Tawaran Legit Kota Donat Amsterdam
Amsterdam mengarungi tahun berat akibat pandemi Covid-19 dengan memilih fokus melanjutkan strategi pembangunan kota donat. Suatu strategi mengendalikan konsumsi, mengutamakan daur ulang, dan meratakan kemakmuran.
Perkenalkan, ini kami yang baru, Kota Donat Amsterdam!
Dengan nama baru itu, ibu kota Belanda tersebut menyatakan kepada dunia bahwa mereka menerapkan strategi ekonomi melingkar mulai 2020. Tujuannya mengurangi separuh penggunaan bahan baku baru pada 2030 dan mencapai kota yang sepenuhnya melingkar pada tahun 2050.
Pemerintah Kota Amsterdam dalam laman resmi menyatakan, ekonomi melingkar berarti mereka menghindari pemborosan dengan merencanakan produksi beragam barang yang sejak awal didesain bisa dipakai berulang kali, diperbaiki jika rusak, dan saat masa pakainya usai diolah menjadi bahan dasar produk lain. Di sisi lain, berbagai barang konsumsi eksisting dioptimalkan penggunaannya dan semaksimal mungkin didaur ulang di dalam kota. Kedua hal tersebut akan memicu kegiatan ekonomi urban baru.
Dipimpin Wali Kota Femke Halsema, donat Amsterdam mengacu pada strategi ekonomi baru yang dicetuskan ekonom dari Universitas Oxford, Inggris, Kate Raworth. Ekonomi donat ini telah masuk dalam strategi mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca juga : Pertumbuhan 270,2 Juta Jiwa dan Tuntutan Perubahan Desain Perkotaan
Kebijakan ekonomi melingkar sejatinya upaya menghentikan eksploitasi sumber daya alam di Bumi dengan mengubah cara konsumsi setiap individu. Pengadaan bahan pangan, produksi pakaian sampai kendaraan bermotor beserta bahan bakarnya, pembuatan perabot dan semua pernak-pernik yang digunakan setiap orang, selama ini telah memicu alih fungsi lahan tak terkendali untuk kebun, tambang, peternakan, dan banyak lagi.
Semua kegiatan itu merusak keseimbangan tatanan alam dan menghasilkan emisi gas buang berupa karbon dioksida yang meracuni Bumi. Ditambah pergerakan manusia dan bahan dalam rantai produksi barang konsumsi tersebut, jejak karbon makin menumpuk. Salah satu dampaknya yang paling mendunia adalah pemanasan global dan perubahan iklim.
Amsterdam bertekad menekan jejak karbon sekitar 872.000 warganya. Sebelum resmi menjalankan program ”Kota Donat”, hasil survei pemerintah kota tahun 2019 menunjukkan, separuh warga Amsterdam terbiasa membeli produk bekas dalam memenuhi kebutuhan mereka. Saat disurvei, warga kota penuh kanal ini meminta pemerintah memudahkan mereka memilah sampah, membuat semua produk bisa diperbaiki, dan didaur ulang.
Hasil survei jadi pijakan pemerintah kota menentukan program kerja jangka pendek hingga jangka panjang. Pada tahun pertama menjalani strategi baru yang menempatkannya sebagai Kota Donat pertama di dunia, dalam laporan majalah TIME edisi 1-8 Februari 2021, Amsterdam memulai dengan pembangunan kompleks besar perumahan rakyat yang semua bagiannya bisa dipakai lagi tatkala rumah atau gedung itu tak dipakai lagi untuk permukiman. Hunian publik terjangkau ramah lingkungan menjadi target awal, karena kecukupan papan layak membuat warga aman terayomi. Ini pondasi kokoh menggulirkan ekonomi melingkar.
Ekonomi donat mengubah yang selama ini mementingkan diri sendiri menjadi saling tergantung serta saling membantu satu sama lain dalam kelompok masyarakat. (Kate Raworth)
Meskipun badai pandemi Covid-19 datang, pelaksanaan program Kota Donat tidaklah surut. Saat Belanda menerapkan karantina pada Maret 2020 dan semua kegiatan berlangsung daring, misalnya, ternyata ada sejumlah warga di Amsterdam yang tidak memiliki laptop.
Strategi donat diterapkan, pemerintah kota secara mendadak mengumpulkan laptop usang atau rusak warga. Sebuah perusahaan dikontrak memperbaiki dan menghidupkan lagi tumpukan laptop tersebut. Hasilnya, 3.500 laptop siap pakai didistribusikan gratis bagi yang membutuhkan. Produktivitas warga yang meningkat dengan laptop ”baru tapi bekas” itu turut membantu ekonomi kota tetap berputar.
Semangat yang sama melatari proyek agar warga menyerahkan jins butut tak terpakai ke sebuah pabrik untuk didaur ulang atau dibawa ke toko khusus untuk diperbaiki sehingga bisa dipakai lagi. Pada tahun 2023, Amsterdam menargetkan sudah ada produk massal jins hasil daur ulang.
Pemerintah kota juga akan mendampingi publik menentukan diet layak dan sehat untuk menghindari membeli bahan pangan berlebih yang ujungnya lebih sering berakhir di tempat sampah. Amsterdam dalam beberapa tahun ke depan akan mengurangi 50 persen sampah makanannya. Dampak surplus makanan bakal membuka akses pangan layak bagi warga yang membutuhkan.
