Sangat disayangkan sistem ganjil-genap pada akhir pekan di Kota Bogor yang dinilai mampu menunjukkan tren penurunan kasus positif Covid-19 tidak dilanjutkan. Jika tidak ada pengawasan ketat, kasus positif kembali naik.
Oleh
AGUIDO ADRI
·7 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Papan penunjuk pemisah arus kendaraan di pos penyekatan lalu lintas di Bubulak, Kota Bogor, Jawa Barat, saat penerapan ganjil genap di wilayah Kota Bogor, Minggu (14/2/2021). Penerapan pengaturan arus lalu lintas ganjil genap dalam rangkaian pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kota Bogor telah dilakukan lima kali, yaitu Sabtu (6/2/2021), Minggu (7/2/2021), Jumat (12/2/2021), dan Minggu (14/2/2021). Pemerintah Kota Bogor menilai penerapan ganjil genap efektif membatasi mobilitas warga selama PPKM.
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, memutuskan tidak melanjutkan kebijakan ganjil-genap selama dua pekan ke depan. Keputusan ini untuk memberikan kesempatan peningkatan dan pertumbuhan ekonomi. Meski ganjil-genap ditiadakan, warga diminta untuk tetap disiplin dan ketat menjalankan protokol kesehatan agar kasus positif tidak kembali melonjak.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, berdasarkan data angka kasus positif Covid-19, angka kesembuhan, angka kematian, hingga tingkat keterisian rumah sakit rujukan, menunjukkan tren yang semakin membaik. Tren yang semakin membaik dari dimensi kesehatan ini tidak lepas dari kebijakan PPKM mikro dan ganjil genap. Begitu pula dengan mobilitas warga dan kendaraan menunjukkan tren penurunan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, Minggu (21/2/2021), konfirmasi harian positif sebanyak 98 kasus. Pada Senin (22/2) turun menjadi 82 kasus, Selasa (23/2) turun 74 kasus, Rabu (24/2/) turun 78 kasus, Kamis (25/2) turun 53 kasus, Jumat (26/2) naik 112 kasus, Sabtu (27/2) turun 101 kasus, Minggu (28/2) naik 115 kasus, Senin (1/3) turun 55 kasus, dan Selasa (2/3) sebanyak 54 kasus.
Total kasus konfirmasi positif dari data terakhir 12.185 kasus, pasien sembuh atau selesai isolasi 10.796 kasus, masih dalam perawatan 1.189 kasus, dan meninggal 200 kasus. Tren penurunan kasus positif Covid-19 juga berdampak pada tingkat okupansi atau keterisian di rumah sakit yang saat ini sekitar 50 persen.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto ikut melakukan penyekatan lalu lintas di akses keluar Tol Jagorawi d Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, saat penerapan ganjil genap di wilayah Kota Bogor, Minggu (14/2/2021).
Pada pekan terakhir ganjil-genap, Sabtu, petugas memutarbalikkan total 7.933 kendaraan yang terdiri dari 3.278 roda empat dan 4.655 roda dua. Sementara pada Minggu, petugas memutarbalikkan 6.313 kendaraan yang terdiri dari 2.732 roda empat dan 3.581 roda dua. Total ada 14.246 kendaraan yang diputarbalikkan.
”Langkah kebijakan kami selalu terukur dan berdasarkan data. Untuk itu, Satgas Penanganan Covid-19 dan Forkopimda memutuskan untuk meniadakan ganjil-genap dua minggu ke depan sambil kami terus evaluasi. Kami rem gas ini sesuai data yang ada. Relaksasi ke depan ini untuk sektor ekonomi, jadi ganjil genap tidak kita lanjutkan dulu,” kata Bima, Selasa (2/3/2021).
Bima melanjutkan, meski tidak ada ganjil-genap, kepatuhan protokol kesehatan tetap penting dan wajib untuk dijalankan agar kasus positif yang sudah menunjukkan tren penurunan tidak kembali naik. Selain itu, jam operasional unit usaha hingga pukul 21.00 dan pembatasan kunjungan tetap berlaku sesuai dengan kebijakan PPKM mikro.
”Jadi, kami akan memperkuat koordinasi di lapangan, begitu pula dengan posko-posko. Kami juga akan menyimulasikan pengetatan dan pengawasan di wilayah dengan 36 lurah yang baru dilantik,” tutur Bima.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Suasana penyekatan lalu lintas di akses keluar Tol Jagorawi di Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, saat penerapan ganjil genap di wilayah Kota Bogor, Minggu (14/2/2021).
