Rumah Sakit di Tangsel Kembali Terima Banyak Pasien Covid-19
Keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Kota Tangerang Selatan kembali naik. Pemda diajak kembali ke filosofi PPKM yang bertujuan membatasi mobilitas orang.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di Kota Tangerang Selatan, Banten, kembali naik pada pekan kedua Februari 2021 setelah sempat turun. Ahli kesehatan masyarakat memandang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Jabodetabek belum ampuh meredam pergerakan warga.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) per 13 Februari 2021, dari 39 tempat tidur di unit perawatan intensif (intensive care unit/ICU) di 22 rumah sakit rujukan Covid-19, sebanyak 37 tempat tidur telah terisi atau persentasenya 95 persen. Adapun dari 564 tempat tidur di ruang isolasi, 484 tempat tidur telah terisi atau 86 persen.
Sebelumnya, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan di Tangsel turun pada pekan awal Februari 2021. Saat itu, tingkat keterisian tempat tidur ruang ICU sebesar 75 persen dan ruang isolasi 84 persen.
Sekretaris Dinas Kesehatan Tangsel Allin Hendarlin Mahdaniar, Minggu (14/2/2021), mengatakan, keterisian tempat tidur yang rendah pada awal Februari kemungkinan dipicu penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang masih ketat. Kala itu, aturan PPKM belum dilonggarkan seperti saat ini. Jam buka pusat perbelanjaan dibatasi hingga pukul 19.00. Selain itu, kapasitas kantor maksimal diisi 25 persen karyawan, sisanya 75 persen bekerja dari rumah.
Kini, setelah PPKM diperpanjang pada 8-22 Februari 2021, ketentuan itu mulai longgar. Pusat perbelanjaan dibolehkan buka hingga pukul 21.00. Kapasitas maksimal karyawan yang bekerja di kantor pun naik menjadi 50 persen.
”Meski sempat turun, tetapi tidak begitu signifikan. Sekarang keterisian ICU stabil di kisaran 90 persen,” ujar Allin ketika dihubungi.
Peningkatan keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan Tangsel sejalan dengan bertambahnya kasus Covid-19 mingguan. Pada 1-7 Februari 2021, total kasus Covid-19 di Tangsel sebanyak 453 kasus. Jumlah itu naik sepekan kemudian atau pada 8-14 Februari 2021 menjadi 689 kasus.
Kasus Covid-19 di Tangsel diperkirakan bisa meningkat lagi setelah libur panjang akhir pekan dan juga libur Tahun Baru Imlek. Selama ini, penambahan kasus Covid-19 baru cenderung terjadi setelah libur panjang.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat, pada 11 Februari 2021 terdapat lonjakan jumlah kendaraan yang keluar Jakarta jelang Imlek. Total ada 146.889 kendaraan meninggalkan Jakarta atau naik 11 persen dari arus lalu lintas pada hari normal. Hal itu mengindikasikan masih tingginya mobilitas warga yang berpotensi memperbesar risiko penularan Covid-19.
Mengantisipasi hal itu, Allin menyampaikan, sejumlah rumah sakit rujukan telah menambah beberapa kapasitas tempat tidur bagi pasien Covid-19. Pelacakan kontak dan juga pengetesan bagi warga sudah ditingkatkan setelah adanya kebijakan PPKM berbasis mikro.
Ketua RT/RW saat ini lebih dilibatkan dalam penanganan Covid-19 di wilayah mereka. Apabila ada warga yang diduga tertular Covid-19, ketua RT/RW diminta segera melapor ke posko penanganan Covid-19 di kelurahan.
Selain itu, dalam PPKM berbasis mikro, zonasi risiko penularan Covid-19 dipetakan di tiap RT. Ada empat macam zonasi, yaitu zona merah, oranye, kuning, dan hijau. Pembaruan zonasi di tiap RT dilakukan setiap pekan.
”Dengan adanya peta zonasi di tiap RT, mereka menjadi lebih sadar dan peka akan potensi penularan di wilayahnya,” kata Allin.
Dihubungi secara terpisah, pakar kesehatan masyarakat dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Budi Haryanto, mengatakan, peluang atau potensi penularan saat libur panjang akhir pekan dan Imlek masih cukup besar seiring adanya interaksi antarindividu.
Dengan masih adanya interaksi saat libur panjang, Budi memprediksi akan terjadi lonjakan kasus satu hingga dua pekan setelahnya. Rumah sakit pun harus bersiap-siap mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19.
Budi menyebut penambahan kasus harian Covid-19 di Jabodetabek masih cukup tinggi kendati sempat mengalami penurunan sedikit pada awal Februari.
Ia juga menyoroti ketidakserempakan kebijakan pengendalian mobilitas warga oleh pemerintah daerah di Jabodetabek. Budi mencontohkan kebijakan ganjil-genap yang diterapkan Pemerintah Kota Bogor pada akhir pekan untuk mengurangi mobilitas warga. Kebijakan tersebut tidak diikuti wilayah penyangga DKI Jakarta lainnya, seperti Depok, Tangerang, dan Bekasi.
”Masalahnya, kebijakan itu tidak serempak dari satu daerah ke daerah lain. Mereka punya kebijakan masing-masing sehingga di satu wilayah masih bebas, di wilayah lain ketat. Akhirnya potensi interaksi orang tetap tinggi dan terjadi penularan,” tuturnya.
Pemerintah daerah diminta lebih kreatif dan inovatif dalam merancang kebijakan yang dapat menekan mobilitas warga. Budi juga mengajak pemerintah daerah di Jabodetabek untuk kembali kepada filosofi atau tujuan dasar PPKM, yaitu membatasi pergerakan orang. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk lebih kreatif menerjemahkan poin ketentuan dalam PPKM menjadi aksi-aksi yang bisa membatasi pergerakan orang.
”Sangat bagus, semisal pemda di kawasan pantai utara Jawa duduk bareng mengomunikasikan akan melakukan PPKM model khusus yang sesuai dengan kondisi wilayah sana,” katanya.