Pelacakan Belum Maksimal, Kasus Baru Covid-19 Akan Terus Bertambah
Pelacakan berbasis masyarakat melalui RT/RW juga program Kampung Tangguh Jaya adalah kunci keefektifan pelacakan karena mereka yang mengetahui nama serta alamat orang yang dicari. Sayangnya, program ini belum meluas.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
Angka kasus positif Covid-19 di Ibu Kota di atas kertas menunjukkan penurunan. Akan tetapi, hal ini diiringi beberapa catatan penting seperti masih sering tersendatnya upaya pemutakhiran data antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian Kesehatan. Selain itu, pelacakan kontak erat pasien positif masih terbentur masalah kekurangan sumber daya manusia serta waktu yang lama. Meskipun vaksinasi tengah digalakkan, sejatinya pandemi belum mendekati fase tertangani.
“Secara stastistik, acuan penurunan kasus semestinya memang bukan penambahan kasus harian karena ada keterlambatan pemasukan data, melainkan jumlah kasus per pekan,” kata epidemiolog Universitas Indonesia, Pandu Riono ketika dikontak di Jakarta, Jumat (26/2/2021).
Sebagai gambaran, Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan kasus positif harian tanggal 26 Februari adalah 1.661 dan tanggal 25 Februari sebanyak 1.581 kasus. Tanggal 24 Februari jumlah kasusnya sangat kecil karena ada kendala pemasukan data dari dinas ke sistem Kemenkes sehingga yang tercatat hanya 782 kasus. Kejadian serupa juga terjadi pada tanggal 18 Februari dan hanya 373 kasus yang datanya masuk ke Kemenkes.
Selama persentase kasus positif tidak bisa turun, Jakarta akan selalu memperoleh kasus positif Covid-19 baru. Permasalahannya, angka-angka yang masuk ke sistem data pemerintah adalah gunung es karena risiko akibat lamanya tindak pelacakan masih besar. (Pandu Riono)
Apabila dilihat perkembangan mingguan tampak ada penurunan kasus aktif, yaitu orang-orang yang menjalani perawatan di rumah sakit rujukan dan mereka yang tengah diisolasi. Tanggal 6 Februari ada 24.044 kasus aktif, di 12 Februari ada 20.662 kasus, 18 Februari 13.616 kasus, dan pada 24 Februari 10.354 kasus dengan catatan penting tanggal 18 dan 24 itu data yang masuk tidak lengkap.
Di sisi lain, persentase kasus positif Jakarta masih tinggi, yaitu 16 persen. Persentase secara nasional adalah 11 persen. Baik Jakarta maupun Indonesia sama-sama lebih tinggi daripada batas aman yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, yaitu 5 persen.
”Selama persentase itu tidak bisa turun, Jakarta akan selalu memperoleh kasus positif Covid-19 baru. Tidak akan berhenti. Permasalahannya, angka-angka yang masuk ke sistem data pemerintah adalah gunung es karena risiko akibat lamanya tindak pelacakan masih besar,” kata Pandu.
Mengatasi pandemi adalah melalui tiga hal. Pertama dengan cara menghentikan penularan virus melalui pengawasan, pengetesan, dan pelacakan kontak. Dalam aspek ini masalah utama ialah kurangnya tenaga pelacak dan kapasitas laboratorium menghasilkan kesimpulan analisis dalam waktu singkat.
Menurut Pandu, belum semua lokasi memiliki sistem pelacakan yang baik. Tenaga kesehatan dari puskesmas terbatas sehingga pelacakan terhambat. Polisi dan TNI membantu dengan melibatkan bhabinkamtibmas sebagai tenaga tambahan untuk melacak kontak erat.
”Pelacakan berbasis masyarakat melalui kader Dasa Wisma di RT (rukun tetangga) dan rukun warga (RW) adalah kunci keefektifan pelacakan karena mereka yang mengetahui nama serta alamat orang yang dicari. Beberapa prakarsa seperti Kampung Tangguh Jaya adalah contoh baik konsep PPKM (pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat) berskala mikro. Sayang sekali belum diadvokasi secara sistematis agar semua RW di Jakarta ataupun wilayah lain mengadaptasinya,” ujar Pandu.
Sejauh ini, tercatat ada 203 RW yang masuk dalam program Kampung Tangguh Jaya. Padahal di DKI Jakarta, sedikitnya ada 2.730 RW.
Hal kedua ialah dengan membatasi gerak warga. Artinya memastikan semua orang menerapkan protokol kesehatan memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan menggunakan sabun serta air mengalir. Kesadaran ini mulai meningkat di masyarakat, tetapi belum menyeluruh karena cara pemakaian masker banyak yang masih keliru dengan tidak menutup hidung atau memakai masker kain satu lapis, dari bahan scuba, dan ada juga yang masih memakai masker model buff. Mekanisme agar sesama warga ataupun petugas berani konsisten menegur orang-orang yang keliru cara praktiknya ini harus terus dilakukan.
Hal ketiga baru menerapkan vaksinasi untuk seluruh penduduk. Pandu mengatakan, perusahaan-perusahaan swasta jangan membeli vaksin secara mandiri untuk karyawannya saja, tetapi harus turut membantu pemerintah menalangi rakyat yang belum masuk kuota 70 persen vaksin pemerintah. Perilaku gotong royong sangat dibutuhkan pada situasi pandemi.
Dalam waktu yang berlainan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan sudah ada 214.523 dosis vaksin Covid-19 yang disuntikkan ke masyarakat. Pembagiannya adalah 141.225 dosis untuk termin pertama dan 73.298 dosis di termin kedua. Di termin awal ini tenaga kesehatan adalah target utama imunisasi dan sudah terlaksana 65,3 persen.
”Kini mulai masuk ke para pedagang pasar, wartawan, dan guru. Dilanjutkan kuota untuk pekerja di sektor pariwisata,” katanya. Ahmad Riza menerangkan, Jakarta mampu melakukan imunisasi untuk 19.741 orang setiap hari melalui 511 fasilitas kesehatan dan 1.648 juru vaksin.
Hitam ke merah
Peneliti senior Center for Metropolitas Studies (Centropolis), lembaga kajian perkotaan Universitas Tarumanagara, Suryono Herlambang mengungkapkan bahwa kelurahan-kelurahan di Jakarta mulai bergeser warnanya dari hitam ke merah. Hitam adalah simbol yang oleh Centropolis menggambarkan kelurahan dengan kasus positif di atas 100. Pada tanggal 6 Desember, dari 267 kelurahan di Ibu Kota, ada 88 yang dikategorikan hitam dan mayoritas adalah yang berbatasan dengan Banten maupun Jawa Barat.
Daerah seperti Kota Bogor dan Tangerang Selatan mengambil jalur PPKM mikro. Bogor juga menerapkan sistem ganjil-genap untuk kendaraan bermotor. Menurut Suryono pengaruh pastinya terhadap penularan Covid-19 masih diteliti. Berpegang fakta bahwa data tanggal 18 dan 24 Februari tidak lengkap, peta jumlah kasus tanggal 24 Februari oleh Centropolis menunjukkan hanya ada dua kelurahan berwarna hitam. Sisanya sudah merah dengan berbagai gradasi, artinya kasus per kelurahan dalam kisaran 21-90.