Ganjil-Genap Turunkan Mobilitas Warga dan Kasus Positif Covid-19
Pemberlakuan ganjil-genap di Kota Bogor dinilai berhasil menekan mobilitas warga dan kendaraan. Selain itu, ganjil-genap juga menurunkan angka kasus harian positif Covid-19.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Angka kasus harian positif Covid-19 di Kota Bogor, Jawa Barat, menunjukkan tren penurunan selama pemberlakuan ganjil-genap pada akhir pekan. Meski terjadi penurunan kasus, Pemerintah Kota Bogor masih akan mengkaji kelanjutan ganjil-genap dengan mempertimbangkan dimensi mobilitas warga, kesehatan, dan ekonomi.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, dua pekan pemberlakuan ganjil-genap setiap akhir pekan dinilai berhasil menekan mobilitas warga Kota Bogor dan warga luar Kota Bogor. Pada pekan ini, misalnya, yang bertepatan dengan libur panjang Tahun Baru Imlek, sejumlah ruas jalan terpantau landai oleh kendaraan, begitu pula di pusat-pusat kuliner dan tempat wisata terpantau sepi pengunjung.
Berdasarkan data dari Jasa Marga, di Gerbang Tol Jagorawi-Exit Baranangsiang dan Gerbang Tol Sentul Selatan 1-Sentul Barat, Jumat (12/2/2021), tercatat 40.124 kendaraan atau menurun 20,6 persen (10.417 kendaraan) dibandingkan data Jumat pekan sebelumnya yang mencapai 50.124 kendaraan. Sementara pada Sabtu (13/2/2021) tercatat ada 45.459 kendaraan yang melintas atau terjadi penurunan 2,8 persen (1.314 kendaraan) dibandingkan Sabtu pekan sebelumnya sebanyak 46.773 kendaraan. Jika dilihat dari rata-rata kendaraan yang masuk setiap hari Sabtu sepanjang Januari 2021 (2, 9, 16, 23, dan 30 Januari) sebelum ganjil-genap adalah 54.588 kendaraan, terjadi penurunan 9.129 kendaraan selama ganjil-genap.
Penurunan angka mobilitas warga ini ternyata juga cukup berdampak pada penurunan angka kasus positif Covid-19 di Kota Bogor. Berdasarkan pembaruan data Dinas Kesehatan Kota Bogor pada Minggu (14/2/2021), konfirmasi positif sebanyak 107 kasus; Sabtu (13/2), kasus konfirmasi positif sebanyak 128 kasus; Jumat (12/2), konfirmasi positif harian 129 kasus; Kamis (11/2), konfirmasi positif harian 150 kasus; Rabu (10/2), konfirmasi positif harian 165 kasus; Selasa (9/2), konfirmasi positif 174 kasus; Senin (8/2), konfirmasi positif harian 175 kasus; Minggu (7/2), konfirmasi positif harian 178 kasus; dan Sabtu (6/2), konfirmasi positif harian 187 kasus.
”Pekan ini lebih landai dari pekan kemarin. Artinya, dalam dua pekan, ganjil-genap dinilai berhasil menekan mobilitas warga dan kendaraan dari dalam kota dan luar Kota Bogor. Dari kebijakan ini, ada tren penurunan kasus positif Covid-19. Pada 6 Februari merupakan puncak tertinggi, mencapai 187 kasus, sementara pada 14 Februari ada 107 kasus. Ini berita baik, tetapi masih harus dianalisis dan dikaji, trennya sudah terlihat ada indikasi kuat terjadi penurunan kasus sekitar 41,7 persen. Saya tidak bilang berhasil karena harus kita lihat dan analisis tren kasusnya,” kata Bima, Minggu (14/2/2021).
Dari data tersebut, Bima menuturkan, ada tiga dimensi yang harus dikaji untuk memutuskan ganjil-genap dilanjutkan atau tidak. Pertama, dimensi mobilitas warga. Dari evaluasi dinilai berhasil menekan mobilitas warga dan kendaraan. Kedua, dimensi kesehatan. Meski terjadi penurunan kasus harian positif, belum bisa dikatakan berhasil. Upaya penurunan kasus masih harus terus dilakukan dengan kebijakan penanganan yang lebih komprehensif.
Salah satu kebijakan untuk menurunkan angka kasus adalah melalui program vaksinasi Sinovac. Diharapkan, dengan pemberian vaksin, terbentuk sistem kekebalan tubuh secara komunal sehingga paparan virus Covid-19 tidak besar. Selanjutnya melalui kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro dengan pengawasan dan pembatasan warga di tingkat kelurahan hingga RT/RW. Menurut Bima, penurunan kasus positif bukan semata karena kebijakan ganjil-genap saja, tetapi ada faktor dari kebijakan PPKM mikro.
”Selain dimensi mobilitas warga dan kesehatan, ada dimensi ekonomi yang juga perlu dikaji. Prinsipnya, kami mau mencari titik temu dari tiga dimensi itu. Lalu apakah kebijakan ganjil-genap pada akhir pekan secara dimensi ekonomi merugikan atau tidak. Saya perlu lihat dampaknya dari data restoran, hotel, toko, kafe, UMKM, dan pasar,” tutur Bima.
Bima melanjutkan, jika sistem ganjil-genap ternyata mampu menekan mobilitas warga dan angka kasus positif, kemungkinan besar sistem tersebut akan dilanjutkan. Namun, jika ternyata berdampak pada unit usaha, bukan berarti ganjil-genap tidak bisa dilanjutkan. Perlu ada skema dan inovasi kebijakan ganjil-genap. Atau mungkin, lanjut Bima, tanpa ganjil-genap pun kondisi perekonomian tidak jauh berbeda. Masih terlalu dini untuk segera memutuskan ganjil-genap dilanjutkan atau tidak.
”Jadi, perlu hati-hati melihat data. Prinsip kita adalah analisis secara holistik, harus komprehensif. Kami akan dialog dengan PHRI, teman-teman mal, dan lain sebagainya untuk meminta masukan data,” ujar Bima.
Sanksi denda
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bogor Agustiansyah mengatakan, dari penerapan ganjil-genap pada 12-14 Februari, petugas gabungan menindak 349 pengendara. Pelanggar paling banyak ditemukan di pos cegat eks Terminal Wangun dan pos pengawasan Tugu Kujang.
”Dari Jumat-Minggu siang ini, kami menindak 349 pengendara. Total denda sebanyak Rp 17 juta. Selain denda, petugas juga memberikan sanksi sosial. Selain tidak bisa menunjukkan identitas dan tujuan, mereka tidak patuh dan melanggar protokol kesehatan,” kata Agustiansyah.
Ia melanjutkan, pada Jumat tercatat ada 5.921 kendaraan roda dua dan 7.334 kendaraan roda empat. Adapun kendaraan yang ditindak petugas sebanyak 130 dan yang diberikan teguran 225.
Sementara pada Sabtu tercatat 3.924 kendaraan roda empat dan 6.002 kendaraan roda dua, total 9.926 kendaraan. Petugas menindak 112 kendaraan dan teguran peringatan sebanyak 78 kendaraan.