Berdasarkan data yang dirilis Pemkot Bogor, kebijakan ganjil genap selama dua pekan awal tidak hanya berdampak pada penurunan tren kasus positif dan mobilitas warga, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi. Pemkot Bogor perlu menyeimbangkan dimensi kesehatan, ekonomi, dan mobilitas warga.
Di wilayah Bogor Barat, titik kerumunan dan mobilitas warga masing-masing turun 71 persen. Di Bogor Tengah, titik kerumunan turun 44 persen dan mobilitas warga turun 48 persen. Di Bogor Selatan, titik kerumunan turun 30 persen dan mobilitas warga turun 32 persen. di Bogor Timur, titik kerumunan turun 44 persen dan mobilitas warga turun 32 persen. Di Tanah Sareal, titik kerumunan turun 37,93 persen dan mobilitas warga turun 11,8 persen.
Kluster keluarga masih menjadi penyumbang tertinggi angka kasus positif. Dari 1-7 Februari, jumlah konfirmasi positif sebanyak 535 kasus dan pada 8-14 Februari, saat pemberlakuan ganjil genap, terjadi tren penurunan 479 kasus di kluster keluarga.
Meski terjadi penurunan mobilitas warga dan angka kasus positif harian, di sektor usaha, seperti restoran, juga terjadi penurunan omzet 45 persen. Pengunjung di sejumlah obyek wisata juga turun 30-60 persen.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Nandar (30) menata buket bunga mawar di kios miliknya di Pasar Bunga Bina Marga, Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (14/2/2021). Penjualan bunga saat perayaan Hari Kasih Sayang atau Hari Valentine saat ini turun lebih dari 50 persen dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat yang berkepanjangan membuat sejumlah perayaan dan acara masyarakat, termasuk Hari Kasih Sayang, dirasakan oleh para pedagang bunga.
Tren penurunan pengunjung juga terjadi di mal. Di Bogor Trade Mall, sebelum ganjil genap, ada 15.000 pengunjung, tetapi saat ganjil genap diberlakukan kunjungan turun menjadi 10.000 pengunjung (33 persen). Di Botani Square, dari 14.000 pengunjung, turun menjadi 12.000 pengunjung (14,2 persen), sedangkan kunjungan ke Transmart Yasmin turun dari 12.300 menjadi 11.900 pengunjung (17,3 persen).
Bima melanjutkan, tak kalah penting melihat tren di pasar, seperti di pasar kering yang jumlah pengunjungnya turun 50 persen, pasar basah (sayur, ikan, daging) turun 20-30 persen, dan pasar fashion atau garmen juga berdampak signifikan sebesar 50 persen.
”Sementara, tingkat hunian hotel fluktuatif. Pada 30 Januari-6 Februari turun 13,66 persen. Pada 5-12 Februari okupansi hotel naik 4,85 persen, dan 6-13 Februari naik 5,64 persen. Dari data ini, tidak bisa mengindikasikan kuat dampak besar dari ganjil genap. Namun, dimensi ekonomi dari data memang berdampak. Karena itu, akan kami evaluasi seluruh kebijakan,” kata Bima.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan, penundaan ganjil-genap atau relaksasi ini jangan sampai membuat warga tidak patuh dan disiplin protokol kesehatan. Polisi, TNI, dan satgas tetap akan mengawasi kepatuhan warga dan siap memberikan sanksi kepada pelanggar.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Beberapa warga abai mengenakan masker di tengah keramaian pada jam pulang kerja di kawasan Jembatan Merah, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (9/2/2021). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, Kota Bogor menjadi satu-satunya wilayah yang tersisa di Jawa Barat berstatus zona merah Covid-19. Meski telah dilakukan sejumlah upaya pencegahan, termasuk pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), terlihat masih banyak warga yang tidak menjalankan protokol kesehatan.
”Dengan catatan, selama dua minggu ke depan kepatuhan protokol tetap harus disiplin. Jangan sampai kasus naik lagi. Jika kasusnya naik lagi, kami akan berlakukan ganjil-genap lagi. Selama PPKM mikro kami akan patroli melalui penguatan polisi RW yang sudah berjalan selama ini. Ada juga ASN sebagai pendamping RW sehingga kita berharap semua RT/RW semakin berdaya dengan dukungan semua pihak untuk menekan tingkat penularan,” kata Susatyo.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim melanjutkan, pemerintah daerah tetap fokus menekan angka kasus positif Covid-19 dengan penguatan pengawasan protokol kesehatan hingga tingkat kelurahan serta obyek wisata. Warga juga diharapkan kesadaran protokol kesehatan semakin tinggi.
