Kepatuhan yang Melonggar di Pekan Kedua Pembatasan Kegiatan Warga
Warga di perbatasan wilayah Jakarta, Bogor, dan Depok kerap mengendurkan kepatuhan protokol kesehatan di tengah pembatasan kegiatan publik. Lonjakan kasus Covid-19 belum menggugah kewaspadaan warga.
Oleh
Aditya Diveranta dan Johanes Galuh Bimantara
·4 menit baca
Rendahnya kepatuhan protokol kesehatan tampak di sepanjang ruas Jalan Raya Jakarta-Bogor, seperti tampak pada Selasa (19/1/2021). Sebagian pengendara dan pejalan kaki yang melintas di sana kerap melepas atau mengendurkan masker. Hal serupa terlihat di Jalan Raya Cibubur yang terhubung dengan ruas Jalan Raya Jakarta-Bogor.
Yanto (50), warga RW 009 Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur, menyebutkan, pengawasan protokol kesehatan di lingkungannya lebih kendur sejak akhir 2020. Periode pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada 11-25 Januari yang disebut lebih ketat juga tidak berbeda dengan saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi. Memasuki pekan kedua PPKM kali ini pun, kedisplinan mematuhi protokol kesehatan cenderung kian melonggar.
”Operasi masker juga biasanya cuma sebentar di waktu pagi saja,” kata Yanto.
Aji (36), pedagang di Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengatakan kalau pasar beroperasi hingga malam hari. Tidak ada pembatasan jam operasionalisasi dan pengawasan protokol kesehatan di kawasannya itu. Pedagang dan pembeli kerap berkumpul tanpa menjaga jarak fisik.
Jangan-jangan, kendurnya protokol kesehatan berdampak pada penambahan kasus positif aktif.
Kendurnya protokol kesehatan juga dirasakan Ade (28), warga Depok, Jawa Barat. Sejumlah tetangga di lingkungannya kian sering bepergian saat lonjakan kasus Covid-19 sedang tinggi. ”Orang-orang kayaknya sudah capek dan stres, butuh hiburan. Akhirnya ada yang makin sering pergi keluar, lebih sering beraktivitas di luar,” katanya saat dihubungi Selasa siang.
Sikap abai warga itu seiring dengan terus tingginya jumlah kasus positif aktif Covid-19 di Jakarta, Depok, dan Bogor sejak memasuki 2021. Menurut situs resmi tiap pemerintah daerah, Jakarta hingga 19 Januari memiliki 21.679 kasus positif aktif, Bogor 1.224 kasus, serta Depok 4.406 kasus aktif.
Di Depok, rata-rata kasus positif dalam sepekan mencapai 30 persen. Sementara di Jakarta, rata-rata kasus positif sepekan terakhir 18,9 persen menurut situs corona.jakarta.go.id. Untuk itu, Sekretaris Daerah DKI Jakarta Marullah Matali menekankan, penanganan pandemi Covid-19 akan menjadi prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
”Selain menyebarluaskan vaksin, pendidikan masyarakat juga tetap sangat penting. Tanpa keterlibatan masyarakat menerapkan protokol kesehatan, akan sulit bagi Jakarta untuk keluar dari situasi pandemi,” kata Marullah (Kompas.id, 19/1/2021).
Suryono Herlambang, peneliti senior Center for Metropolitan Studies (Centropolis), pusat kajian perkotaan Universitas Tarumanagara, menyatakan, menurut analisis tim Centropolis, sebagian wilayah pinggiran kota memiliki kasus positif aktif lebih tinggi daripada pusat kota Jakarta. Dari kecenderungan itu, mesti ada penyelidikan dan evaluasi pelaksanaan protokol kesehatan di sana. ”Jangan-jangan, kendurnya protokol kesehatan berdampak pada penambahan kasus positif aktif,” ujarnya.
Data kasus positif aktif di Kelurahan Cibubur, Ciracas, misalnya, per 18 Januari, memiliki 123 kasus positif aktif. Begitu pula Kelurahan Cijantung, Pasar Rebo, memiliki 118 kasus positif aktif. Di Jakarta, sudah ada lebih dari 50 kelurahan yang setidaknya memiliki 100 kasus positif aktif.
Suryono menambahkan, evaluasi pelaksanaan protokol kesehatan harus berbasis data statistik yang telah dihimpun pemerintah. Evaluasi berbasis data ini dapat memperbaiki strategi penanganan Covid-19.
Kampung Tangguh Jaya
Upaya membangun kesadaran dan partisipasi warga mencegah penularan Covid-19 memang menjadi kewajiban semua pihak, termasuk warga itu sendiri. Akan tetapi, butuh dorongan agar warga tergerak taat protokol kesehatan serta mau menjalani tes dan perawatan saat terinfeksi virus korona jenis baru.
Kepolisian Daerah Metro Jaya berupaya mendorong warga berdaya mengendalikan penularan Covid-19 dengan membentuk Kampung Tangguh Jaya.
”Berdasarkan data setelah didirikan Kampung Tangguh Jaya, setiap bulannya tidak ada penambahan terkonfirmasi positif Covid-19, dan setiap harinya ada peningkatan jumlah yang sembuh,” kata Kepala Kepolisian Sektor Serpong, Kepolisian Resor Tangerang Selatan, Komisaris Supriyanto dalam keterangan, kemarin.
Supriyanto memaparkan, sejak Maret hingga Desember (sebelum penerapan Kampung Tangguh Jaya/KTJ), ada 38 orang di RW 002 Kelurahan Serpong, Tangsel, Banten, yang positif Covid-19, dengan 26 orang sembuh dan 4 orang meninggal. Setelah menjadi KTJ, kasus terus turun. Di Januari ini, warga yang terpapar Covid-19 menjadi 10 orang, sedangkan warga yang sembuh 2 orang sehingga yang menjalani isolasi mandiri sekarang 8 orang.
RW 002 Serpong yang memiliki delapan RT menjadi salah satu KTJ di wilayah hukum Polda Metro Jaya karena penyebaran Covid-19 di sana tergolong tertinggi di Serpong. Serpong dengan 8 RW dan 51 RT juga salah satu zona merah penyebaran Covid-19 di Tangsel.
Program KTJ dicetuskan Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal M Fadil Imran. Lewat KTJ, Fadil mendorong warga agar tidak enggan mengikuti tes cepat ataupun tes reaksi rantai polimerase (PCR) sehingga yang positif dan tanpa gejala bisa segera diisolasi, yang bergejala dirawat. Ujungnya menekan risiko penularan lebih luas. ”Jumlah KTJ saat ini 203 kampung, dan akan terus bertambah,” ujarnya, pekan lalu.