Lima Hari Terakhir, Kasus Aktif Covid-19 di Tangerang Selatan Kembali Naik
Penyebab pasti kenaikan kasus korona masih dievaluasi. Kenaikan kasus itu jadi sinyal untuk merancang kebijakan intervensi.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Kasus aktif Covid-19 di Kota Tangerang Selatan, Banten, kembali naik pada pekan kedua Februari 2021. Kenaikan jumlah kasus aktif menjadi sinyal bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk merancang kebijakan intervensi yang serius.
Awal Februari, jumlah kasus aktif di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sempat turun. Saat itu, kasus aktif pada 3 Februari 2021 sebanyak 585 kasus, yang terus turun hingga 11 Februari 2021 menjadi 317 kasus. Namun, jumlah kasus aktif di Tangsel secara konsisten mulai naik sejak 11 Februari hingga 15 Februari menjadi 401 kasus aktif.
Penjabat Sekretaris Daerah Kota Tangsel Bambang Noertjahjo, Senin (15/2/2021), mengakui tingkat paparan Covid-19 di wilayahnya masih tergolong tinggi kendati persentase kesembuhan pasien Covid-19 sudah berada di atas 85 persen. Di sisi lain, korban meninggal akibat Covid-19 masih terjadi setiap hari di Tangsel. Kondisi itu telah berlangsung sejak 24 Januari 2021.
”Selama ini kami mencari titik tengah. Membuka ruang sektor ekonomi untuk bergerak, tapi juga menjaga risiko yang muncul dari pergerakan ekonomi itu menjadi ledakan kasus,” kata Bambang dalam seminar daring yang diselenggarakan Kelompok Kerja (Pokja) Wartawan Harian Tangsel.
Lebih jauh Bambang menjelaskan, penanganan Covid-19 oleh Pemkot Tangsel dilakukan, antara lain, dengan menggelar operasi yustisi penerapan protokol kesehatan, membentuk satuan tugas (satgas) penanganan Covid-19 hingga ke tingkat RT/RW, serta menggencarkan surveilans yang meliputi tes, pelacakan kontak, dan perawatan.
Sementara itu, juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Tangsel Tulus Muladiyono menerangkan, posisi Kota Tangsel yang berbatasan dengan episentrum penularan Covid-19, seperti Depok, Jakarta, dan Tangerang, menyebabkan kasus Covid-19 di Tangsel masih tinggi.
Ia menyebut ada pergeseran pola penularan Covid-19 di Tangsel dari yang bersumber dari kluster perkantoran menjadi kluster keluarga. Penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro, kata Tulus, tidak serta-merta menjamin bisa mencegah adanya mobilitas warga dan interaksi antarorang. Hal itulah yang menurut Tulus bisa menjadi penyebab kasus aktif Covid-19 di Tangsel kembali naik. Namun, penyebab pasti tren kenaikan kasus setelah sempat melandai akan dievaluasi tim satgas terlebih dulu.
Ke depan, Pemkot Tangsel berkomitmen akan terus menambah kapasitas tempat tidur di ruang perawatan intensif (intensive care unit/ICU) dan ruang isolasi. Persiapan operasional rumah sakit khusus Covid-19 di Pakulonan, Serpong Utara, ditargetkan rampung pada Maret 2021. Kapasitas rumah sakit itu 70 tempat tidur.
”Upaya terus dilakukan. Tidak hanya protokol kesehatan, tes, lacak, dan isolasi bagi yang berkontak erat dengan orang terkonfirmasi positif pasti dilakukan. Itu upaya untuk menekan penularan,” kata Tulus.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banten Budi Suhendar mengemukakan, data kenaikan kasus menjadi sinyal pengingat bagi Pemkot Tangsel untuk segera mencari tahu penyebabnya. Pemkot, kata Budi, sudah harus mulai mewaspadai kenaikan kasus Covid-19 dengan mencari tahu akar masalah kemudian mengintervensinya dengan kebijakan tertentu.
”Kasus naik apakah karena ada pelonggaran atau hal lainnya. Itu yang harus dicari tahu dan segera merancang kebijakan untuk menekan angka penambahan kasus,” katanya.