Mobilitas Warga Tinggi, Pemerintah Kesulitan Turunkan Angka Kasus Positif Covid-19
Pemerintah Kota Tangerang Selatan dihadapkan pada tantangan menurunkan angka kasus positif Covid-19. Mobilitas warga yang masih tinggi menghambat upaya tersebut.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS —Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Selasa (2/3/2021), mengakui belum berhasil menurunkan angka kasus positif Covid-19 di wilayahnya. Hal itu dipicu masih tingginya mobilitas warga di tengah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM mikro. Meningkatkan upaya surveilans menjadi strategi pemerintah untuk menekan penularan virus.
Dalam pemaparan evaluasi PPKM mikro, angka kasus positif Covid-19 di Tangerang Selatan (Tangsel) tercatat 5,9 persen per 28 Februari 2021. Beberapa pekan sebelumnya, angka kasus positif Covid-19 mencapai 4,8 persen (7 Februari 2021) dan 5,4 persen (14 Februari 2021). Data itu menunjukkan Pemerintah Kota Tangsel hingga saat ini belum bisa lagi menekan angka kasus positif hingga di bawah 5 persen menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengakui, angka kasus positif Covid-19 di wilayahnya masih cukup tinggi. Namun, kondisi itu juga diimbangi dengan persentase angka kesembuhan yang juga tinggi, yakni mencapai 89 persen. Adapun tingkat kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan diklaim mencapai 89 persen.
”Menurut kami, PPKM mikro ini efektif. Tapi, memang masih ada penambahan kasus karena mobilitas masyarakat yang bergerak ke berbagai penjuru,” ujar Benyamin.
Mobilitas warga masih tetap tinggi diduga disebabkan sejumlah aturan dalam PPKM mikro saat ini relatif lebih longgar. Sebagai contoh, saat ini masih banyak warga Tangsel yang berangkat kerja ke DKI Jakarta. Aturan dalam PPKM mikro memungkinkan kapasitas kantor diisi maksimal 50 persen karyawan.
Artinya, jumlah karyawan yang wajib bekerja dari rumah menjadi berkurang. Sebelumnya, aturan dalam PPKM mikro mewajibkan kapasitas kantor hanya diisi 25 persen karyawan yang bekerja di kantor. Selain itu, batas jam operasional pusat perbelanjaan juga dimundurkan menjadi pukul 21.00 dari sebelumnya pukul 19.00.
Menurunkan angka kasus positif hingga bisa di bawah 5 persen kembali menjadi fokus Pemkot Tangsel saat ini. Strategi yang akan digunakan Pemkot Tangsel adalah memperkuat upaya surveilans yang mencakup tes, pelacakan kontak, dan isolasi.
Benyamin menjabarkan, upaya surveilans kini bisa dilakukan secara lebih gencar karena petugas pelacak kontak yang dimiliki dinas kesehatan saat ini diperkuat dengan kehadiran 145 sukarelawan petugas pelacak kontak. Selain itu, Kepolisian Resor (Polres) Tangsel juga menerjunkan 95 orang Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di tiap kelurahan sebagai petugas pelacak kontak erat kasus Covid-19.
”Strategi lainnya, kami perkuat penanganan di hulu, yaitu operasi yustisi penegakan protokol kesehatan. Target paling tidak angka kepatuhan masyarakat bisa mencapai 90 persen,” kata Benyamin.
Epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan, keampuhan PPKM mikro bisa terjadi apabila ada penghentian semua pergerakan masyarakat, kecuali sektor esensial. Artinya, semua pekerjaan di luar sektor esensial dilakukan dari rumah. Adapun sektor esensial, termasuk pasar tradisional, jika memungkinkan, dibatasi dengan menerapkan kuota bergiliran dan protokol kesehatan ketat.
Sementara itu, Epidemiolog Indonesia di Griffith University, Australia, Dicky Budiman, mengatakan, dengan tingkat penularan saat ini, tiap orang harus beranggapan bahwa orang lain di luar rumah membawa virus. Protokol kesehatan mesti diikuti, tetapi itu tak bisa memutus rantai penularan jika tanpa peningkatan tes, lacak, dan isolasi.
”Karena rasio positif amat tinggi, harus ada pembatasan sosial ketat,” ucap Dicky.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Tangsel Deden Deni menyampaikan, angka kasus positif yang tinggi tidak berkorelasi terhadap tingkat keterisian tempat tidur di Tangsel. Tingkat keterisian tempat tidur di ruang perawatan intensif di 22 rumah sakit di Tangsel justru turun dari 98 persen menjadi 83 persen. Sementara tingkat keterisian di ruang isolasi juga turun dari 84 persen menjadi 80 persen.
Menurut Deden, kondisi itu menandakan cukup banyak jumlah orang yang terinfeksi Covid-19, tetapi tanpa gejala. Itu karena mereka menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing karena rumah sakit hanya diperuntukkan bagi pasien dengan gejala ringan, sedang, dan berat. Oleh sebab itu, Deden pun meminta masyarakat untuk semakin disiplin menerapkan protokol kesehatan.