Wagub DKI: Banjir di Ibu Kota Tak Signifikan dan Cepat Surut
Program pengendalian banjir yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinilai mulai membuahkan hasil.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengklaim hingga Februari 2021 masih bisa mencegah dan mengendalikan banjir di Ibu Kota. Sejauh ini, tidak ada musibah banjir signifikan selain genangan, yang cepat surut dalam hitungan jam.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, hingga Sabtu (13/2/2021), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mampu mengendalikan potensi banjir di Ibu Kota. Pengendalian itu berkat partisipasi masyarakat serta berbagai program normalisasi dan naturalisasi sungai, pengerukan sungai, situ, waduk, embung, pembuatan sumur resapan, pembuatan polder, mengaktifkan pompa stasioner, mobile, hingga pompa underpass.
”Tidak ada banjir yang signifikan, yang luar biasa. Kalaupun ada hujan, ada genangan, dalam hitungan jam sudah surut kembali,” kata Riza, di Jakarta Utara, Sabtu siang.
Meski tak menyebut data pasti, Riza mengklaim, selama tiga tahun terakhir ada perubahan signifikan, mulai dari jumlah pengungsi yang berkurang, genangan berkurang, dan ketinggian air yang juga berkurang. Perubahan signifikan dalam pengendalian banjir di Ibu Kota selama tiga tahun itu sudah dianggarkan sebesar Rp 5 triliun.
”Dengan segala keterbatasan anggaran yang ada di Jakarta, kami fokus pada pandemi dan fokus pada banjir,” ucap Riza.
Meski pengendalian banjir di DKI diklaim membaik, pada 8 Februari 2021 banjir melanda sejumlah wilayah di Kelurahan Cililitan, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Bahkan, di Gang Seruni, RT 001 RW 006, tinggi muka air banjir mencapai 3 meter di lokasi permukiman terendah.
Berdasarkan pendataan, sebanyak 2.111 jiwa dari 744 keluarga di Kelurahan Cililitan terdampak banjir. Mereka bermukim di 22 RT yang berada di 5 RW. Warga yang evakuasi ke pos pengungsian hanya 26 jiwa atau 1,23 persen dari total orang yang terdampak di sana.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta pada 8 Februari, pukul 12.00, total terdapat 42 RW dan 150 RT yang dilanda banjir di Ibu Kota, tersebar di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Dibandingkan dengan jumlah total RT di DKI yang sebanyak 30.470 RT, yang terdampak banjir sebesar 0,492 persen.
”Tingginya curah hujan di hulu menyebabkan luapan Kali Sunter dan Kali Ciliwung. Jadi, warga yang tinggal di sekitar kali terdampak luapan tersebut,” ucap Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD DKI Sabdo Kurnianto, melalui siaran pers (Kompas.id, 8/2/2021).
Menurut Riza, banjir masih sering melanda DKI Jakarta lantaran daerah itu merupakan pusat Ibu Kota dan secara geografis berada di dataran rendah atau bahkan lebih rendah dari permukaan laut. Salah satu wilayah yang dimaksud adalah daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Warga juga masih banyak yang tinggal di dataran rendah karena minimnya lokasi yang layak dijadikan hunian.
”Kami akan cari terbosan-terobosan, di samping memindahkan warga ke rusunawa-rusunawa yang terus dibangun. Kemudian di lahan yang memang datarannya rendah sekali, ke depan kami akan bangun semacam rusunawa di atasnya,” tutur Riza.