Warga Jakarta Kembali Bersiaga Hadapi Ancaman Banjir Sepekan Mendatang
Warga relatif bersiaga menghadapi risiko banjir saat hujan lebat sepanjang Februari 2021. Mereka lebih intens mengamati kanal pantauan banjir sebagai langkah berjaga-jaga.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga Jakarta kembali bersiaga menghadapi ancaman banjir di Jakarta akibat meningkatnya intensitas hujan belakangan ini dan prediksi hujan deras yang akan terjadi sepekan ke depan. Warga pun memantau peringatan dini terkait cuaca lewat beberapa kanal informasi resmi.
Hujan deras sejak Selasa (16/2/2021) pagi membuat warga Jakarta yang bermukim di kawasan rawan banjir mulai waspada. Mereka secara berkala memantau informasi prakiraan cuaca terkait curah hujan lewat beberapa kanal, antara lain info cuaca dari aplikasi Info Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), JAKI, serta media sosial.
Rosmala (24), warga RT 014 RW 002 Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, memantau kanal media sosial Instagram @BPBDDKIJakarta untuk melihat potensi hujan lebat. Sejak Selasa dini hari, menurut dia, sudah ada peringatan terkait hujan lebat.
Kewaspadaan Rosmala pun terbukti dengan munculnya genangan di Jalan Pulo Nangka I Cengkareng, dekat Kali Mookervart. Genangan di jalan itu pun meluap dan airnya menggenangi jalan permukiman di tempat tinggalnya setinggi 10-30 sentimeter (cm) pada pukul 10.00.
”Keluarga sama tetangga sudah angkat barang-barang penting ke lantai dua. Warga sekitar masih waspada banjir karena sejak pekan kemarin genangan masih meluap ke permukiman,” ucap Rosmala.
Ketua RT 014 Tugiman pun menyampaikan, warga di lingkungannya tetap waspada terhadap ancaman banjir sejak sepekan kemarin. Namun, lanjutnya, belum ada satu pun dari 300 warga di lingkungannya yang mengungsi. Menurut dia, warga memandang tinggi genangan belum cukup parah.
Kewaspadaan terhadap ancaman banjir juga ditemukan di kalangan warga di bantaran Sungai Ciliwung. Sebagian warga Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, contohnya, memantau potensi luapan genangan dari kanal resmi pemerintah.
Andri Lesmana (35), warga RT 013 RW 004 Kampung Melayu, memantau potensi banjir lewat aplikasi Pantau Banjir sembari bertahan di rumah bedeng. Hujan lebat hari ini sempat menyebabkan luapan Sungai Ciliwung meski tidak sampai ke lingkungan rumahnya.
”Luapan Sungai Ciliwung enggak sampai rumah saya. Tetapi, kebanyakan warga sini masih waspada, berjaga-jaga saja kalau hujan deras mendadak bikin sungai meluap berhari-hari mendatang,” kata petugas sekuriti perusahaan di Jakarta Selatan ini.
Sejak Selasa pagi, BMKG juga telah membagikan peringatan dini terkait kemungkinan terjadinya hujan lebat di sejumlah wilayah di Pulau Jawa. BMKG menyebutkan kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil telah meningkatkan pertumbuhan potensi awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Sebanyak 24 wilayah provinsi, termasuk DKI Jakarta, akan mengalami intensitas hujan lebat hingga sepekan ke depan.
Deputi Meteorologi BMKG Guswanto merinci, ada potensi pertumbuhan awan kumulonimbus di wilayah udara Indonesia dengan persentase cakupan spasial maksimum 50-70 persen (OCNL/Occasional). Kondisi itu memungkinkan kemunculan angin puting beliung di beberapa lokasi, antara lain di sebagian wilayah di Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Wilayah yang diwaspadai salah satunya DKI Jakarta dan Banten.
Potensi hujan lebat diprediksi terjadi pada periode 15-21 Februari. Selama itu, potensi bencana akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan pohon tumbang, bisa terjadi.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Sabdo Kurnianto menyampaikan, potensi banjir masih akan terjadi sepanjang Februari ini. Karena itu, posko evakuasi di lokasi rawasan banjir pun masih akan siaga hingga situasi kondusif.
Situasi saat ini masih tergolong waspada karena potensi hujan ekstrem. Banjir di Jakarta pada 2021 mulai intens terjadi sejak awal pekan Februari. Sejumlah wilayah, terutama bantaran sungai, berjaga-jaga dari kondisi luapan air pada malam dan dini hari.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta hingga Senin (8/2/2021) pukul 12.00, total terdapat 42 RW dan 150 RT yang terdampak banjir di Ibu Kota. Daerah itu tersebar di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dari total wilayah RT di DKI yang sebanyak 30.470 rukun tetangga, area yang terdampak banjir seluas 0,492 persen.
BPBD DKI Jakarta telah menyiapkan 1.060 bangunan untuk posko pengungsian di wilayah rawan banjir. Tim BPBD DKI juga telah memasang tanda dan arah lokasi pengungsian di 267 wilayah kelurahan di Jakarta.
BPBD menyediakan posko pengungsian sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19 untuk berjaga-jaga. Ada tenda terpisah untuk pengungsi umum, tenda kelompok rentan (ibu hamil, warga lansia), dan tenda kontak erat/terduga Covid-19. Warga pun diimbau untuk tidak berkumpul demi mencegah penularan Covid-19.
Menurut Sabdo, ada lokasi pengungsian alternatif yang juga disediakan oleh pihak kelurahan setempat. Pemprov DKI Jakarta juga menyiagakan petugas kesehatan/sukarelawan kesehatan dan gugus tugas wilayah setempat. Petugas diminta rutin melakukan disinfeksi lokasi pengungsian secara teratur dan menyediakan fasilitas cuci tangan.
Pengungsi juga mendapat tes cepat antigen dari petugas dinas kesehatan. Apabila ada yang positif Covid-19, mereka segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. ”Semua fasilitas tes dan lain-lain dijamin Pemprov DKI selama warga di lokasi pengungsian. Kami juga sudah gencar sosialisasi lewat berbagai kanal,” ucap Sabdo.