Pemprov DKI Jakarta sudah mendapatkan informasi adanya varian anyar virus korona jenis baru. Namun, DKI menyerahkan kepada pemerintah pusat untuk penanganan dan strategi antisipasi.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memastikan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mengantisipasi adanya varian anyar virus korona jenis baru. Meski begitu, untuk penanganannya, DKI Jakarta menyerahkan kepada pemerintah pusat.
”Terkait varian virus baru, saya kira dunia, termasuk Indonesia, termasuk kami di Provinsi DKI Jakarta, sejak lama juga sudah mengantisipasi potensi timbulnya varian virus baru ini. Tentu memang kita harus berhati-hati terhadap varian virus baru dari Inggris ini,” kata Ahmad Riza, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (3/3/2021).
Dari identifikasi, kata Ahmad Riza, virus baru itu datangnya lewat dua pintu. Pintu pertama lewat pesawat, pintu kedua melalui kapal laut. ”Dua-duanya itu menjadi kewenangan dan otoritas pemerintah pusat. Tentu kita percaya pemerintah pusat,” ujarnya.
Ahmad Riza melanjutkan, ia mendapat informasi sampai hari ini ada dua orang yang sudah terpapar. Ia meyakini, sebagai antisipasi, pemerintah pusat sudah menyediakan mekanisme aturan, prosedur standar operasi (SOP), dan strategi pencegahan di pintu-pintu masuk.
Masyarakat kami minta tetap tenang, tapi juga harus waspada. Sebab, menurut informasi yang kami terima, penularannya lebih cepat, tetapi tidak mematikan. (Ahmad Riza Patria)
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, secara terpisah, menegaskan, DKI terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam upaya mengatasi penyebaran virus korona jenis baru varian terkini. ”Kami tetap waspada. Kami tetap berkoordinasi dengan pusat,” ujarnya.
Untuk antisipasi, Widyastuti memastikan ada langkah-langkah dari tim pusat yang sudah menyusun skenario antisipasi. Untuk itu, baik Widyastuti maupun Ahmad Riza meminta masyarakat tetap terus menerapkan protokol kesehatan.
”Masyarakat kami minta tetap tenang, tapi juga harus waspada. Sebab, menurut informasi yang kami terima, penularannya lebih cepat, tetapi tidak mematikan. Meski demikian, bukan berarti kita bisa santai. Justru ini harus kita sikapi secara bijak dengan tetap mengenakan protokol kesehatan secara ketat,” kata Ahmad Riza.
Vaksinasi
Terkait langkah vaksinasi, Ahmad Riza menjelaskan, untuk vaksinasi kepada tenaga kesehatan (nakes) sudah mencapai 68,1 persen. ”Itu persentase bagi nakes penerima dosis 1 dan dosis 2,” katanya.
Dengan 511 fasilitas kesehatan, DKI Jakarta memiliki pelaksana vaksinasi 1.648 orang dan per hari bisa menyuntikkan vaksin kepada 19.741 orang. Sementara jumlah dosis yang sudah diberikan total 188.926 dosis, baik untuk nakes, ASN, media, TNI, Polri, satpol PP, pedagang pasar, tokoh agama, pendidik, maupun atlet.
”Untuk DKI Jakarta total target penerima vaksin 7,9 juta orang. Adapun dari sisi kemampuan sarana dan prasarana kami sudah lebih dari siap,” ucap Ahmad Riza.
Widyastuti menambahkan, untuk vaksinasi kepada warga lanjut usia (lansia), sampai saat ini tetap berjalan. Apabila awalnya vaksinasi dilakukan di puskesmas dan RSUD karena vaksin yang terbatas, saat ini Dinkes DKI bekerja sama dengan RS swasta, klinik, hingga camat dan lurah.
Dengan kolaborasi itu, Widyastuti mencontohkan kerja sama yang terjadi, puskesmas menyediakan vaksin dan tenaganya. Lalu, RS swasta menyiapkan ruang kegawatdaruratan kalau dimungkinkan terjadi. Camat untuk penggerakan mobilisasi sasaran.
Sementara untuk vaksinasi warga lansia, warga bisa mendaftar melalui tautan yang dibuat oleh Kemenkes. Kemudian, penjadwalan oleh fasilitas kesehatan masing-masing, dikuatkan juga oleh tim dari Kominfo, kemudian aplikasi pendampingan untuk lebih mudah membuat penjadwalan.