Banjir di Ibu Kota, Pemprov DKI Fokus Turunkan Petugas
Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan sistem drainase di Jakarta kapasitas tampungannya adalah 100 mm per hari. Akibatnya, jadi pasti ada genangan saat ada hujan ekstrem. Namun, dipastikan genangan surut dalam enam jam.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Hujan lebat mendera Ibu Kota dan sekitarnya pada hari Sabtu (20/2/2021) dini hari. Akibatnya, sejumlah titik terendam air yang ketinggiannya ada mencapai leher orang dewasa. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menurunkan petugas untuk membantu warga.
“Ada 193 RT (rukun tetangga) yang terendam. Akan tetapi, ini dari total 30.470 RT di Jakarta, ya. Situasi ini bukan kita saja yang mengalami. Di Semarang juga ada 171 RT yang terdampak banjir,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat dihubungi Jumat pagi.
Ia menegaskan bahwa pemantauan genangan air dilakukan setiap tiga jam dan para petugas juga sudah diturunkan untuk membantu mengevakuasi warga, menyiapkan dapur umum, serta faktor-faktor esensial lainnya.
Sistem drainase di Jakarta kapasitas tampungannya adalah 100 mm per hari, jadi pasti ada genangan. Hal terpenting ialah memastikan genangan surut dalam kurun enam jam. (Anies Baswedan)
Berdasarkan pantauan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, ada empat lokasi stasiun pemantau cuaca yang terkena curah hujan ekstrem atau di atas 150 milimeter (mm) per hari, yaitu stasiun Pasar Minggu (226 mm), Sunter Hulu (197mm), Halim Perdana Kusumah (176 mm), dan Lebak Bulus (154 mm). Kemudian ada enam stasiun cuaca dengan curah hujan lebat atau 100-150 mm per hari, yaitu ARG Lebak Bulus, AWS Taman Mini Indonesia Indah, ARG Ciganjur, Krukut Hulu, Stasiun Klimatologi Tangerang Selatan, dan Pakubuwono.
“Sistem drainase di Jakarta kapasitas tampungannya adalah 100 mm per hari, jadi pasti ada genangan. Hal terpenting ialah memastikan genangan surut dalam kurun enam jam,” tutur Anies.
Ketika berkunjung ke Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta Amhad Riza “Ariza” Patria mengatakan masyarakat tinggal menghubungi nomor 112 karena BPBD siap membantu. Berbagai kelengkapan penanganan kebencanaan telah disiapkan mulai darisandang, pangan, papan, dan obat-obatan.
Ariza menuturkan bahwa pada dasarnya Jakarta sangat menekankan kolaborasi dengan semua unsur masyarakat. Hal ini yang menjadi misi pemerintahan, yakni membangun pemberdayaan masyarakat dalam menangani semua masalah, mulai dari banjir sampai Covid-19.
Sekretaris RW 03 Kelurahan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Moch Yahya mengungkapkan ada 6 RT yang terkena banjir akibat air Kali Krukut meluap. Di keenam titik ini ketinggian rata-rata banjir mencapai leher orang dewasa.
Menurut dia, warga sudah mulai diungsikan sejak hari Jumat. Sebagian ada yang mengungsi ke ruang publik terbuka ramah anak dan ada juga ke rumah-rumah warga yang terletak di dataran tinggi serta berukuran cukup luas.
“Kekhawatiran kami adalah penyebaran Covid-19. Memang protokol kesehatan diterapkan, tapi siapa yang bisa menjamin keamanannya?” ujar Yahya.
Sejumlah warga ada yang menolak mengungsi karena rumahnya memiliki lantai atas yang mereka anggap bisa ditinggali selama banjir terjadi. Meskipun demikian, pihak RW terus mendekati warga agar mau mengungsi. Alasannya karena cuaca tidak bisa ditebak. Koordinasi dan pemastian tercukupinya kebutuhan warga juga lebih mudah apabila dilakukan di pengungsian. Petugas nanti terpaksa bolak-balik untuk melayani warga yang bersikeras bertahan di rumah.
“Tahun lalu kendala penurapannya ialah alat berat tidak bisa masuk, jadi harus dicari metode lain supaya bahan-bahan baku penurapan bisa disalurkan ke sini, cuma akhirnya keburu ada pandemi dan sekarang banjir, deh,” tutur Yahya.