Kapal Tenggelam di Utara Banten, Pemancing asal Jakarta Tewas
Nelayan atau warga yang beraktivitas di laut diimbau untuk senantiasa memperhatikan kondisi cuaca. Mereka diminta menghindari awan kumulonimbus karena memiliki ancaman bahaya.
Oleh
JOHANES GALUH BIMANTARA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kapal bernama KM Sampoerna terbalik dan tenggelam pada Sabtu (27/2/2021) dini hari di utara Pulau Tunda, yang masuk wilayah Kota Serang, Provinsi Banten. Salah seorang pemancing di atas kapal itu, Chairul Komarudin, tewas. Ia diketahui berasal dari Jakarta.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Banten Komisaris Besar Edy Sumardi menuturkan, tim pencarian dan pertolongan (SAR) Direktorat Kepolisian Perairan dan Udara Polda Banten dibantu warga sudah mengevakuasi korban. ”Korban sedang di-visum et repertum di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) dr Dradjat Prawiranegara Kota Serang,” ucapnya melalui pesan singkat, Sabtu siang.
Edy menyebutkan, Chairul tercatat beralamat tinggal di Jakarta Pusat. Setelah visum et repertum selesai, jenazah korban bakal diserahkan kepada keluarga untuk dibawa ke rumah duka.
Awan konvektif itu bisa menyebabkan tiba-tiba angin kencang, apalagi kalau menjadi awan kumulonimbus.
Peristiwa tersebut terjadi di perairan yang berjarak sekitar 4 mil laut (7,4 kilometer) di utara Pulau Tunda. Berdasarkan keterangan saksi-saksi, korban saat kejadian sedang memancing dari atas KM Sampoerna. Tiba-tiba, angin puting beliung menerjang sehingga kapal terbalik dan korban pun meninggal. ”Saat ini proses penyelidikan masih berlangsung oleh penyidik Ditpolairud Polda Banten,” ujar Edy.
Menurut informasi yang beredar, polisi meminta keterangan dari enam saksi, termasuk nakhoda kapal yang beralamat tinggal di Pulau Tunda. Selain dia, semua saksi berdomisili di Jakarta, yakni di Jakarta Pusat dan Jakarta Timur.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Serang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mohammad Nurhuda mengatakan, citra radar menunjukkan bahwa pada Sabtu menjelang pagi terdapat awan konvektif di area sekitar Pulau Tunda, yang mengindikasikan ada pertumbuhan awan kumulonimbus atau awan hujan di sana.
”Awan konvektif itu bisa menyebabkan tiba-tiba angin kencang, apalagi kalau menjadi awan kumulonimbus,” ucap Nurhuda. Angin kencang dadakan bisa memicu kenaikan tinggi gelombang. Jika awan kumulonimbus terbentuk, angin akan disertai dengan hujan lebat dan petir sehingga makin membahayakan.
Oleh karena itu, Nurhuda mengimbau nelayan atau warga yang beraktivitas di laut untuk senantiasa memperhatikan kondisi cuaca. Mereka diminta menghindari awan kumulonimbus karena memiliki ancaman bahaya, seperti yang terjadi pada KM Sampoerna. Setelah efek dari awan tersebut usai, warga bisa kembali melaut di sana. Hujan lebat atau angin kencang biasanya reda setelah sekitar setengah jam, kemudian laut teduh.
Menurut Nurhuda, nelayan rata-rata sudah mengenal awan kumulonimbus dan akan merespons dengan menghindarinya. Mereka biasanya masih bisa melihat awan itu meski langit sedang gelap karena ditandai dengan adanya kilat.
Mahyudin (47), nelayan dari Pulau Lancang, Kelurahan Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, membenarkan hal itu. Ia dan kawan-kawannya yang biasa mencari ikan menggunakan sampan akan langsung kembali ke pulau jika awan di laut tiba-tiba gelap dan angin berembus lebih kencang. ”Meski sudah mengeluarkan ongkos, sudah keluar solar, begitu seperti itu, kami pulang meski tidak membawa hasil,” katanya.
Oleh karena itu, tidak ada musim bagus atau jelek bagi Mahyudin untuk melaut. Setiap saat terdapat potensi cuaca buruk, tetapi setiap saat pula ada peluang cuaca teduh.
Namun, Mahyudin berpendapat, dalam empat bulan terakhir dirinya kesulitan mendapatkan waktu yang aman untuk melaut. Cuaca buruk lebih sering timbul dibandingkan tahun lalu. Efeknya, pendapatan nelayan cumi ini menurun.
Pada 2020 hingga pertengahan tahun, Mahyudin masih menikmati penghasilan rata-rata Rp 3 juta per bulan. Setelah itu hingga sekarang, pendapatannya rata-rata Rp 1,5 juta per bulan. Untuk memenuhi kebutuhannya beserta istri, satu anak, dan nenek dari pihak istri, pendapatan sebesar itu membuatnya kadang-kadang harus berutang.
Berdasarkan prakiraan dari Pusat Meteorologi Maritim BMKG, pada 27 Februari-2 Maret, angin di Laut Jawa bagian barat, perairan Kepulauan Seribu, dan perairan utara Banten hingga Jawa Barat umumnya bertiup dari arah barat hingga utara, dengan kecepatan berkisar 6-15 knot (11,11-27,78 km per jam).
Ketinggian gelombang diprediksi berlevel rendah, yakni 0,5-1,25 meter (sebagai gambaran, gelombang sedang 1,25-2,5 meter, gelombang tinggi 2,5-4 meter, dan sangat tinggi 4-6 meter). Cuaca hingga Minggu, 28 Februari, diperkirakan hujan ringan.