Antisipasi Banjir, Jakarta Siapkan Pengungsian hingga Tes Antigen
DKI Jakarta bersiap menghadapi puncak musim hujan yang diprediksi menyebabkan banjir, genangan, dan pengungsian. Lokasi pengungsian di 267 kelurahan disiapkan dan ada tes antigen bagi pengungsi untuk menekan Covid-19.
Oleh
Helena F Nababan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Curah hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang/puting beliung di wilayah DKI Jakarta diperingatkan terjadi pada periode 8 Januari hingga 2 Februari 2021. Salah satu antisipasinya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan mengantisipasi dengan menyiapkan tes antigen kepada pengungsi jika terjadi banjir.
Sabdo Kurnianto, Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Kamis (28/1/2021), menjelaskan, banjir jelas menjadi salah satu risiko di Jakarta selama hujan lebat, apalagi beberapa hari. Masyarakat diminta waspada dan menyiapkan diri dari dampak hujan angin.
Dudi Gardesi, Sekretaris Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta, dalam paparan virtual antisipasi banjir Jakarta menjelaskan, sejumlah langkah antisipasi menghadapi musim hujan sudah dilakukan. Ada lima upaya yang telah dilakukan, yaitu gerebek lumpur, pengelolaan air hujan, pemeliharaan pompa, penanganan banjir rob, dan pengelolaan sistem polder.
Gerebek lumpur dengan mengeruk atau menguras saluran, kali/sungai, dan waduk sehingga daya tampungnya maksimal. Tahun 2020, jumlah waduk yang sudah dikeruk sebanyak 23 waduk dengan volume pengerukan 446.402,95 meter kubik. Lalu, untuk pengerukan sungai, total di 93 lokasi, dengan volume pengerukan 279.967,493 meter kubik.
Adapun untuk saluran penghubung yang sudah dikeruk sebanyak 390 saluran dengan volume pengerukan 121.002,6 meter kubik. ”Itu untuk tahun 2020. Pada tahun-tahun sebelumnya juga sudah dilakukan pengerukan di lokasi lainnya,” kata Dudi.
Untuk pembangunan drainase vertikal (sumur resapan), Dudi melanjutkan, hingga 31 Desember 2020, telah terbangun 2.974 titik drainase vertikal di 777 lokasi, di antaranya di RPTRA, gedung pemda, sekolah, taman kota, dan masjid.
Untuk penanganan banjir rob melalui tanggul pantai NCICD, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta telah menentukan lokasi prioritas pembangunan tanggul pantai, yaitu di Kamal Muara, Kali Blencong, Kali Adem-Muara Angke, Pantai Muara, Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok. Saat ini telah terbangun sepanjang 12,6 km tanggul pantai dan akan terus dilanjutkan pembangunannya.
Sementara untuk pembangunan atau rehabilitasi sistem polder, pada 2021-2022, menurut Dudi, sudah dilakukan di sejumlah lokasi, di antaranya di pompa Kali Betik dan pompa Artha Gading di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Lalu, pompa Pulomas di Pulo Gadung, Jakarta Timur; di Cakung-Cilincing, Jakarta Timur, di pompa Marunda; di Makasar, Jakarta Timur, di pompa Tipala; di Cipayung, Jakarta Timur, di pompa Adhyaksa.
Lalu, pompa Muara Angke dan Teluk Gong di Penjaringan, Jakarta Utara; pompa Mangga Dua di Pademangan, Jakarta Utara; dan pompa Green Garden di Kembangan-Kedoya, Jakarta Barat.
”Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta menyiapkan 487 pompa stasioner di 178 lokasi, 175 pompa mobile di 5 wilayah, 257 alat berat, 465 dump truck, 36 pintu air, dan 8.101 personel (Pasukan Biru),” kata Dudi.
