Sampah yang dibuang di saluran air jadi salah satu pemicu utama terjadinya banjir di Kota Bekasi. Ini karena sampah yang diproduksi masyarakat belum semua diangkut ke tempat pembuangan akhir.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
Banjir yang merendam 22 lokasi di enam kecamatan wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat, merupakan peringatan bagi pemerintah daerah untuk lebih bersiaga mengantisipasi potensi banjir, terutama jika terjadi hujan dengan intensitas lebat. Kesadaran warga untuk tak membuang sampah sembarangan sangat dibutuhkan untuk meminimalkan potensi penyumbatan saluran air.
Sayangnya, Kota Bekasi masih memiliki keterbatasan untuk mengangkut seluruh sampah yang diproduksi masyarakat ke tempat pembuangan akhir.
Kota Bekasi dilanda banjir lokal setelah diguyur hujan deras pada Minggu (24/1/2021) dari pagi hingga siang hari. Hujan yang mengguyur daerah itu mengakibatkan 22 lokasi di enam kecamatan terendam banjir. Ketinggian air bervariasi. Wilayah yang paling terdampak ada di Perumahan Jatibening Permai, Kecamatan Pondok Gede, dengan ketinggian banjir sekitar dua meter.
Dari 1.400 ton sampah produksi warga Kota Bekasi setiap hari, hanya 900 ton yang terangkut ke TPA.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bekasi Zaenal Abidin mengatakan, salah satu faktor penyebab banjir yang terjadi di Kota Bekasi terjadi akibat berkurangnya ruang resapan air. Pemerintah daerah sedang berupaya untuk menambah titik-titik retensi atau polder untuk menampung limpasan air hujan.
”Kami mengimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai dan kerja bakti menjaga kebersihan lingkungan,” kata Zaenal, di Bekasi, melalui pesan singkat.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto juga menilai banjir di Kota Bekasi tak lepas dari kurangnya kesadaran warga untuk membuang sampah pada tempatnya. Akibatnya, masih banyak warga yang membuang sampah di aliran sungai.
”Banjir terjadi juga karena adanya sampah yang menutupi pompa air. Jadi, pompa tidak berfungsi secara maksimal,” kata Tri.
Pemerintah Kota Bekasi, di musim hujan ini akan menambah mesin pompa air untuk memudahkan penyedotan saat terjadi banjir dan membangun long storage, yaitu bangunan penahan air yang berfungsi menyimpan air dalam sungai, kanal dan/atau parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan aliran untuk menaikkan permukaan air sehingga volume tampungan airnya meningkat.
”Kami juga berencana menambah alat berat untuk pengangkatan lumpur serta sedimentasi di sungai,” katanya.
Pengelolaan sampah
Meski pemerintah daerah mengimbau warga untuk tertib membuang sampah, sampah yang diproduksi masyarakat di Kota Bekasi belum semuanya mampu diangkut ke tempat pembuangan akhir. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, jumlah sampah yang diproduksi masyarakat setiap hari mencapai 1.400 ton.
”Setiap hari yang terangkut kurang lebih 900 ton dan yang dikelola melalui 3R (mengurangi, menggunakan kembali, dan daur ulang) sekitar 8 persen. Dan yang tidak terangkut kurang lebih 500 ton setiap hari,” kata Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Kustantinah.
Ia menambahkan, sejauh ini total truk pengangkut sampah yang ada di Kota Bekasi sebanyak 307 unit. Dari jumlah itu, truk yang laik jalan sebanyak 278 unit. Pemerintah daerah masih terus berupaya pada tahun 2021 dan 2022 dapat menambah armada truk agar seluruh sampah yang dihasilkan masyarakat bisa terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, di Bantargebang.
”Kami setiap tahun terus menambah armada truk pengangkut sampah. Pada 2019, ada pengadaan 20 truk. Kemudian pada 2020 ada penambahan lima truk kompaktor dan lima dump carry,” ujarnya.