Kecemasan warga muncul saat hujan sedang sering-seringnya turun di Jakarta. Mereka yang tinggal di bantaran kali ketar-ketir berhadapan dengan risiko banjir di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga menghadapi kekhawatiran saat kali di Jakarta mulai meluap akibat intensitas hujan yang sering pada pekan awal Februari 2021. Kondisi itu membuat ketar-ketir karena mereka berhadapan dengan risiko banjir di tengah pandemi Covid-19.
Hujan intens di Jakarta sejak Jumat (5/2/2021) pagi membuat Samin (74) menengok aliran kali di depan rumahnya. Warga RW 001 Batu Ampar, Kramatjati, Jakarta Timur, itu memastikan apakah kali di lingkungannya meluap naik. Dia lega karena aliran Kali Baru itu tak meluap meski mengalir deras.
Setidaknya tiga hari terakhir, dia lebih sering melongok ke kali di depan rumahnya itu. Kecenderungan sikapnya itu juga terdorong oleh pengumuman lurah setempat agar warga mewaspadai potensi banjir akibat curah hujan tinggi.
Lelaki ini mewaspadai kondisi banjir yang mungkin terjadi saat sering hujan. Sebab, hujan lebat kerap melanda pada pagi dan menjelang sore selama sepekan ini. ”Di sini, pas Januari 2020 itu sempat banjir karena luapan dari kali. Kalau sudah ada pemberitahuan risiko banjir, mesti betul-betul waspada, apalagi (saya) punya rumah di bantaran kali,” kata Samin.
Keresahan Samin juga dialami Endang Soekanto (48). Ketua RW 014 Kelurahan Bidara Cina, Kampung Melayu, Jakarta Timur, ini juga diminta waspada terhadap potensi banjir di sekitar bantaran kali. Dia yang tinggal di salah satu kawasan bantaran Kali Ciliwung mencemaskan banjir setiap awal tahun.
Kecemasan itu bertambah saat dihadapkan dengan situasi pandemi Covid-19. Ada sejumlah warga yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Merunut pada data situs Corona.jakarta.go.id, terdapat 77 kasus positif aktif Covid-19 di seluruh wilayah Kelurahan Bidara Cina.
Hal serupa juga terjadi di Kelurahan Batu Ampar. Berdasarkan sumber data yang sama, ada total 114 kasus positif aktif di Kelurahan Batu Ampar. Dengan jumlah kasus Covid-19 cukup banyak, ada kemungkinan proses evakuasi berjalan tidak mudah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyiapkan mitigasi risiko banjir pada situasi pandemi. Masalah berkaitan dengan evakuasi dan protokol kesehatan selama bencana menjadi fokus tersendiri.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD DKI Jakarta Sabdo Kurnianto membenarkan adanya luapan kali yang terjadi karena intensitas hujan beberapa hari terakhir. Jumat pagi, misalnya, tinggi muka air di Pos Cipinang Hulu berstatus Siaga karena mencapai 160 sentimeter. Meski begitu, dia menyebut kondisi masih relatif terkendali.
Dia menambahkan, BPBD menyediakan tenda pengungsian sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19 untuk berjaga-jaga. Ada tenda terpisah untuk pengungsi umum, tenda kelompok rentan (ibu hamil, warga lansia), dan tenda kontak erat/terduga Covid-19. Lokasi pengungsian juga dilengkapi sarana penapisan, yakni area untuk tes Covid-19, serta toilet.
Menurut Sabdo, ada lokasi pengungsian alternatif yang juga disediakan oleh pihak lurah setempat. Pemprov DKI Jakarta juga menyiagakan petugas kesehatan/sukarelawan kesehatan, dan gugus tugas kota/kecamatan/kelurahan/RT/RW. Petugas diminta rutin melakukan disinfeksi lokasi pengungsian secara teratur serta menyediakan fasilitas cuci tangan.
Pengungsi juga mendapat tes cepat antigen dari petugas dinas kesehatan. Apabila ada yang positif Covid-19, mereka segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. ”Semua fasilitas tes dan lain-lain dijamin Pemprov DKI selama warga di lokasi pengungsian. Kami juga sudah gencar sosialisasi lewat berbagai kanal,” katanya.
Dia menyarankan warga mengunduh panduan mitigasi banjir lewat tautan https://bit.ly/PanduanKesiapsiagaanMenghadapiBanjirJakarta. Dari situ, dia berharap warga bisa lebih menyiapkan diri saat banjir terjadi kapan saja.
Ruslan, Ketua RT 008 RW 001 Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, menyebutkan, warga di bantaran kali lingkungannya sudah waspada terhadap risiko banjir sejak sepekan lalu. Mereka siap melakukan evakuasi apabila terjadi hujan lebat sejak pagi atau menjelang sore. ”Sudah ada sosialisasi dan warga bantaran kali itu pun sudah paham. Mereka juga dapat pemberitahuan lewat pesan singkat di ponsel,” ujar Ruslan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya menginformasikan potensi hujan ekstrem karena terbentuknya daerah pertemuan massa udara antartropis di atas wilayah udara Indonesia. ”Terjadinya hujan cukup persisten di Jawa dan sekitarnya beberapa hari terakhir dipicu fenomena ini. Untuk Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), mulai 1 Februari sampai 4 Februari, terutama akan ada peningkatan hujan pada tanggal 3 Februari,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto.