Dikebut, Perbaikan 14 Titik Tanggul Kritis di Citarum Hilir
Banjir di Kabupaten Bekasi mengakibatkan 19.433 hektar sawah petani terendam.
Oleh
STEFANUS ATO/AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Perbaikan di lima titik tanggul Sungai Citarum hilir yang jebol di wilayah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, hampir rampung pada Minggu (28/2/2021). Di Sungai Citarum hilir, secara keseluruhan ada 14 titik tanggul yang kritis dan butuh perbaikan segera.
Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Bidang Sumber Daya Air Firdaus Ali mengatakan, pascabanjir di Kabupaten Bekasi, ada 14 titik tanggul di Sungai Citarum hilir wilayah Kabupaten Bekasi yang kritis. Dari ke-14 titik itu, Kementerian PUPR fokus pada lima titik tanggul Sungai Citarum yang jebol.
”Hari ini sudah hampir rampung, sudah dalam tahap finishing. Tugas kami saat ini memperhatikan titik-titik yang lain karena berdasarkan perkiraan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), potensi curah hujan sampai awal Maret 2021,” kata Firdaus saat dihubungi dari Jakarta, Minggu.
Titik-titik tanggul Sungai Citarum yang jebol di Kabupaten Bekasi itu antara lain di Kampung Babakan Banten di Desa Sumber Urip (Pebayuran) sepanjang 50 meter, Kampung Solokan Kendal dan Kampung Biyombong di Desa Pantai Bahagia (Muara Gembong) sepanjang 90 meter, Desa Pantai Mekar (Muara Gembong) sepanjang 10 meter. Dua titik lainnya ada di Desa Sumber Jaya dan Desa Pantai Bahagia (Muara Gembong).
Firdaus menambahkan, selain memperbaiki tanggul yang jebol, pemerintah juga melakukan modifikasi cuaca untuk mengurangi potensi curah hujan di wilayah Jabodetabek. Modifikasi cuaca itu membantu mempercepat proses perbaikan tanggul-tanggul di Sungai Citarum yang jebol.
”Tangul-tanggul yang kritis juga kami perbaiki karena kami tidak ingin ada kejadian lagi (tanggul jebol). Tetapi, yang jelas, sesuai permintaan Presiden, kami tangani terlebih dahulu titik-titik tanggul yang menyebabkan banjir besar itu,” ucap Firdaus.
Presiden Joko Widodo saat meninjau tanggul Sungai Citarum yang jebol di Kampung Babakan Banten, Rabu (24/2/2021), meminta agar perbaikan tanggul diselesaikan secepatnya. Tanggul yang jebol itu mulai diperbaiki sejak 22 Februari 2021.
”Saya memberi target maksimal dua hari lagi sudah harus selesai tanggulnya sehingga semuanya berfungsi normal kembali,” kata Presiden (Kompas, 24/2/2021).
Adapun berdasar data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, hingga Jumat, 26 Februari, banjir masih menggenangi 71 lokasi di 30 desa atau kelurahan di 8 kecamatan. Warga yang terdampak banjir di 71 lokasi dengan ketinggian air 10-75 sentimeter (cm) itu berdampak pada 16.409 keluarga.
Rekayasa vegetasi
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, luapan Sungai Citarum menjebol sejumlah titik di tanggul Sungai Citarum akibat debit air yang melebih kapasitas normal. Dalam keadaan normal, debit air di Citarum maksimal 800 meter kubik per detik. Sementara saat Citarum meluap pada 20 Februari, debit air di Citarum mencapai 1.300 meter kubik per detik.
Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat Meiki W Paendong, dihubungi secara terpisah, mengatakan, curah hujan tinggi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya luapan banjir di Citarum hilir. Namun, curah hujan yang tinggi itu tidak didukung ketersediaan area tangkapan air sehingga sebagian besar air hujan mengalir langsung ke sungai.
”Curah hujan itu jatuhnya tidak langsung ke sungai, tetapi kemampuan catchmentarea (daerah tangkapan air) sudah berkurang karena lebih banyak kawasan terbangun. Akhirnya semua larinya ke Citarum dan berlebih sehingga menjebol tanggul,” katanya.
Di Jawa Barat, program Citarum Harum yang dicanangkan pemerintah sejak 2018 untuk memulihkan DAS Citarum masih berjalan. Pada 2020, seluas 1.800 hektar lahan kritis di DAS Citarum sudah ditanami sekitar 1 juta pohon.
Dari catatan Kompas, ada sekitar 77.000 hektar lahan kritis di DAS Citarum. Pemulihan lahan kritis itu membutuhkan sekitar 45 juta pohon (Kompas, 22/12/2020).
Pemulihan Citarum sangat esensial lantaran sungai sepanjang 297 kilometer itu mengairi lahan pertanian seluas 420.000 hektar di lumbung padi nasional Karawang, Subang, dan Indramayu. Melalui tiga waduknya, yakni Saguling, Cirata, dan Jatiluhur, Citarum menghasilkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar 1.880 MW. Listrik itu memasok interkoneksi kelistrikan Jawa-Bali untuk menerangi lebih dari setengah penduduk negeri ini di Pulau Jawa dan Bali.
Meiki menambahkan, pemulihan lahan kritis di Sungai Citarum sedang berproses dan membutuhkan jangka waktu yang panjang. Penanganan pengendalian banjir di Citarum juga selama ini dinilai lebih fokus pada rekayasa teknik sipil, seperti pembuatan sedotan, polder, dan kolam retensi.
”Rekayasa sipil jangan dijadikan sebagai andalan utama. Harus ada rekayasa vegetasi, termasuk pemulihan lahan kritis dan harus ada pembatasan izin untuk pembangunan kawasan terbangun karena kalau sudah terbangun, laju air ke sungai makin besar,” ucapnya.
Petani gagal panen
Banjir yang melanda Kabupaten Bekasi sejak 20 Februari 2021 mengakibatkan 19.433 hektar sawah di daerah itu terendam banjir. Area persawahan yang paling parah terdampak banjir ada di wilayah utara Kabupaten Bekasi, seperti Kecamatan Pebayuran, Kedungwaringin, Sukatani, Sukakarya, Tambelang, Cabangbungin, Sukawangi, dan Kecamatan Muara Gembong.
”Wilayah lain juga areal sawahnya terdampak banjir, seperti di Kecamatan Cikarang Timur, Setu, juga di Tambun. Secara keseluruhan merata di semua kecamatan,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi Eem Lesmanasari.
Dari pemetaan Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi, mayoritas usia tanaman padi yang terdampak banjir berkisar 30-60 hari. Artinya, petani merugi dan dipastikan gagal panen pada periode awal musim panen 2021.
Pemerintah daerah sedang menyiapkan program bantuan pengadaan bibit bagi petani yang sawahnya rusak terdampak luapan banjir. Bibit padi yang akan disiapkan sebanyak 11.000 ton.
”Karena banjir ini merata, penanaman terganggu. Otomatis, petani untuk pengadaan bibitnya sudah tidak dimungkinkan karena itu kami akan bantu,” ucapnya.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, pada 2017, luas lahan panen padi di daerah itu mencapai 91.945 hektar. Dari luasan lahan itu, produksi padi yang dihasilkan petani mencapai 573.928 ton.