Debit Air Cidurian Kembali Naik, Banjir di Kabupaten Tangerang Meluas
Ketinggian banjir di tiga kecamatan di Kabupaten Tangerang, Banten, kembali naik setelah sempat surut. Debit air Sungai Cidurian yang meningkat menyebabkan banjir meluas hingga ke Kecamatan Kronjo.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
DOKUMENTASI BPBD KABUPATEN TANGERANG
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Senin (8/2/2021), membantu evakuasi warga yang terdampak banjir di tiga kecamatan
TANGERANG, KOMPAS — Peningkatan debit air di Sungai Cidurian akibat hujan di hulu sungai di Kabupaten Lebak, Banten, mengakibatkan banjir di Kabupaten Tangerang meluas hingga Kecamatan Kronjo. Banjir sebelumnya terjadi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Kresek dan Gunung Kaler. Ketinggian air yang sempat surut pada Senin (8/2/2021) malam kini kembali naik.
”Perkembangan banjir hari ini dampaknya tidak bertambah parah, hanya saja sekarang meluas ke (Kecamatan) Kronjo,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang Bambang Sapto, yang dihubungi pada Selasa (9/2/2021).
Kecamatan Kronjo berada dekat dengan pantai sehingga ketinggian wilayahnya lebih rendah dibandingkan Kecamatan Kresek dan Gunung Kaler. Ketika debit air Sungai Cidurian naik dan mengakibatkan banjir di lima desa di Kresek dan dua desa di Gunung Kaler, aliran air sungai kemudian menuju ke wilayah Kecamatan Kronjo. Menurut Bambang, ada satu desa di Kecamatan Kronjo yang terkena banjir. Ketinggian air sekitar 20-40 sentimeter.
Total ada lima desa yang tergenang banjir di Kecamatan Kresek. Kelima desa itu adalah Desa Kresek, Desa Reged, Desa Koper, Desa Pasir Ampo, dan Desa Patrasana.
Ratusan rumah penduduk di tiga kecamatan tersebut terdampak banjir. Namun, Bambang mengatakan, tidak ada warga yang dikumpulkan menjadi satu di tenda pengungsian.
Warga yang rumahnya terendam air setinggi 10 sentimeter memilih menetap di rumah sembari menjaga barang-barang berharga mereka. Sementara warga yang rumahnya terendam air setinggi 40 sentimeter mengungsi ke rumah kerabat. BPBD Kabupaten Tangerang tidak melakukan penghitungan nilai kerugian yang diakibatkan bencana banjir ini.
Sejumlah sukarelawan dan petugas BPBD Kabupaten Tangerang masih disiagakan di lokasi banjir. Petugas juga menyiapkan perahu karet untuk warga yang berniat melintas atau kembali ke rumahnya.
DOKUMENTASI BPBD KABUPATEN TANGERANG
Banjir melanda Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (8/2/2021). Banjir di Kabupaten Tangerang diakibatkan intensitas hujan yang tinggi sehingga sungai meluap.
Secara terpisah, Camat Kresek Epi Supriatna menjelaskan, Sungai Cidurian kerap meluap pada musim hujan karena mengalami pendangkalan dan abrasi di tepiannya. Untuk mengatasi luapan air sungai, warga sekitar membangun turap atau tanggul untuk menahan air.
Meski demikian, turap itu dibangun seadanya sehingga rawan jebol. Epi berharap Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau, Ciujung, Cidurian (BBWS C3) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bisa membantu pengerukan sungai dan pembangunan tanggul Sungai Cidurian.
Total ada lima desa yang tergenang banjir di Kecamatan Kresek. Kelima desa itu adalah Desa Kresek, Desa Reged, Desa Koper, Desa Pasir Ampo, dan Desa Patrasana. Epi menyebut, dampak banjir terparah terjadi di dua desa, yaitu Desa Pasir Ampo dan Desa Koper. Tiga desa lainnya tidak terlalu parah terdampak banjir karena ketinggian air hanya 10 sentimeter.
Untuk penanganan banjir, pihak Kecamatan Kresek sudah membentuk tiga posko dan dapur umum di lokasi banjir. Bantuan paket bahan pokok dari Bupati Tangerang telah disalurkan. Setiap hari, petugas memonitor kondisi di titik-titik banjir.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Sejumlah ekskavator digunakan untuk mengeruk lumpur untuk memperdalam rawa di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (5/12/2020).
Agar ketinggian air segera surut, Epi mengatakan, pemerintah tidak bisa menggunakan pompa penyedot air. Menurut Epi, apa yang bisa dilakukan saat ini adalah menunggu hingga debit air Sungai Cidurian segera turun.
”Itu tidak bisa kita atasi dengan menyedot air karena limpahan airnya (banjir) dari sungai,” ujar Epi.