Masa pembatasan kegiatan tidak banyak mengubah rutinitas warga di perbatasan Kota Jakarta, Bogor, dan Depok. Lonjakan kasus Covid-19 tidak membuat warga lebih waspada.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penegakan protokol kesehatan oleh warga di perbatasan wilayah kota Jakarta, Bogor, dan Depok masih lemah meski ada pembatasan kegiatan masyarakat. Lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi tidak meningkatkan kewaspadaan mereka.
Berdasarkan pantauan Kompas, Selasa (19/1/2021), rendahnya kepatuhan protokol kesehatan tampak di sepanjang ruas Jalan Raya Jakarta-Bogor. Sebagian pengendara dan pejalan kaki yang melintas di sana kerap melepas atau mengendurkan penggunaan masker.
Hal serupa juga terlihat di Jalan Raya Cibubur yang terhubung dengan ruas Jalan Raya Jakarta-Bogor. Sejumlah warga yang beraktivitas tanpa masker itu tampak melintas bebas dari pengawasan petugas berwajib.
Yanto (50), warga RW 009 Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur, menyebutkan pengawasan protokol kesehatan di lingkungannya lebih kendur sejak periode akhir 2020. Periode pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang disebut-sebut lebih ketat juga tidak banyak berbeda dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.
”PPKM enggak terlalu berubah dengan PSBB transisi kemarin. Orang yang lepas masker saat berkendara sepertinya sudah biasa. Operasi masker juga biasanya cuma sebentar di waktu pagi saja,” kata Yanto.
Di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, warga tanpa beban melepas masker saat beraktivitas sehari-hari. Sebagian warga di Pasar Cileungsi, misalnya, tampak tidak memakai masker hingga Selasa siang.
Aji (36), pedagang setempat, mengatakan, pasar beroperasi hingga malam hari. Tidak ada pembatasan jam operasional dan pengawasan protokol kesehatan di kawasan itu. Pedagang dan pembeli kerap berkumpul tanpa jaga jarak fisik. ”Dari akhir tahun (2020), aktivitas lapak jalan seperti biasa. Ada stok sayur yang datang malam, pedagang juga masih berkegiatan di sini,” ujarnya.
Kendurnya protokol kesehatan juga dirasakan Ade (28), warga Depok, Jawa Barat. Sejumlah tetangga di lingkungannya kian sering bepergian saat lonjakan kasus Covid-19 sedang tinggi. ”Orang-orang kayaknya sudah capek dan stres, butuh hiburan. Akhirnya ada yang semakin sering pergi keluar, lebih sering aktivitas di luar,” katanya saat dihubungi Selasa siang.
Sementara itu, jumlah kasus positif aktif Covid-19 di Jakarta, Depok, dan Bogor terus tinggi sejak memasuki tahun 2021. Menurut situs resmi masing-masing pemerintahan, Jakarta hingga 19 Januari memiliki 21.679 kasus positif aktif, Bogor 1.224 kasus, dan Depok 4.406 kasus aktif.
Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok Dadang Wihana menyebutkan, rata-rata kasus positif sepekan terakhir di wilayahnya kini mencapai 30 persen. ”Jumlah itu tinggi karena pemerintah gencar melakukan tes dan pelacakan kasus,” ujar Dadang seperti dilaporkan Kompas.com.
Sementara di Jakarta, rata-rata kasus positif sepekan terakhir mencapai 18,9 persen menurut situs corona.jakarta.go.id. Sekretaris Daerah DKI Jakarta Marullah Matali sebelumnya menekankan, penanganan pandemi Covid-19 akan menjadi prioritas Pemprov DKI Jakarta.
”Selain menyebarluaskan vaksin, pendidikan masyarakat juga tetap sangat penting. Tanpa keterlibatan masyarakat menerapkan protokol kesehatan akan sulit bagi Jakarta untuk keluar dari situasi pandemi,” kata Marullah.
Suryono Herlambang, peneliti senior Center for Metropolitan Studies (Centropolis), pusat kajian perkotaan Universitas Tarumanagara, menyatakan kedisiplinan protokol kesehatan harus berlangsung secara merata di seluruh wilayah. Hal ini karena ada kecenderungan protokol kesehatan mengendur di wilayah pinggiran dan perbatasan kota.
Menurut analisis tim Centropolis, sebagian wilayah pinggiran kota memiliki kasus positif aktif lebih tinggi daripada pusat kota Jakarta. Dari kecenderungan itu, mesti ada penyelidikan dan evaluasi terhadap pelaksanaan protokol kesehatan di sana. ”Jangan-jangan, kendurnya protokol kesehatan turut berdampak pada penambahan kasus positif aktif,” ujarnya.
Data kasus positif aktif di Kelurahan Cibubur, Ciracas, misalnya, per 18 Januari memiliki 123 kasus positif aktif. Begitu pula Kelurahan Cijantung, Pasar Rebo, memiliki 118 kasus positif aktif. Di Jakarta, sudah ada lebih dari 50 kelurahan yang setidaknya memiliki 100 kasus positif aktif.
Suryono menambahkan, evaluasi pelaksanaan protokol kesehatan harus berbasis data statistik yang telah dihimpun pemerintah. Evaluasi berbasis data ini juga dapat memperbaiki strategi penanganan Covid-19.