Pencarian dan penyelamatan jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 beralih menjadi operasi pemantauan secara aktif berpusat di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, untuk menemukan rekaman kokpit pesawat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim gabungan menghentikan operasi penyelamatan jatuhnya Sriwijaya Air SJ-182 per Kamis (21/1/2021). Selanjutnya, Komite Nasional Keselamatan Transportasi memimpin operasi pencarian rekaman kokpit atau CVR di sekitar Pulau Lancang, Kepulauan Seribu.
Operasi pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan berlangsung sejak Sabtu (9/1/2021). Dalam kurun itu, tim gabungan mengevakuasi 324 kantong jenazah, 68 serpihan kecil pesawat, 55 serpihan besar pesawat, dan rekaman data penerbangan atau FDR.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan penghentian operasi pencarian dan penyelamatan itu di Dermaga JICT 2 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis sore. ”Dengan berbagai pertimbangan, tim memutuskan mengakhiri operasi pencarian dan penyelamatan. Namun, kami berkomitmen tetap melakukan upaya dengan melanjutkan pemantauan yang dipimpin KNKT dalam upaya menemukan CVR sehingga analisis yang dilakukan akan paripurna,” tutur Budi.
Operasi pemantauan secara aktif berpusat di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Kepolisian Negara RI, Badan SAR Nasional (Basarnas), dan unsur-unsur lain tetap terlibat di dalamnya.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyampaikan bahwa operasi lanjutan sebagai tanggung jawab dalam upaya investigasi penyebab kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182. ”Kami masih terus mencari CVR yang sampai hari ini belum ditemukan. Apabila dalam operasi ada penemuan jasad korban, akan dilaporkan untuk identifikasi oleh Tim DVI,” katanya.
Operasi pencarian dan penyelamatan melibatkan 4.300 personel, 62 kapal laut, dan 15 pesawat. Tim gabungan berupaya maksimal siang dan malam sampai berakhirnya operasi.
Kepala Basarnas Marsekal Pertama Bagus Puruhito menyebutkan, penghentian berlanjut pemantauan itu berdasarkan evaluasi pelaksanaan operasi, pertimbangan tektis, hasil temuan di tempat kejadian, efektivitas, pertemuan dengan keluarga korban, dan masukan dari tim di lapangan. ”Di kemudian hari, Basarnas akan menindaklanjuti laporan dari masyarakat yang melihat dan menemukan diduga bagian dari korban ataupun korban,” ujarnya.
TNI AL menyiagakan enam kapal perang di perairan Kepulauan Seribu untuk operasi pemantauan secara aktif. Panglima Komando Armada I Laksamana Muda Abdul Rasyid mengerahkan penyelam hingga KRI Rigel-933.
Jumat (22/1/2021) pukul 06.00, akan berlangsung prosesi tabur bunga di sekitar Pulau Lancang dengan KRI Semarang-594. Sebanyak 50 perwakilan keluarga korban akan terlibat prosesi itu.