Menjaga tenaga kesehatan dalam kondisi prima berarti turut menjaga agar pelayanan terhadap warga terjamin. Agar kian terjaga dari wabah, semua wajib tertib protokol kesehatan dan meningkatkan tes deteksi penularan.
Oleh
johanes galuh bimantara/helena f nababan/aguido adri
·4 menit baca
Berdasarkan data sejak pekan lalu, jumlah pasien positif di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, terus menurun. Koordinator RSDC Wisma Atlet Mayor Jenderal dokter Tugas Ratmono mengatakan, pihaknya berharap kondisi itu mencerminkan penurunan laju kasus baru Covid-19 di masyarakat, khususnya di area Jakarta dan sekitarnya.
”Namun, kami lihat ini sesuatu yang dinamis dan kami tetap waspada,” ucap Tugas dalam siaran daring dari Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Kondisi ini memberikan tambahan relaksasi bagi tenaga kesehatan agar makin jauh dari ambang batas kelelahan. Menjaga tenaga kesehatan dalam kondisi prima berarti turut menjaga agar pelayanan terhadap warga terjamin. Demikian pula menjaga warga agar tertib protokol kesehatan dan meningkatkan tes deteksi penularan berarti turut menjaga tenaga kesehatan.
Selain untuk mengoptimalkan pelayanan bagi pasien, pembagian RSDC di Kemayoran dan Pademangan itu demi menjaga kebugaran tenaga kesehatan agar terhindar dari kelelahan akibat beban berlebih.
Pada Minggu (24/1/2021), tingkat keterisian RSDC Wisma Atlet Kemayoran mencapai 84,02 persen karena jumlah pasien sudah melampaui 5.000 orang. Tingkat keterisian kemudian turun sehari berikutnya pada Senin (25/1) menjadi 77,63 persen. Setelah itu, Senin (1/2), tingkat hunian turun lagi menjadi 58,72 persen dan Selasa (2/2/) di angka 58,49 persen. Dari 5.994 tempat tidur yang tersedia di empat menara (Menara 4-7), terdapat 3.506 orang yang sedang dirawat di sana.
Pelonggaran tingkat keterisian Wisma Atlet Kemayoran juga merupakan hasil ”perekrutan” Menara 8 dan 9 di Wisma Atlet Pademangan, Jakarta Utara, sebagai bagian dari RSDC. Ada 1.016 tempat tidur di Menara 8 dan 1.746 tempat tidur di Menara 9 untuk perawatan pasien Covid-19. Dengan demikian, pasien tidak menumpuk di Kemayoran. Berdasarkan data Senin malam, keterisian Menara 8 sebesar 51,67 persen dan Menara 9 sebesar 69,41 persen.
Selain untuk mengoptimalkan pelayanan bagi pasien, pembagian RSDC di Kemayoran dan Pademangan itu demi menjaga kebugaran tenaga kesehatan agar terhindar dari kelelahan akibat beban berlebih. ”Ini bagian dari perlindungan tenaga kesehatan,” ujar Tugas.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia mencatat, 647 tenaga medis dan kesehatan di Indonesia meninggal akibat tertular Covid-19 pada Maret 2020 hingga Rabu (27/1/2021). Itu merupakan tingkat kematian tenaga medis dan kesehatan yang tertinggi di Asia serta tertinggi ketiga di dunia.
Dokter Mariya Mubarika dari Bidang Perlindungan Tenaga Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menuturkan, tekanan psikis merupakan salah satu isu mendasar bagi tenaga kesehatan. Berdasarkan riset yang dihimpun, hampir 95 persen tenaga kesehatan di dunia mengalami kecemasan karena takut tertular, 49 persen di antaranya menderita kecemasan dengan gejala sedang-berat.
Stres melemahkan kekebalan tubuh karena meningkatkan kadar sitokin proinflamasi (zat yang menimbulkan peradangan) dalam darah. ”Itulah mengapa tenaga kesehatan saat terpapar cepat masuk ke fase (gejala) sedang, berat, masuk ICU (unit perawatan intensif), dan tidak tertolong,” katanya.
Mariya menyebutkan, dokter dan perawat dengan perasaan kemanusiaannya mesti menghadapi kepanikan pasien dan keluarganya. Selain itu, mereka harus membuat keputusan yang melelahkan mental, misalnya pasien mana yang bisa masuk ICU dan mana yang ditunda meski semuanya tergolong membutuhkan di tengah kelangkaan ketersediaan ICU.
Di RSDC, Tugas Ratmono mengatakan Wisma Atlet Kemayoran masih punya kapasitas melayani pasien hingga tingkat keterisian 80 persen. Namun, tenaga kesehatan dipastikan memiliki waktu cukup dan fasilitas memadai untuk memulihkan kebugaran mereka setelah bertugas.
Setiap tenaga kesehatan bekerja 8 jam setiap kali mendapatkan giliran tugas. Mereka punya waktu rehat 32 jam sebelum giliran berikutnya. Dalam 32 jam itu, mereka bisa memanfaatkan sebagian waktu untuk berolahraga, menggeluti hobi, atau menikmati hiburan. Mereka juga bisa mengakses layanan pendampingan psikologi jika membutuhkan.
Tugas menambahkan, RSDC memastikan asupan nutrisi dan vitamin bagi para tenaga kesehatan terjamin. Selain itu, terdapat rotasi tenaga kesehatan secara periodik.
Tes antigen di polsek
Untuk membantu perluasan cakupan tes Covid-19 agar warga yang terkonfirmasi positif bisa segera ditangani, Kepolisian Daerah Metro Jaya menyediakan tes cepat antibodi dan antigen gratis di setiap kepolisian sektor. Sasarannya, menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus, adalah warga kurang mampu serta warga yang merasakan gejala sakit.
”Setiap Senin dan Kamis pukul 09.00-12.00 di polsek-polsek yang ada di wilayah hukum Polda Metro Jaya,” ujar Yusri. Ada jatah 100 alat tes cepat per polsek per pekan.
Sementara di DKI Jakarta, upaya penambahan tempat tidur untuk perawatan pasien Covid-19 belum mencapai target. Pada pengumuman perpanjangan pembatasan kegiatan masyarakat jilid II di Jakarta, Minggu (24/1/2021), Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti melalui keterangan resmi menjelaskan, DKI berencana menambah 1.941 tempat tidur sehingga menjadi 9.996 tempat tidur. Namun, hingga kemarin, baru ada tambahan 19 tempat tidur baru. Untuk ICU, dari target penambahan 265 tempat tidur, baru terwujud 24 tempat tidur.
Kota Bogor dan Depok, Jawa Barat, saat ini berupaya untuk mengejar target pemberian vaksin kepada tenaga kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, dari 9.533 tenaga kesehatan yang terdaftar, 6.065 orang atau 63,6 persen sudah menerima vaksin. Sebanyak 2.550 tenaga kesehatan atau 23,6 persen tidak lolos syarat vaksinasi.