Vaksinasi Guru dan Dosen Membuka Harapan Pembelajaran Tatap Muka
Guru dan dosen mulai menerima dosis pertama vaksin Covid-19. Vaksinasi memercikkan harapan akan kembali dibukanya pembelajaran tatap muka.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 bagi guru dan dosen membuka harapan pembelajaran tatap muka dapat kembali digelar dalam waktu dekat. Proses vaksinasi bagi para pendidik ini di antaranya digelar di SMA Negeri 70 Jakarta, Rabu (24/2/2021).
Guru olahraga di SD Negeri Grogol Utara 09 di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Effendi, mengaku antusias menjalani vaksinasi Covid-19 di SMA Negeri 70 Jakarta pada Rabu siang. Dia mengaku beruntung karena termasuk dua guru yang berkesempatan divaksin pada gelombang pertama, dari total 46 guru di sekolahnya.
”Sebelumnya saya didata melalui tata usaha sekolah. Kebetulan dapat jatah pertama. Bukan karena usia saya yang sudah 58 tahun. Kebetulan saja,” katanya.
Saat ditemui, Effendi baru 15 menit keluar dari ruang vaksinasi. Ia tidak merasakan apa pun setelah menerima vaksin. Rasa linu di bagian lengan kiri yang disuntik juga sudah tidak berbekas.
”Kebetulan saya tidak punya komorbid. Tekanan darah juga normal. Katanya disuruh nunggu 30 menit buat lihat keluhan. Tapi sampai sekarang tidak ada (keluhan),” katanya.
Effendi berharap, dengan dimulainya vaksinasi bagi guru, pembelajaran tatap muka bisa segera digelar kembali. Selaku guru olahraga, Effendi menganggap pembelajaran jarak jauh yang berjalan selama pandemi ini kurang efektif.
Meskipun nantinya kegiatan olahraga belum bisa diselenggarakan saat pembelajaran tatap muka terbatas, setidaknya Effendi punya kesempatan untuk mengajarkan materi berupa teori di kelas. Apalagi, Effendi yang saat ini mengajar siswa kelas I, sama sekali belum pernah bertemu dengan siswanya.
”Selama ini, untuk menilai anak-anak, saya suruh mereka bikin video atau foto sesuai materi. Belum pernah ketemu sama anak kelas I. Semoga nanti bisa ketemu mereka di kelas II karena saya mengajar kelas I dan kelas II,” katanya.
Kebetulan saya tidak punya komorbid. Tekanan darah juga normal. Katanya disuruh nunggu 30 menit buat lihat keluhan. Tapi sampai sekarang tidak ada (keluhan).
Keluhan pasca-divaksin juga tidak dirasakan oleh Hestiyah, Guru SLB Negeri 4 Jakarta. Hal itu dia sampaikan setelah sekitar satu jam menerima dosis pertama vaksin Covid-19.
Dia berharap, setelah menjalani vaksinasi ini dirinya selalu sehat dan bisa kembali mengajar anak-anak di sekolah. ”Semoga secepatnya anak-anak juga bisa divaksin supaya bisa masuk sekolah lagi,” ujarnya.
Vaksinasi di SMA Negeri 70 Jakarta juga diikuti oleh sejumlah dosen. Salah satunya Mujib Qulyubi, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia). Bersama 13 dosen dan staf Unusia, ia menjalani vaksinasi hari pertama.
”Jumlah dosen dan staf mungkin ada sekitar 200 orang. Jadi, mungkin prosesnya masih cukup lama sampai bisa divaksin semua,” katanya.
Mujib berharap, dengan adanya vaksinasi ini, perkuliahan tatap muka bisa segera digelar. Menurut dia, perkuliahan jarak jauh selama ini sudah membuat jenuh para mahasiswa.
”Perkuliahannya menjadi cenderung searah. Materi yang disampaikan juga kurang mendetail. Saya juga tidak tahu anak-anak ini sebenarnya serius menyimak atau tidak,” katanya.
Abaikan informasi negatif
Sebelum menjalani vaksinasi, Effendi sempat mendengar informasi-informasi negatif mengenai efek samping vaksin. Namun, dia cenderung mengabaikan. Dia percaya vaksin bisa menjadi jalan keluar dari pandemi.
”Banyak yang bilang divaksin bisa memicu stroke atau lumpuh. Omongan itu banyak saya dengar dari orang-orang di sekitar rumah. Saya abaikan saja,” katanya.
Banyaknya tokoh publik yang sudah menjalani vaksinasi membuat Mujib tidak ragu sedikit pun untuk divaksin. Terlebih, sejauh ini tidak ada efek samping vaksin yang tokoh publik itu alami.
”Saya semakin yakin karena vaksin ini sekarang juga bisa menjangkau lebih banyak orang, seperti lansia, komorbid, dan penyintas Covid-19,” katanya.
Suherman, dosen Jurusan Geologi Universitas Trisakti, menilai vaksinasi bagi tenaga pendidik ini menjadi salah satu upaya untuk menekan penularan Covid-19. Menurut dia, jika hanya mengandalkan kekebalan kelompok (herd immunity), proses untuk keluar dari situasi pandemi akan cukup lama.
”Kalau herd immunity pasti akan lama dan lebih berisiko. Kalau dilihat yang sudah divaksin juga sejauh ini aman-aman saja. Tidak tahu kalau efek jangka panjangnya ya,” katanya seusai divaksin.
Target Juni
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menjelaskan, vaksinasi hari pertama di SMA Negeri 70 Jakarta diikuti oleh 650 tenaga pendidik. Targetnya, pada akhir Juni 2021 ada sekitar 5,5 juta tenaga pendidik yang akan divaksin.
”Pelaksanaannya akan dilakukan di setiap dinas kesehatan daerah yang dikoordinasi oleh Kementerian Kesehatan,” katanya.
Nadiem menambahkan, vaksinasi terhadap tenaga pendidik menjadi prioritas karena sudah cukup lama anak-anak tidak bersekolah tatap muka. Pembelajaran jarak jauh yang terlalu lama dinilai berisiko bagi perkembangan anak. Jika vaksinasi selesai pada akhir Juni, pembelajaran tatap muka dapat dimulai pada tahun ajaran baru, yakni Juli 2021.
”Walaupun dengan protokol kesehatan yang masih dijaga, kita sudah bisa melatih melakukan pembelajaran tatap muka dengan kebiasaan baru. Mungkin tidak masuk 100 persen, tapi paling tidak (siswa) bisa masuk 2-3 kali sepekan atau dengan sistem rotasi,” katanya.
Menurut Nadiem, vaksinasi akan diprioritaskan bagi sekolah dengan urutan jenjang yang paling muda hingga yang paling tua. Mengingat, anak dengan usia yang paling muda cenderung lebih sulit melakukan pembelajaran jarak jauh.
”(Akan diprioritaskan) mulai dari jenjang paud, SD, dan SLB. Kemudian SMP, SMA, SMK, dan perguruan tinggi,” ungkapnya.