Yatno, Pawang Anggur dari Jakarta
Yatno menyulap lahan bekas tempat pembuangan sampah di Jakarta menjadi kebun bibit anggur. Ada sekitar 90 varietas anggur asal 20 negara tumbuh di kebunnya. Ia kini menjadi pemasok bibit anggur ke sejumlah daerah.

Yatno, pelopor petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal, di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, saat ditemui pada Kamis (18/2/2021).
Banyak orang mengira pohon anggur berbuah manis enggan hidup di Jakarta. Namun, Yatno mampu ”menjinakkan” tanaman anggur impor agar mau tumbuh subur di Ibu Kota, bahkan di lahan bekas pembuangan sampah. Pawang anggur pembelajar otodidak itu kini dicari peminat bibit anggur se-Indonesia lantaran buahnya enak di lidah.
Nama lengkapnya hanya terdiri dari lima huruf, Yatno. Belakangan, ia menambahkan sebutan ”Gondrong” sebagai nama belakangnya agar orang bisa membedakannya dari pria bernama Yatno lain, dan rambutnya pun memang sepunggung.
Sejak lahir, Yatno telah akrab dengan kehidupan keras Jakarta. Saat remaja ia sudah membantu keluarga mencari uang dengan mengangkuti sampah di perumahan. Ia juga pernah menjadi kuli bangunan, pengelola grup dangdut, hingga menjadi petugas satuan pengamanan kompleks.
Tamatan sekolah dasar itu sejak 2017 hingga kini tercatat sebagai anggota penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Tugas utamanya memangkas pohon dan membersihkan selokan.

Yatno, pelopor petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal di Kelurahan Malaka Sari, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021).
Namun, karya Yatno di sebidang tanah terbengkalai di Malaka Sari seakan mengingatkan manusia untuk tidak mudah meremehkan orang lain karena latar belakangnya. Ia di sana sukses merintis kebun bibit anggur yang dinamainya Kebun Imut Sinakal (Sigap, Niat, dan Berakal). Omzetnya puluhan juta rupiah per bulan dan turut menjadi sumber rezeki bagi empat pekerjanya.
Ditingkahi derai hujan pada Kamis (18/2/2021) sore, Yatno unjuk kebolehan yang memikat perhatian pembeli bibitnya. Ia mengambil satu batang tanaman anggur berdiameter 2 sentimeter, mengupas kulit pada salah satu ujungnya, lalu menyelipkan batang lain yang berdiameter sekitar setengah sentimeter dan telah disayat.
Batang yang lebih besar merupakan batang pohon anggur yang sudah familiar dengan tanah di Indonesia, misalnya alphonso yang telah mengharumkan Buleleng di Bali sebagai daerah sentra anggur. Adapun batang lebih kecil didatangkan Yatno dari luar negeri.
Sambungan tersebut lantas dibungkus plastik dan parafilm. Semuanya berlangsung hanya kurang dari dua menit.

Petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal menyiapkan proses penyemaian bibit anggur dengan okulasi di perkebunan yang menempati lahan perkampungan di kawasan Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021). Kebun tersebut memanfaatkan lahan seluas 600 meter persegi bekas pembuangan sampah warga yang dulunya digunakan untuk perjudian dan miras.
Inilah proses penyambungan atau grafting untuk memperbanyak bibit pengundang rezeki di Kebun Imut Sinakal. Batang bawah dipilih dari varietas yang sudah adaptif berpuluh tahun di Tanah Air dan berperan sebagai kaki yang tangguh nan sehat, sedangkan batang atas diandalkan untuk menghasilkan buah dengan rasa yang disukai dalam beberapa bulan ke depan.
Setelah dua bulan dan dengan perawatan yang tepat, sambungan itu berubah wujud jadi tanaman bibit anggur setinggi lebih kurang 50 sentimeter. Bergantung jenisnya, bibit bakal laku dijual dengan harga tinggi. Bibit varietas-varietas standar dilepas dengan harga Rp 125.000 per batang, antara lain untuk varietas jupiter, julian, dan akademik. Ada pula bibit yang harganya sampai Rp 1,5 juta per batang, seperti untuk giant grande, midnight beauty, dan casanova.
Harga itu sepadan karena Yatno menjamin pohon bakal berbuah manis asal dipelihara dengan benar, serta pohon bisa berbuah dua kali setahun selama berpuluh-puluh tahun. Ia pun lewat ponsel bakal memandu konsumennya memelihara sampai pohon berbuah.
Faktor lainnya yang melambungkan harga, modal awal yang dikucurkan Yatno setiap menumbuhkan varietas baru sudah jor-joran. Ia bisa merogoh kocek Rp 1,5 juta-Rp 5 juta per bibit impor, padahal wujudnya cuma macam ranting kering sepanjang 30 sentimeter.

Petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal merawat tanaman di perkebunan yang menempati lahan perkampungan di kawasan Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021). Perkebunan buah ini dikelola komunitas dan petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU).
Namun, modal dan risiko itulah yang menjanjikan keuntungan berlipat. Yatno kini meraup omzet Rp 20 juta-Rp 25 juta per bulan meski sebagian besar pendapatan digunakan untuk keberlanjutan produksi dan perawatan bibit. Ia sendiri hanya membawa pulang rata-rata Rp 5 juta dalam sebulan.
Yatno juga mempekerjakan empat orang meski baru mampu mengupah Rp 1,5 juta per pekerja per bulan. Para pegawai di sana amat membantunya karena personel ”pasukan oranye” ini tidak bisa setiap waktu di kebun. Sukses bercocok tanam tidak lantas membuat pria berkulit legam ini boleh meninggalkan kewajibannya pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melayani masyarakat menjaga prasarana dan sarana umum.
Selama pandemi, Kebun Imut Sinakal memproduksi 300-500 bibit tiap bulan, meningkat dibanding 2019, yakni di angka 200-an bibit per bulan. Ada sekitar 90 varietas anggur asal 20-an negara tumbuh di kebun tersebut, meski Yatno tidak hafal betul negara mana saja. Yang penting, bibit didapat dari penjual resmi.
Yatno pernah mengirim bibit anggur produksinya ke daerah-daerah di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Dengan pemberian vitamin tertentu, bibit sudah terbukti sehat sentosa menempuh perjalanan selama sembilan hari untuk mencapai Papua.

Sejumlah tanaman bibit anggur yang tengah disemai dengan okulasi oleh petani yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal di perkebunan yang menempati lahan perkampungan di kawasan Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021).
Tanah terbengkalai
Kisah manis anggur Yatno bermula dari rasa gemas melihat lahan terbengkalai seluas 600 meter persegi di sebelah Masjid Fadhillatul Huda di Jalan Malaka II. Lahan itu fasilitas umum Pemprov DKI, tetapi sebagian masyarakat bertahun-tahun memanfaatkannya secara keliru sebagai tempat pembuangan sampah dan puing. ”Jin aja dulu mungkin nggak mau ke sini,” selorohnya.
Pada 2018, ia mengajukan usulan ke Kelurahan Malaka Sari untuk memanfaatkan lahan itu dengan menanami sayur di bawah program Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Selain hasilnya bisa dijual atau setidaknya untuk penyediaan pangan mandiri, penanaman sayur bakal mengasrikan lahan yang disia-siakan tersebut. Kelurahan pun setuju.
Baca juga : Berkebun Anggur di Tengah Kota
Perjuangan dimulai. Yatno bersama rekan personel PPSU lain terlebih dulu membersihkan sampah dan puing di lahan itu hingga memakan waktu sebulan. Yatno lantas menumbuhkan sayur-mayur di sana selama hampir satu tahun.
Di waktu senggang, Yatno mencari berbagai rujukan termasuk dengan bertanya ke komunitas-komunitas tentang cara menumbuhkan bibit anggur impor. Ia terus bereksperimen hingga paham teknik grafting serta pilihan zat perangsang yang bisa mempercepat pertumbuhan anggur.

Petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal merawat tanaman di perkebunan yang menempati lahan perkampungan di kawasan Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021).
Akhirnya, setelah setahun fokus pada sayur, ia pada 2019 meminta izin kelurahan untuk membangun kebun pembibitan anggur di setengah luas lahan yang sama. Setengahnya tetap dikelola pengurus PKK untuk kebun mereka.
Idenya terlebih dahulu disambut dengan keraguan. ”Apa sih tanam anggur. Anggur sudah banyak di Jakarta, tapi ya begitu saja rasanya, tidak enak dimakan,” ujar Yatno menirukan pencibirnya.
Namun, ia meminta waktu lima bulan untuk membuktikan mampu menjinakkan anggur-anggur impor dengan buah terjamin memuaskan indera pencecap. Untuk merintis kebun anggur, Yatno harus mengais uang dari kantong pribadi. Ia sampai menjual sepeda motor guna menggenapi modal membeli bibit dengan harga melangit. ”Saya tawarkan motor Rp 1,5 juta, orang menawar Rp 900.000. Saya jual,” kenang ayah dua anak ini.

Petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal merawat tanaman di perkebunan yang menempati lahan perkampungan di kawasan Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021).
Ia terlebih dahulu menanam 20 varietas anggur. Setelah lima bulan, 11 varietas terbukti berbuah. Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) yang kala itu dijabat Darjamuni sampai datang ke kebunnya dan mengapresiasi. Dari diragukan bisa menumbuhkan anggur impor di Jakarta, Yatno menjadi penyuplai bibit anggur untuk seantero negeri.
Menyebar manfaat
Selain diincar bibitnya, Yatno juga didambakan ilmu bertanam anggurnya. Tidak seperti pemilik restoran yang menjaga betul resep rahasia, Juara I Temu Karya DKI Jakarta 2019 ini malah dengan senang hati membagikan pengetahuannya.
Dalam sebulan, ia rata-rata tiga-empat kali memenuhi undangan menjadi pembicara. Dalam sepekan, ia setidaknya dua kali berbagi teknik memproduksi bibit di Kebun Imut Sinakal.
Mahasiswa yang bertandang pun telah tak terhitung. Kebun Yatno pernah disambangi mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta, IPB University Bogor, bahkan sampai mahasiswa Universitas Udayana dari Bali, provinsi yang sudah lebih dulu moncer dengan anggur.

Petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal merawat tanaman di perkebunan yang menempati lahan perkampungan di kawasan Malakasari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021).
Ia sampai nyaris diboyong ke Timika, Papua, untuk memberikan pelatihan membudidayakan anggur di sana sebagai bagian dari program pengabdian TNI. Namun, dengan pertimbangan keamanan, Yatno meminta perwakilan personel TNI yang akan dikirim ke sana datang ke kebunnya dan ia bakal melatih mereka di Jakarta. Para prajurit itu nanti yang meneruskan ilmu Yatno di Papua.
Rasa iba Yatno kepada para ”tulang punggung” yang terpukul dampak ekonomi pandemi Covid-19 membuatnya makin mengobral ilmu. Ia mencontohkan, seorang pria asal Jakarta Selatan datang menitipkan sepuluh tanaman cabai hias ke kebunnya untuk dijualkan. Pria tersebut tengah berjuang mencari sumber pemasukan usai dirumahkan atasannya.
Yatno lantas menawari pria itu menjadi pengecer bibit anggur Kebun Imut Sinakal. Si pria yang juga ayah tiga anak itu lalu membawa beberapa bibit, membeli dengan harga di bawah normal agar nantinya bisa menjual dengan harga normal tetapi untung Rp 10.000-Rp 20.000 per bibit. Hanya dalam hitungan hari, bibit ludes sehingga pria itu datang lagi ke kebun Yatno untuk mengambil bibit kembali.
Pada kedatangan ketiga, pria tersebut ditawari Yatno untuk memperbanyak bibit secara mandiri. Dalam lima bulan, ia tidak pernah datang lagi karena ilmu Yatno membuat si pria tak bergantung lagi pada Kebun Imut Sinakal untuk berbisnis bibit anggur.

Yatno Pelopor petani anggur yang tergabung dalam Komunitas Anggur Kebun Imut Sinakal di Duren Sawait, Jakarta Timur, Kamis (18/2/2021).
Ada pula seorang pengemudi ojek daring yang terempas oleh pandemi akibat makin sepinya pengguna jasanya. Apalagi, di awal wabah, Pemprov DKI sempat melarang ojek mengangkut penumpang. Yatno mengajarinya sampai bisa menghasilkan buah dari bibit-bibit yang ditanam.
Yatno tidak takut persaingan pembibit anggur makin menyesakkan setelah ia membagikan resep suksesnya. ”Saya tidak pernah berpikir ke situ. Yang penting azas manfaat, apalagi di musim pandemi seperti ini banyak orang yang bingung mau kerja apa,” katanya.
Ia malah bangga jika ilmu yang ditekuninya membuat lebih banyak orang turut menjadi pawang anggur berbuah manis.
Baca juga: Menunggangi Covid-19 di Ibu Kota dengan Avokad dan Anggur
Yatno (Yatno Gondrong)
Lahir: Jakarta, 2 Desember 1980
Istri: Iin (40)
Anak: 2 orang
Pendidikan: SD Negeri Malaka Sari 12 Petang (sekarang SD Negeri Malaka Sari 02 Pagi)
Penghargaan: Juara I Temu Karya Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan DKI Jakarta 2019