Penambahan 100 tempat tidur perawatan pasien Covid-19 di RSUD Tipe D Bekasi Utara diharapkan mampu mengurangi masalah keterbatasan tempat tidur di Kota Bekasi.
Oleh
STEFANUS ATO
·2 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pemerintah Kota Bekasi kembali menambah satu rumah sakit di wilayah Bekasi Utara yang dikhususkan untuk merawat pasien positif Covid-19. Rumah sakit itu memiliki kapasitas 100 tempat tidur. Saat ini sudah ada empat rumah sakit umum daerah dan satu rumah sakit darurat di kota itu yang digunakan untuk merawat penyintas.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, dengan beroperasinya RSUD Tipe D Bekasi Utara, layanan kesehatan untuk masyarakat diharapkan kian lebih dekat. Kesulitan warga untuk mencari tempat perawatan pasien Covid-19 bisa teratasi.
”Layanan menjadi dekat, tingkat kesulitan (mencari tempat tidur perawat) terselesaikan sehingga ada yang namanya kepuasaan masyarakat,” kata Rahmat, Rabu (3/2/2021) di Bekasi.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati menambahkan, fasilitas kesehatan yang disiapkan di RSUD itu untuk sementara hanya fasilitas untuk rawat inap dan belum dilengkapi poliklinik dan belum dilengkapi ruang perawatan intensif (ICU).
”Kami menyiapkan 100 tempat tidur perawatan pasien Covid-19, dan diharapkan ini bisa menjadi alternatif penyelesaian bila terus terjadi peningkatan (pasien Covid-19),” kata Tanti.
Ia menambahkan, sejauh ini pasien Covid-19 masih bisa diakomodasi untuk dirawat di RSUD dr Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, RSUD Bantargebang, RSUD Pondokgede, RSUD Teluk Pucung, RSUD Tipe D Jatisampurna, dan Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabhaga. Sejauh ini, tingkat keterisian pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit itu masih tinggi, yakni hampir mencapai 90 persen.
”Keterisian pasien di rumah sakit memang masih belum turun. Dari keterisian pasien yang mencapai 90 persen sudah sedikit turun menjadi 85 persen. Mudah-mudahan turun terus sehingga tidak harus terus menyiapkan ruang isolasi,” kata Tanti.
RSUD Tipe D Bekasi Utara itu pada awal beroperasi didukung 60 tenaga kesehatan. Para tenaga kesehatan tersebut juga akan langsung bekerja melayani masyarakat mulai Rabu ini.
”Kami sudah punya tim kesehatan, di dalamnya ada empat dokter, salah satunya dokter paru. Jadi, rumah sakit ini dikhususkan merawat pasien bergejala ringan tanpa penyakit bawaan,” kata Tanti.
Isolasi mandiri
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta seluruh daerah di Jabar untuk sebisa mungkin tak memberlakukan kebijakan isolasi mandiri di rumah. Menurut Emil, isolasi mandiri jadi akar persoalan tingginya kasus Covid-19 di keluarga.
Menanggapi itu, Rahmat mengatakan, isolasi di rumah tetap memungkinkan jika rumah pasien memenuhi standar. Tenaga kesehatan juga dua hari sekali mengunjungi rumah warga yang isolasi mandiri untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien yang bersangkutan.
”Beda kalau rumahnya sempit dan kumuh, kami bawa ke stadion atau rumah sakit. Tetapi, kalau representatif, ya, tidak apa-apa,” kata Rahmat.