”Kebijakan ganjil-genap berhasil menekan mobilitas dan angka kasus. Namun, ada dampak ekonomi, jadi perlu keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi. Selanjutnya pengetatan akan lebih dimaksimalkan juga di sejumlah objek wisata,” kata Dedie.
Pengawasan di obyek wisata diperketat setelah kasus video viral kerumunan di kolam ombak di The Jungle Waterpark. Pengelola dikenai denda maksimal Rp 10 juta. Kejadian itu, kata Dedie, jangan sampai terulang kembali di masa relaksasi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Sejumlah warga berjalan di kawasan Pasar Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, tanpa mengenakan masker, Selasa (9/2/2021). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, Kota Bogor menjadi satu-satunya wilayah yang tersisa di Jawa Barat berstatus zona merah Covid-19. Meski telah dilakukan sejumlah upaya pencegahan, termasuk PPKM, masih ada warga yang tidak menjalankan protokol kesehatan.
Harus dilanjutkan
Sementara itu, epidemiolog dari Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, mengatakan, kebijakan ganjil-genap tersebut merupakan langkah strategis yang patut diapresiasi. Namun, kebijakan itu hanya bertahap selama empat pekan. Hal itu cukup disayangkan karena seharusnya ganjil-genap tetap dilanjutkan hingga kasus positif benar-benar menunjukkan penurunan drastis atau sampai epidemiknya (wabah Covid-19) berubah menjadi endemik.
”Ganjil-genap seharusnya tetap ada pada akhir pekan karena menunjukkan tren penurunan kasus positif di Kota Bogor. Penularan kasus salah satunya dari mobilitas warga dan dari kunjungan warga wilayah luar ke Kota Bogor yang ingin berwisata, terutama dari Jakarta. Jika Kota Bogor kembali dibuka luas tanpa ada pembatasan, dikhawatirkan angka kasus akan kembali meningkat,” kata Miko.
Menurut Miko, kebijakan ganjil-genap tentu berdampak pada semua sektor termasuk ekonomi. Namun, jika melihat kondisi selama setahun pandemi Covid-19, sektor kesehatan sangat terdampak besar. Kunci keberhasilan penanganan Covid-19 adalah penanganan 3T (test, tracing, treatment). Tanpa penanganan tepat dan penguatan 3T akan semakin memperburuk sektor kesehatan dan ekonomi.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Warga melintasi trotoar di kawasan Jalan Suryakencana, Kota Bogor, yang biasanya ramai pelancong saat akhir pekan, Minggu (7/2/2021). Sejumlah pedagang merasakan dampak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dengan sepinya pembeli, terlebih saat diberlakukan sistem ganjil genap bagi kendaraan. Kawasan Suryakencana menjadi tujuan wisata kuliner, terutama bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor pada akhir pekan.
”Seharusnya penurunan kasus juga dihitung dengan nominal atau uang. Jangan hanya dihitung dari jumlah orang. Jika dihitung dampak kerugiannya uang dari sisi kesehatan, mungkin dampaknya akan sama seperti sektor ekonomi. Ukuran dampak dari sektor ekonomi selalu dihitung. Bagaimana jika dampak kesehatan juga dihitung dengan uang, pasti akan besar. Sejak awal pandemi, sudah berapa biaya perawatan dan penanganan, berapa jumlah biaya akibat peningkatan kasus positif? Itu jika dihitung sangat besar,” kata Miko.
Miko berharap, dengan keputusan tidak melanjutkan ganjil-genap, Pemkot Bogor harus lebih menguatkan 3T hingga pengawasan dan pengetatan protokol kesehatan lebih masif. Kontrol dan pengawasan di RT/RW hingga obyek wisata yang diperkirakan kembali ramai pada akhir pekan juga perlu serius diantisipasi, salah satunya membatasi kunjungan dengan menunjukan hasil tes negatif antigen.
”Jika tidak ada pengetatan dan pengawasan di obyek wisata, bisa berisiko besar kenaikan kasus lagi. RW-RW merah yang sudah ditandai selama PPKM perlu juga diawasi ketat,” tutur Miko.