Dugaan Penyebab Banjir Bandang Gunung Mas karena Longsor di Hulu
Hujan lebat diduga memicu longsor di kawasan hulu Curug Cisampai, sekitar 4 kilometer dari permukiman warga.
Oleh
AGUIDO ADRI/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Banjir bandang di kawasan Gunung Mas di Desa Tugu Selatan, Cisarua, Kabupaten Bogor, Selasa (19/1/2021) pagi, setidaknya membuat 400 keluarga mengungsi. Itu data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor hingga Selasa malam. Sejauh ini, banjir bandang diduga karena longsor di kawasan hulu, di Curug Cisampai.
Salah satu penyintas, Iis Hapsoh (42), warga Kampung Rawa Dulang, mengisahkan, sekitar pukul 09.00 ia kaget mendengar gemuruh keras. Awalnya, ia tak terlalu memedulikan suara itu. Namun, suara semakin keras dan terasa semakin dekat. Tak lama, suara gemuruh berpadu dengan teriakan warga.
”Hujan dari Minggu, lalu Senin seharian sempat deres lama. Hingga Selasa juga masih hujan. Nah, pagi Selasa, saya dengar seperti ada suara gemuruh, kok tapi aneh makin besar suaranya. Lalu ada teriakan warga, teriak Allahu Akbar... teriakan untuk lari. Saat keluar, saya panik lihat air melimpah dan meluber ke jalan. Aman, kami tidak apa-apa,” kata Iis di pondok pengungsian milik PTPN VIII.
Iis melanjutkan, banjir bandang terjadi setidaknya empat kali. Setelah pukul 09.00, banjir sempat mereda. Lalu, banjir kembali datang pada pukul 10.00. Setelah mereda, banjir kembali datang berturut sekitar pukul 11.00 dan sekitar pukul 13.00.
Banjir bandang tidak hanya membawa material lumpur, potongan pohon, tetapi juga ternak, seperti kambing dan sapi. Mereka ikut terbawa arus deras air yang keruh.
Wawah Winardi (65), pengungsi lainnya, menuturkan, banjir bandang membuat rumahnya dan rumah warga lainnya terdampak. Meski tidak menimbulkan kerusakan parah, ia beserta keluarga harus mengungsi. ”Takutnya hujan deras lagi dan ada banjir susulan. Jadi, kami diminta untuk mengungsi,” katanya.
Saat ini, Wawah dan Iis bersama warga lainnya mengungsi di pondok milik PTPN VIII. Setiap pondok diisi dua hingga tiga keluarga untuk mengurangi risiko Covid-19.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor Asnan mengatakan, kawasan dekat Villa Ever Green yang dilewati aliran anak Sungai Ciliwung Hulu itu memang rawan bencana. Di sempadan sungai juga terpantau banyak bangunan.
Ia mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab banjir bandang. Pihaknya menurunkan tim untuk meninjau lokasi dan meneliti lebih lanjut penyebab terjadi banjir. ”Banjir ini, kan, penyebabnya banyak faktor. Bisa cuaca ekstrem atau kondisi lahan yang berubah. Kami cek dulu di lapangan,” ujar Asnan.
Penanganan banjir di kawasan Puncak, lanjut Asnan, juga tidak bisa diserahkan sendiri ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor. Sebab, pengelolaan di kawasan Puncak dan Daerah Aliran Sungai Ciliwung itu melibatkan berbagai instansi. Pengelolaan hutan berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pengelolaan tanah agraria berada di bawah Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, dan sebagainya.
Dugaan penyebab
Ahli Tata Ruang Institut Pertanian Bogor Ernan Rustandi mengatakan, dalam berbagai kajian yang dibuatnya menemukan bahwa terjadi inkonsistensi tata ruang Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan. Artinya, yang direncanakan di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) berbeda dengan fakta di lapangan.
Padahal, kata dia, kedua desa itu sangat krusial dijaga tata ruangnya. Itu karena keduanya merupakan bagian dari DAS Hulu Ciliwung. ”Tata ruang yang keliru turut berkontribusi terhadap potensi bencana, seperti banjir dan longsor,” ujarnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor Raya Alfajar mengatakan, evakuasi mengutamakan keselamatan warga lebih dulu serta memastikan warga yang mengungsi tidak bertumpuk dan protokol kesehatan selalu dijalankan.
”Untuk kebutuhan dasar, seperti makan, selimut, pakaian, dan dapur umum, tersedia dan siap untuk warga. Tidak ada korban jiwa dan tidak ada luka-luka. Hanya tadi ada dua yang sesak napas. Sudah kami bawa ke rumah sakit. Jadi, untuk yang terdampak ada empat RT dan dua RW, sekitar 474 keluarga,” kata Raya.
Raya melanjutkan, hujan deras membuat Sungai Cisampai meluap. Longsor menyebabkan material lumpur tumpah dengan material kayu ke badan sungai sehingga membuat Sungai Cisampai tersumbat dan semakin meluap.
Dugaan awal kejadian banjir bandang karena longsor di Curug Cisampai di kaki Gunung Pangrango. Longsoran itu tertahan dan ketika ada hujan deras, material lumpur terbawa. ”Kami belum bisa memastikan seperti apa. Kami juga belum bisa ke lokasi yang berjarak sekitar 4 kilometer,” lanjutnya.
Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan mengatakan, untuk sementara warga dilarang kembali ke rumah sampai situasi aman. Kondisi cuaca dinilai masih mengkhawatirkan.
Data sementara, kata Iwan, ada tiga rumah rusak berat. Selain itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk melihat kondisi konstruksi tanah dan penyebab banjir bandang ini..