Lokasi pengungsian
Sabdo melanjutkan, menghadapi kemungkinan banjir yang sudah pasti akan diikuti pengungsi, BPBD DKI Jakarta juga telah memasang tanda dan arah lokasi pengungsian di 267 wilayah kelurahan di Jakarta. Di Jakarta Pusat, ada 183 bangunan berkapasitas 27.393 orang disiapkan sebagai lokasi pengungsian. Diperkirakan jumlah pengungsi sebanyak 9.593 orang.
Di Jakarta Barat, bangunan yang disiapkan sebagai lokasi pengungsian ada 414
bangunan berkapasitas 64.919 orang. Perkiraan jumlah pengungsi 10.637 orang.
Di Jakarta Selatan, ada 260 bangunan disiapkan sebagai lokasi pengungsian dengan kapasitas 18.175 orang. Perkiraan jumlah pengungsi 10.431 orang. Di Jakarta Utara, 129 bangunan disiapkan sebagai lokasi pengungsian dengan kapasitas tampung 22.850 orang. Adapun jumlah pengungsi diperkirakan ada 14.538 orang.
Sementara di Jakarta Timur ada 257 bangunan yang disiapkan sebagai lokasi pengungsian dengan kapasitas 39.599 orang. Perkiraan pengungsi sebanyak 20.629 orang.
Untuk menjaga kesehatan pengungsi, kata Sabdo, BPBD DKI Jakarta telah menetapkan tata letak penempatan tenda pengungsi dengan protokol kesehatan Covid-19. Caranya, memisahkan tenda pengungsi umum, tenda kelompok rentan (ibu hamil, lansia), dan tenda kontak erat/suspek Covid-19. Pada lokasi pengungsian juga disiapkan area skrining kesehatan, area swab, dan toilet.
Bahkan, untuk pengungsi disiapkan tes antigen. Pengungsi akan mendapatkan tes antigen oleh petugas dari Dinas Kesehatan DKI agar dipastikan bebas Covid-19. Bila ada yang terkonfirmasi, mereka akan dirujuk ke rumah sakit rujukan.
Untuk mengantisipasi penumpukan pengungsi, para lurah dan camat menyiapkan lokasi pengungsi alternatif sebanyak 2-3 kali lipat dari lokasi pengungsian yang ada. Pemprov DKI Jakarta juga menyiagakan petugas kesehatan/sukarelawan kesehatan, gugus tugas kota/kecamatan/kelurahan/RT/RW, melakukan sterilisasi lokasi pengungsian secara teratur menggunakan disinfektan, menyediakan hand sanitizer/tempat cuci tangan dilengkapi tandon air dan sabun.
BPBD DKI sudah membagikan juga buku panduan kesiapsiagaan menghadapi banjir bagi masyarakat. Sebanyak 33.311 buku dibagikan kepada pengurus RT/RW. Masyarakat bisa mengunduh buku panduan di https://bit.ly/PanduanKesiapsiagaanMenghadapiBanjirJakarta.
Di dalam buku itu, masyarakat bisa membaca penjelasan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, mulai dari saat tidak terjadi banjir (tas siaga bencana), jika sudah ada potensi banjir, pada saat terjadi banjir, jika berada di lokasi pengungsian, dan setelah banjir. Masyarakat juga bisa mengetahui titik-titik lokasi pengungsian terdekat di dalam buku itu.
Selain itu, BPBD Provinsi DKI Jakarta juga telah membagikan buku pedoman pengendalian banjir bagi organisasi perangkat daerah, lembaga usaha, dan sukarelawan sebanyak 611 buku.
Sabdo menambahkan, dengan adanya 34 kelurahan rawan banjir di Jakarta, BPBD juga sudah melakukan simulasi penanganan banjir. Simulasi dilakukan di lima titik, di antaranya di Cililitan, Jakarta Timur, dan di Pademangan, Jakarta Utara. ”Skenario apabila terjadi banjir sudah dilakukan. Siapa berbuat apa, baik dari pemeritah maupun masyarakat sudah disimulasikan,” katanya.