Jakarta ada di posisi kelima kota di Asia Tenggara dengan pencemaran udara terburuk. Guna menekan pencemaran, Jakarta didorong menggencarkan penggunaan kendaraan rendah emisi.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dalam diskusi mengenai pengelolaan belanja publik berkelanjutan yang diadakan Komite Penghapusan Bensin Bertimbal di Jakarta, Rabu (17/2/2021), diungkapkan data Dewan Internasional untuk Transportasi Ramah Lingkungan (ICCT) yang menyatakan kota-kota di Indonesia menduduki 10 besar kota dengan mutu udara terburuk di Asia Tenggara.
Berdasarkan data IQ Air 2019, urutan kota dengan pencemaran udara terburuk ialah Tangerang Selatan, Bekasi, Pekanbaru, Pontianak, dan Jakarta. Wilayah Talawi dan Surabaya masuk dalam peringkat ke-7 dan ke-10. Peringkat lainnya di antaranya diisi Hanoi (Vietnam) dan Nakhon Ratchasima (Thailand).
Jakarta memiliki rekor konsentrasi partikulat berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron dan bisa terhirup manusia sebanyak 67,2 mikrogram per meter kubik. Penyebab pencemaran ini adalah asap kendaraan bermotor, pabrik, dan pembangkit listrik tenaga batubara yang berada di berbagai wilayah satelit.
Pintu masuk yang tepat ialah dari angkutan umum seperti bus listrik dan kendaraan operasional Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Hayidrali Muhammad dari Indonesia Procurement Watch mengatakan, penting bagi Jakarta untuk memulai inisiatif memopulerkan kendaraan ramah lingkungan dan beremisi rendah. Ini penting karena Jakarta acuan. Sebagai contoh, angkutan umum massal berbasis bus, Transjakarta, dan hari bebas kendaraan bermotor yang kini dikembangkan di banyak kota lain di Indonesia.
”Pintu masuk yang tepat ialah dari angkutan umum seperti bus listrik dan kendaraan operasional Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,” kata Hayidrali.
Kepala Bidang Angkutan Jalanan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Susilo Dewanto mengungkapkan, pada 2021 DKI menargetkan memperoleh 100 bus listrik yang dioperasikan oleh PT Transjakarta.
Dishub DKI mewujudkannya dengan mengganti kendaraan umum yang sudah tua. Di Jakarta, aturan penggantian bus atau mikrolet ialah setelah berusia sepuluh tahun sesuai Instruksi Kepala Dishub DKI Jakarta No 105/2019. Integrasi angkutan umum ke program Jak Lingko juga mempermudah koordinasi peremajaan kendaraan. Per Desember 2020 sudah 4.000 kendaraan umum yang dikelola oleh Jak Lingko Transjakarta.
Target 2030 ialah 60 persen pergerakan manusia di Ibu Kota menggunakan angkutan umum, baik bus maupun yang berbasis rel. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun ini akan memberi 200 motor listrik sebagai kendaraan operasional petugas Dishub.
Produksi kendaraan
Sekretaris Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Rosita Sinaga memaparkan, lembaga ini memiliki program pada 2024 di Jabodetabek ada 41.000 angkutan umum bertenaga listrik dan 2029 ada fasilitas isi daya di setiap 2 kilometer. Namun, pandemi Covid-19 membuat BPTJ meramu kembali rencana itu.
”Kendala utamanya ialah produksi kendaraan di Indonesia masih berbasis bahan bakar minyak (BBM). Ditambah lagi cicilan pembelian kendaraan, terutama sepeda motor relatif murah. Masyarakat jadi sukar beralih ke kendaraan listrik,” katanya.
BPTJ mencatat pertambahan kendaraan pribadi masih tinggi. Di 2019 ada 2,8 juta mobil penumpang di Jakarta atau naik 200.000 dibandingkan 2017. Jumlah sepeda motor dari 7,7 juta unit di 2017 menjadi 8.194 juta unit di 2019. Sebaliknya, tiga tahun ini jumlah bus tetap, yaitu 295.000 unit.
Menurut peneliti ICCT, Francisco Posada, salah satu keraguan pemerintah pusat dan daerah membeli kendaraan rendah emisi karena harganya bisa tiga kali lebih mahal dibandingkan kendaraan BBM. Perawatannya lebih sukar karena butuh alat dan sarana berbeda yang belum umum dimiliki bengkel eksisting.
”Namun, jika dihitung total dengan lama pemakaian yang melebihi kendaraan BBM, dampak ke lingkungan, dampak sosial, dan percepatan perkembangan teknologi, di daerah-daerah yang beralih ke kendaraan listrik ongkos operasional yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih rendah. Energi yang dibutuhkan oleh bus listrik bisa tiga kali lebih rendah,” ujarnya.
Wilayah yang telah beralih ke bus listrik adalah China, California di Amerika Serikat, dan Santiago di Chile.
ICCT mengusulkan agar pembelian kendaraan rendah emisi untuk angkutan umum dan kendaraan dinas harus disertai dengan pengembangan industri lokal. Tujuannya agar mengembangkan ekonomi dalam negeri dan menekan jejak karbon.