untuk mencari hiburan. Catatan Statistik Telekomunikasi (BPS), angkanya meningkat dari 45,07 persen tahun 2017 menjadi 62,13 persen pada 2019.
Hal senada ditunjukkan oleh Survei Asosiasi Pengelola Jasa Internet Indonesia (APJII) 2020 lalu. Lebih dari separuh responden yang memanfaatkan internet untuk hiburan menyebutkan, paling sering mengunjungi video dalam jaringan atau online. Disusul oleh game dan musik online. Fakta tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat Indonesia akan hiburan berbasis internet cukup tinggi.
Tak heran jika popularitas drakor yang sudah puluhan tahun masuk ke Indonesia semakin meningkat saat semua orang harus banyak menghabiskan waktu di rumah. Tontonan drakor membuat candu bagi sebagian besar orang. Namun, terlepas dari itu, rasanya tak berlebihan jika dikatakan drakor telah membuat orang untuk tetap tinggal di rumah selama pandemi.