Ancaman DBD Mulai Muncul Seiring Musim Hujan dan Pandemi
Sejumlah puskesmas di Jakarta merawat beberapa pasien demam berdarah sejak awal tahun 2021. Warga diminta mewaspadai demam berdarah.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Intensitas hujan yang meningkat turut membawa ancaman demam berdarah dengue atau DBD kepada warga di Jakarta. Pemerintah bersiaga dan meminta warga waspada terhadap wabah ini mengingat situasi pandemi Covid-19 belum usai.
Sebagian warga di Jakarta diminta pihak kelurahan dan puskesmas setempat agar mewaspadai potensi DBD. Harmadi (45), Ketua RW 007 Kelurahan Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, sejak Februari lalu, mendapat surat edaran dari kelurahan agar mengantisipasi potensi DBD di lingkungan tempat tinggalnya. Dua langkah yang diintensifkan adalah kegiatan juru pemantau jentik (jumantik) dan pembersihan lingkungan.
Dua kegiatan itu fokus pada pemberantasan sarang nyamuk di sekitar lingkungan warga. Lokasi yang berisiko adalah bak mandi dan genangan air di sekitar rumah. Pemantauan semakin intensif dengan gerakan satu rumah satu jumantik, warga menjadi pelapor secara aktif kepada pengurus rukun tetangga dan rukun warga (RT/RW) setempat.
”Selain kegiatan jumantik rutin setiap Jumat, warga diminta intens melaporkan kebersihan lingkungan mereka. Sebab, di Puskesmas Tanah Abang ada satu pasien DBD pada Februari kemarin,” jelas Harmadi.
Kepala Puskesmas Tanah Abang Sari Ulfa membenarkan perihal yang disampaikan Harmadi. Menurut dia, ada satu pasien DBD yang ditangani di awal 2021. Sari mengatakan, pasien itu diketahui sakit sejak pekan ketiga Februari.
Kondisi itu menjadi perhatian khusus di kawasan Tanah Abang. Sari mencemaskan penanganan pasien DBD bakal lebih rumit di tengah situasi pandemi. ”Kami sudah wanti-wanti kalau terjadi kasus, ini sambil kami pantau terus,” ucap Sari.
Sejak awal Januari, kami sudah menyiapkan langkah pencegahan DBD. Kami fokus pada aspek pencegahan bagi warga, terutama karena saat ini sedang pandemi yang mungkin menyulitkan penanganan.
Sementara Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat, juga melaporkan dua pasien DBD pada dua bulan terakhir. Menurut Kepala Humas Puskesmas Palmerah Ary Nurhayati, tim terus memantau dan mengingatkan warga agar menjaga kebersihan lingkungan dari munculnya nyamuk Aedes aegypti, vektor DBD.
”Sejak awal Januari, kami sudah menyiapkan langkah pencegahan DBD. Kami fokus pada aspek pencegahan bagi warga, terutama karena saat ini sedang pandemi yang mungkin menyulitkan penanganan,” jelas Ary.
Kewaspadaan terhadap wabah ini juga tampak pada situs peringatan dini DBD dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Situs ini memprediksi tingkat kelembaban relatif (relative humidity) yang tinggi memungkinkan nyamuk Aedes aegypti berkembang biak hingga tiga bulan ke depan.
Situs tersebut juga memprediksi angka insiden DBD yang mungkin meningkat di bulan-bulan selanjutnya. Menurut pemetaan pada 2 Maret 2021 pukul 18.45, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur diprediksi sebagai wilayah dalam kategori waspada dengan poin berturut-turut 3,1 dan 5,1.
Rawan penularan
DBD seakan menjadi wabah rutin di Indonesia setiap musim hujan. Tahun lalu, pasien DBD juga meningkat saat periode Februari-Maret.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, setiap tahun puncak kasus DBD terjadi pada bulan Maret. Penambahan kasus nasional berkisar 100-500 kasus per hari hingga bulan Juni 2020 silam (Kompas, 23/6/2020).
DKI Jakarta yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19 turut mencatatkan jumlah kasus DBD hingga 3.628 kasus per 21 Juni 2020. Berdasarkan data Kemenkes saat itu, Jakarta menjadi daerah ketujuh dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Indonesia.
Hal tersebut penting disikapi sebagai kewaspadaan karena Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 68.000 kasus DBD di Indonesia pada periode Januari-Juni 2020. Angka kematian saat itu 346 jiwa.
Akademisi dan praktisi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, mencemaskan situasi banjir belakangan turut memicu penularan DBD. Dia menekankan pemantauan dan penanganan DBD agar tidak kendur meski sedang pandemi Covid-19.