Prinsip mengendalikan konsumsi perseorangan bertujuan meratakan akses pada semua kebutuhan vital tanpa perlu mengeksploitasi sumber daya alam lebih dalam lagi—seperti diusung kota donat—dianggap jalan keluar terbaik mentas dari belitan wabah beserta dampak ekonominya saat ini. Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum menyatakan, meski diinisiasi sebelum pandemi, ekonomi donat makin menemukan relevansinya kini.
Distribusi kemakmuran
Raworth menyuarakan teori ekonomi donat lewat sebuah jurnal pada 2012 dan dikukuhkan dalam buku ”Doughnut Economics: Seven Ways to Think Like a 21st Century Economist” pada 2017. Ekonomi donat merujuk pada cara berpikir bahwa ada dua lingkaran utama, terdiri atas pondasi sosial dan batas ekologi. Tempat hidup aman dan tepat bagi semua manusia ada di antara dua lingkaran tersebut, yang tak lain adalah kue donat itu sendiri.
Di lapisan tebal, empuk nan manis itu, setiap orang diharapkan memiliki tempat tinggal layak, makanan, air bersih, energi, akses memadai ke fasilitas kesehatan, edukasi, sampai penghasilan layak. Selain itu, terjamin pula hak suara atau hak politiknya, mendapatkan rasa aman dan damai, ada kesetaraan jender maupun keadilan sosial yang nyata.
Cita-citanya, jangan sampai umat manusia hidup di lingkaran luar donat, di luar batas ekologis yang mengancam kelestarian sumber daya alam di Bumi. Eksploitasi lingkungan alam berlebihan menyebabkan konversi lahan hijau, hilangnya keanekaragaman hayati, polusi, rusaknya lapisan ozon, perubahan iklim, pengasaman laut, polusi kimia, pemuatan nitrogen dan fosfor, hingga kekurangan air bersih. Eksploitasi menawarkan kesejahteraan sesaat pada segelintir orang dan ujungnya menyedot semua makhluk ke lubang hampa kesengsaraan di tengah donat.
Perbedaan ekonomi donat dengan yang kini berjalan adalah tidak berfokus pada angka pertumbuhan ekonomi atau menaikkan upah semata. Menurut Raworth, secara alami pertumbuhan memiliki batasnya. Ada masanya ia mencapai puncak, lalu menurun. Publik dipaksa menerima bahwa fenomena pertumbuhan dan penurunan adalah hal biasa untuk mencapai keseimbangan baru yang lalu tumbuh kembali, turun, dan semua proses berulang.
Raworth mengatakan, untuk dapat menerima ekonomi donat, perlu melihat gambar besar strategi ini. "Donat" adalah soal mendistribusikan kemakmuran yang berarti membuka akses seluas-luasnya tetapi terukur bagi setiap manusia terhadap sumber daya alam dan pendidikan. Pada masa pandemi, dengan memanfaatkan teknologi modern atau yang lebih sederhana seperti siaran radio dan televisi, pendidikan sebenarnya justru dapat kembali ke hakekatnya sebagai barang publik yang bisa diakses semua orang.
Baca juga: Raih Peluang Setangguh Kerbau Logam
Kegiatan ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak dilakukan melibatkan warga sebagai pemilik dan pengelola. Hal ini berarti tidak lagi memberi peluang pada praktik penguasaan lahan atau konsesi tak terbatas. Badan-badan usaha rakyat seperti koperasi dan badan usaha milik desa (BUMDes) perlu terus dikembangkan.
“Ekonomi donat mengubah yang selama ini mementingkan diri sendiri menjadi saling tergantung serta saling membantu satu sama lain dalam kelompok masyarakat,” kata Raworth.
Ia menyatakan, ketimpangan adalah kesalahan dari desain ekonomi saat ini. Para ekonom abad ke-21 harus menyadari ada banyak kemungkinan merancang ekonomi yang menciptakan kesetaraan. Artinya, lebih dari sekedar mendistribusikan pendapatan, tetapi meratakan kekayaan atau kemakmuran. Apalagi jika kekayaan itu berasal dari kepemilikan tanah berlebih, perusahaan raksasa memonopoli bidang tertentu, dan teknologi penciptaan uang.
Saat ini, memang sudah banyak inisiasi di tingkat makro antarnegara dan kebijakan nasional maupun internasional untuk menyelamatkan lingkungan. Namun, rakyat kebanyakan belum cukup masif dirangkul dalam gerakan tersebut.
Melalui ekonomi donat, pemerintah dan warga menjadi pihak yang aktif menentukan langkah. Peran pemerintah, khususnya pemerintah daerah sangat vital, karena ekonomi donat berarti mengubah tatanan formal kebijakan yang selama ini berjalan.
Banyak kritik keras ditujukan pada Raworth dan ekonomi donat. Salah satunya, sistem ekonomi yang sekarang berjalan sudah sedemikian kuat mengakar sehingga sulit diubah. Bagi negara yang masih berkembang dan sangat tergantung pada utang luar negeri, disebut bakal sulit melenggang lepas dan membangun tatanan ekonomi melingkar.
Namun, siapa bilang semua harus berubah total, seketika, dan radikal? Pada tahun pertamanya saja, donat Amsterdam mampu menghidupkan suar pembangkit asa di tengah kegelapan pandemi. Bayangkan, betapa terang dunia ini jika kota-kota lain ikut melangkah ke lapisan donat itu. Hmm…legitnya pemerataan kemakmuran itu seperti sudah terasa di mulut.
Baca juga: Cara Medellin Menghapus Jejak Hitam Pablo Escobar