Kopassus dan Sukarelawan Menyelamatkan Telaga Saat, KM 0 Ciliwung
Keberhasilan revitalisasi Telaga Saat di Puncak adalah bukti nyata operasi militer selain perang yang berhasil dikerjakan dengan baik oleh para prajurit Kopassus bersama sukarelawan pencinta alam.
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Sejak tiga tahun terakhir, banyak beredar foto warga Jakarta berswafoto di telaga indah dikelilingi kebun teh disertai tulisan 0 Kilometer Ciliwung. Lokasi itu adalah Telaga Saat, salah satu mata air sumber air Sungai Ciliwung yang bermuara di Jakarta.
Komandan Jenderal Kopassus Mayjen (TNI) Mohammad Hasan yang ditemui di Telaga Saat, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Senin (1/3/2021), mengatakan, ketika awal ”ditemukan”, luas telaga tersebut hanya tersisa 1 hektar lebih.
”Penuh gulma dan belukar, tanaman, dan lumpur akibat pendangkalan. Padahal, ini salah satu mata air utama dan tertinggi yang mengalir menjadi sumber air Sungai Ciliwung yang penting bagi ekosistem di Bogor-Jakarta. Telaga Saat ini bisa menampung 5 juta meter kubik air. Masih ada beberapa telaga di kawasan ini yang belum diperbaiki,” kata Hasan mengisahkan perjuangannya bersama para prajurit Kopassus dan sukarelawan pencinta alam RIMBA yang bersama-sama merevitalisasi Telaga Saat awal 2018.
Ketika itu, Hasan masih menjadi Komandan Korem 061 Suryakencana, Bogor, yang terlibat dalam proyek revitalisasi lingkungan hidup bersama Pangdam III Siliwangi Mayjen (TNI) Doni Munardo yang menuntaskan proyek Sungai Citarum Harum dari Bandung hingga kawasan muara Citarum di pantai utara Jawa Barat di Kabupaten Bekasi.
Ketika itu, Kolonel Mochammad Hasan ditantang Pangdam III Siliwangi untuk berinisiatif memberbaiki DAS di wilayah tugasnya di Bogor. Yang terlintas adalah membenahi DAS Ciliwung yang mengalir di Bogor-Depok-Jakarta yang kerap memicu banjir dan juga mengalami kerusakan lingkungan. Ketika itu, bencana longsor di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, dan banjir di kawasan hilir di Jakarta semakin parah karena kerusakan lingkungan.
Upaya perbaikan di sisi hilir Ciliwung selama ini oleh Kopassus telah diperjuangkan di sekitar Kompleks Kopasssus di Cijantung, Jakarta Timur. Sepanjang DAS Ciliwung di dekat kompleks Kopassus relatif terjaga. Kawasan ini dapat digunakan untuk lalu lalang perahu karet dengan motor tempel oleh beberapa perwira Kopassus yang juga berhubungan baik dengan pasukan Oranye yang bertugas membersihkan sampah di aliran sungai dekat kompleks Mako Kopassus.
Adapun wilayah hulu Ciliwung yang menjadi sumber air bagi warga tiga wilayah selama bertahun-tahun nyaris terabaikan. Kini Telaga Saat dengan luas 5,1 hektar menjadi oase baru di tengah perkebunan teh di kawasan Gunung Mas, Cisarua. Jalanan ke lokasi tersebut berbatu, di tengah perkebunan teh, sehingga tidak mudah dicapai oleh gerombolan wisatawan yang tidak memiliki kesadaran menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan hidup.
Lokasi Telaga Saat tersebut merupakan salah satu titik Ekspedisi Ciliwung yang diselenggarakan harian Kompas pada 2009. Ketika itu, sebagian mata air di wilayah yang merupakan bagian dari kaki Gunung Gede-Pangrango itu belum mengalami revitalisasi. Salah satu lokasi mata air lainnya adalah di Cikoneng dengan luasan 3-4 hektar.
Wiwid, sesepuh RIMBA (Relawan Indonesia Bela Alam) yang bersama Kolonel (Inf) Mochamad Hassan, prajurit Kopassus, dan para prajurit Korem Suryakancana bersama-sama membenahi lokasi tersebut dalam tiga tahap. ”Tahap pertama Februari 2018. Ternyata upaya kami mendapat perhatian Balai Besar Ciliwung-Cisadane dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Pemerintah Kabupaten Bogor. Selanjutnya, bibit ikan kami sebar di Telaga Saat. Kawasan hutan di sekitar telaga juga diawasi,” kata Mochammad Hasan.
Pada revitalisasi tahap II, mereka dibantu alat berat dari Kementerian PUPR dan Balai Besar Sungai Ciliwung dan Cisadane yang sudah melihat kerja nyata Kolonel Hasan, para prajurit Kopassus, Korem 061, dan sukarelawan RIMBA. Selanjutnya, pada 2019, mereka menuntaskan pekerjaan sehingga Telaga Saat kini menjadi spot selfie.
”Tujuan utama kami adalah edukasi soal melestarikan lingkungan hidup. Jangan datang ke sini hanya foto-foto, lalu buang sampah sembarangan. Saya pun tidak setuju kalau akses ke sini jadi semakin mudah. Masyarakat harus paham tujuan berwisata, apalagi wisata alam,” kata Wiwid.
Wiwid bersama tiga ratusan sukarelawan RIMBA yang tersebar di sekitar Cibodas, Cigombong, Bogor, Depok bahu–membahu berusaha menyelamatkan lingkungan hidup di wilayah mereka masing-masing. Saat ini terdapat warung milik Abah Dili, warga setempat, di Telaga Saat yang menjadi titik kumpul bagi Wiwid dan kawan-kawan sukarelawan.
Danjen Kopassus Mayjen (TNI) Mochammad Hasan selalu memotivasi mereka. Berbagai komunitas dan kegiatan pelestarian alam di wilayah Bogor terus dijalankan oleh para prajurit Kopassus. Semisal di wilayah sekitar Ciampea, angota Batalyon 14 Parako Kopassus secara rutin mengadakan survei lokasi goa-goa karts dengan berbagai keanekaragaman hayati serta temuan artefak purbakala yang didata oleh para prajurit Kopassus.
Para prajurit tersebut juga mengadakan bakti sosial dan berbagai misi tanggap bencana dengan motor trail mereka untuk mencapai daerah terisolasi di sekitar Bogor-Sukabumi. Ketika ditanya tentang revitalisasi beberapa telaga dan sumber air lain Ciliwung di kawasan Puncak, Danjen Kopassus mengatakan, pihaknya hanya memicu revitalisasi dengan keberhasilan Telaga Saat.
Keberadaan beberapa telaga lainnya diharapkan dapat juga direvitalisasi oleh para pemangku kepentingan di wilayah Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Keberhasilan revitalisasi Telaga Saat di Puncak adalah bukti nyata operasi militer selain perang yang berhasil dikerjakan dengan baik oleh para prajurit Kopassus dan sukrelawan pencinta alam.