Prevalensi gangguan jiwa di masyarakat naik dari angka 11,6 persen sebelum pandemi menjadi 57,6 persen setelah pandemi. Mengurangi tekanan mental masyarakat dan pasien Covid-19 amat diperlukan.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
Kebutuhan hiburan selama masa pemulihan penyintas Covid-19 mempercepat proses kesembuhan pasien. Metode pemulihan pasien dengan konsep hiburan dan pendekatan psikologi merupakan salah satu konsep penting selama masa perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit.
Hal ini mengemuka dalam diskusi daring yang mengusung tema ”Rekreasi Mental bagi Nakes dan Pasien Covid-19”, Jumat (5/3/2021), di Jakarta. Nakes merupakan singkatan dari tenaga kesehatan. Para pembicara yang terlibat dalam diskusi itu, antara lain, adalah Letnan Kolonel Laut dokter gigi M Arifin dari Humas Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet dan Kepala Rumah Sakit Lapangan Indrapura Surabaya IDG Nalendra Djaya Iswara. Hadir juga dari tim Psikologi RSDC Wisma Atlet, Desi Wulansari; dan salah satu penyintas Covid-19 Wisma Atlet, Anton Heriyanto.
Hiburan sangat erat hubungannya secara mental dan medis karena mempercepat kesembuhan.
Nalendra mengatakan, di RS Lapangan Indrapura, sejak awal, konsep yang diterapkan adalah konsep be happy (bahagia). Konsep itu bertujuan memberikan suasana senang bagi pasien agar segera terbentuk antibodi atau kekebalan tubuh.
”Penanganan pasien tidak hanya pada Covid-19-nya saja, tetapi juga gejala dan penyakit penyerta. Di kami, penggunaan obat tidak agresif, tetapi disesuaikan. Ini karena penyembuhan ditekankan pada penguatan sistem imun,” katanya.
Adapun untuk menciptakan suasana rileks dan bahagia untuk pasien, relawan di RS Lapangan Indrapura mendampingi pasien sejak masuk rumah sakit hingga sembuh dan kembali ke rumah. Pendampingan oleh relawan dititikberatkan pada faktor nonmedis, seperti kesehatan lingkungan, psikologis, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan.
”Hiburan sangat erat hubungannya secara mental dan medis karena mempercepat kesembuhan. Hiburan membantu menghilangkan stres pada pasien karena, jika seseorang stres, terjadi peningkatan hormon kortisol dan hormon epinefrin yang dapat memicu ketidakteraturan respons imunitas dan menurunkan imunitas tubuh,” tutur Nalendra.
Arifin menambahkan, konsep hiburan selama mengobservasi penyintas Covid-19 juga dilakukan di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Jenis-jenis hiburan yang sering digelar di Wisma Atlet adalah berolahraga (senam aerobik), bernyanyi atau karaoke, dan konseling yang melibatkan psikolog.
”Ini salah satu konsep yang membuat pasien di RSDC Wisma Atlet Cepat sembuh. Dan, masih berjalan sampai sekarang dengan jumlah pasien yang sudah sembuh 46.201 orang,” kata Arifin.
Di Wisma Atlet, hingga Jumat, jumlah pasien yang masih menjalani perawatan di Menara 4, 5, 6, dan 7 sebanyak 4.472 orang. Berdasarkan hasil rekapitulasi mulai dari 23 Maret 2020 hingga 5 Maret 2021, jumlah pasien yang terdaftar di RSDC Wisma Atlet sebanyak 69.443 orang. Dari jumlah itu, jumlah pasien meninggal 86 orang, pasien sembuh 64.195 orang, dan pasien rujuk ke rumah sakit lain 690 orang.
Perubahan aktivitas
Desi Wulansari mengatakan, di Wisma Atlet ada lima psikolog. Mereka bertugas memberikan pendampingan kepada dokter, perawat, dan pasien Covid-19. Salah satu tujuan kehadiran psikolog untuk memberi dukungan dan mengembalikan semangat penyintas Covid-19.
”Psikolog hadir langsung dan memang pasien-pasien ini ketika mereka kehilangan semangat otomatis mereka tidak mau beraktivitas dan hanya di kamar. Akhirnya mereka sendirian. Jadi, di Wisma Atlet, dukungan sosial untuk pasien atau tenaga kesehatan sangat terasa melalui berbagai aktivitas hiburan atau konseling,” papar Desi.
Persoalan yang dihadapi pasien Covid-19 saat menjalani perawatan di rumah sakit terutama adalah proses penyesuaian. Di rumah sakit, ada perubahan aktivitas dibandingkan dengan aktivitas sehari-hari pasien sebelum dirawat. Perubahan aktivitas itu mengakibatkan munculnya kondisi gangguan psikologis, seperti kecemasan, bahkan depresi. Kecemasan itu sering kali dialami pasien karena ada yang tak tahu jenis penyakit yang diderita, durasi waktu penyembuhan, hingga kebutuhan ekonomi keluarga karena pasien tak bisa bekerja.
Kecemasan hingga depresi tak hanya dialami pasien Covid-19. Di Indonesia, berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku, selama pandemi, terjadi peningkatan prevalensi gangguan jiwa di tengah masyarakat. Prevalensi gangguan jiwa naik dari angka 11,6 persen sebelum pandemi menjadi 57,6 persen setelah pandemi.
Berdasarkan data penyedia jasa telemedik Halodoc, ada kenaikan unduhan aplikasi Halodoc dua kali lipat pada 2020 dibandingkan 2019. Kini ada 18 juta pengguna aktif yang terdaftar.
Adapun salah satu layanan yang paling banyak diakses di Halodoc adalah kesehatan jiwa. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater mencapai puncak pada periode April-Juni 2020 saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Konsultasi psikologis meningkat 116 persen selama PSBB dibandingkan dengan masa sebelum PSBB. Secara keseluruhan, konsultasi kesehatan jiwa di Indonesia naik 300 persen. Tiga daerah yang paling banyak melakukan konsultasi itu ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur (Kompas, 1/3/2021).