Pesepeda mengapresiasi sekaligus meminta komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengawasan jalur sepeda permanen supaya tak ada lagi okupasi oleh pengguna kendaraan bermotor.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Jalur sepeda permanen di Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin, Jakarta, yang tengah dibangun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, memperoleh antusiasme dari kalangan pesepeda. Namun, pembangunan jalur yang diperkirakan memakan biaya Rp 30 miliar, itu tetap rawan diokupasi kendaraan bermotor jika jalur tersebut dioperasikan nanti.
Jalur sepeda ini, seperti diwartakan Berita Jakarta, kanal pelayanan informasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, akan dibangun sepanjang 11, 2 kilometer dan ditargetkan selesai pada Maret. Jalur itu akan dibangun mulai dari ruas Bundaran Senayan, Jalan Jenderal Sudirman, hingga Jalan MH Thamrin, di kedua jalurnya. Jalur sepeda permanen itu juga akan dilengkapi petunjuk arah, pijakan kaki di simpang dalam lintasan jalur sepeda, dan area isirahat berupa bike rack pada trotoar.
Untuk melindungi pesepeda, jalur sepeda permanan itu dilindungi dengan pembatas beton berbentuk pot tanaman atau planter box dengan bentuk seperti rantai yang saling terkait, setinggi hampir 1 meter. Sementara ruang jalan yang dibangun untuk jalur tersebut juga lumayan leluasa, selebar 2 meter.
Hingga Kamis (25/2/2021), jalur yang mulai dibangun pada awal Februari lalu itu telah terbangun sepanjang 700 meter di Jalan Jenderal Sudirman arah Senayan ke Semanggi. Jalur yang sudah dibangun itu ditemukan mulai dari ruas jalan di depan gedung FX Sudirman hingga Stasiun Moda Raya Terpadu Istora Mandiri.
Namun beberapa ruas jalur sepeda yang terhubung dengan halte bus dan belokan itu tetap dibuka. Ruas tersebut tak ditutup pembatas beton, dan diganti dengan marka jalan putus-putus. Salah satunya ditemukan di ruas jalan depan Fx Sudirman hingga depan Pintu 6 Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Meskipun masih dalam proses pembangunan, jalur itu mulai dimanfaatkan pesepeda. Karena masih proses pembangunan itu pula, jalur tersebut juga masih dilalui kendaraan bermotor dan digunakan sebagai tempat parkir kendaraan pribadi dan taksi.
Martin (23) pesepeda yang melintas di situ mengatakan, jalur sepeda permanen ramai jadi perbincangan di grup percakapan para pesepeda. Umumnya mereka mengapresiasi keseriusan pemerintah daerah untuk mewujudkan Jakarta ramah pesepeda.
"Rasanya lebih terlindungi. Biasanya, kan, nyaris dempet-dempetan dengan mobil atau sepeda motor," ujar Martin.
Rawan diokupasi
Pesepeda lain yang melintas, Sardian (21) meminta komitmen pemerintah daerah dalam pengawasan jalur sepeda permanen karena masih ada pengguna kendaraan bermotor yang masuk lajur terproteksi dengan marka putus-putus.
"Intinya harus ada pengawasan karena pengendara lain suka membandel dengan terabas jalur sepeda," ucap Sardian.
Poetoet Soedarjanto, Ketua Gerakan Bike to Work, ini pun menyambut gembira adanya jalur sepeda permanen karena aspek keselamatan mulai jadi perhatian pemerintah daerah. Di sisi lain lajur terproteksi itu bisa jadi contoh bagi daerah lain dalam pengembangan jalur sepeda.
"Pengawasan jalur sepeda juga menjadi perhatian kami dan sejak perencanaan sudah disampaikan kepada dinas perhubungan. Beberapa waktu terakhir ini kami cukup intens diskusi, salah satunya terkait sosialisasi keberadaan jalur permanen tersebut," kata Poetoet.
Pembangunan jalur sepeda permanen ini, seperti diberitakan Kompas.com pada Rabu (24/2/2021), disebutkan anggaran untuk pembatas jalur sepeda permanen itu mencapai Rp 30 miliar. Anggaran bersumber dari kompensasi pihak ketiga, bukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta 2021.
Saat dikonfirmasi terkait komponan pembangunan jalur sepeda itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Syafrin Liputo, belum memberikan tanggapan. Namun sebagai gambaran, dengan biaya pembangunan Rp 30 miliar untuk pembangunan jalur sepeda permanen sepanjang 11,2 kilometer, maka setiap meternya memakan biaya Rp 2,6 juta.