Mayoritas Temuan Jasad Korban Sriwijaya Air SJ-182 Telah Diperiksa
Hingga sepekan setelah kejadian jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC, proses identifikasi jenazah korban masih berlangsung. Jenazah yang sudah teridentifikasi segera diserahkan kepada keluarga.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim Identifikasi Korban Bencana Polri menerima 162 kantong jenazah korban Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC per Sabtu (16/1/2021) pukul 01.00. Dari jumlah itu, 152 kantong sudah diperiksa. Proses identifikasi korban masih berlanjut. Tercatat sudah 206 bagian tubuh yang diperiksa dari 306 bagian tubuh yang diterima.
Selain itu, tim Identifikasi Korban Bencana (Disaster Victim Identification/DVI) Polri juga menerima 74 kantong properti dan 288 sampel DNA (deoxyribonucleic acid). Sejak Jumat malam, sampel DNA dari semua penumpang Sriwijaya Air dinyatakan lengkap. Adapun total penumpang pesawat itu berjumlah 62 orang.
”Saat ini kami sedang memperdalam seluruh data. Sampel DNA yang kami terima cukup banyak. Mohon doa restunya. Kami akan akselerasi pemeriksaan hari ini dan seterusnya sehingga bisa mengidentifikasi korban-korban lain,” kata Komandan DVI Polri Komisaris Besar Hery Wijatmoko, di Jakarta, Sabtu siang.
Proses identifikasi bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, seperti Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Sriwijaya Air, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil Kementerian Dalam Negeri, serta PT Jasa Raharja (Persero).
Hingga Jumat malam, sudah 17 jenazah yang teridentifikasi. Keluarga korban akan segera menerima santunan yang disampaikan negara melalui Jasa Raharja.
”Kami mendapat perintah dari Presiden untuk memberikan santunan secepat-cepatnya. Tidak lebih dari 1 x 24 jam (setelah jenazah teridentifikasi). Kemarin (Jumat), ada 16 (keluarga korban) yang sudah kami berikan (santunan). Tinggal satu keluarga korban lagi. (Santunan) akan kami berikan hari ini sebelum pukul 17.00,” kata Direktur Operasional Jasa Raharja Amos Sampetoding.
Ada empat jenazah yang diserahkan kepada keluarga pada Sabtu siang ini. Keempatnya adalah Ihsan Adhlan Hakim (33), Pipit Piyono (23), Agus Minarni (47), dan Isti Yudha Prastika (34).
Jenazah Ricko (32) dan Fadly Satrianto (38) telah lebih dulu diserahkan kepada keluarga, Jumat. Ricko adalah penumpang, sedangkan Fadly kopilot Sriwijaya Air.
”Mudah-mudahan ke depan kami bisa mengidentifikasi kembali. Tentunya ini menjadi harapan besar bagi keluarga korban untuk bisa membawa pulang jenazah,” ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono, Jumat malam.
Menurut Kepala Laboratorium dan Klinik Odontologi Kepolisian (LKOK) Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Komisaris Besar drg Luh Ike Kristianti, catatan gigi korban akan sangat membantu proses identifikasi. Namun, catatan gigi yang diterima tim tergolong minim.
Catatan gigi yang dimaksud di antaranya foto gigi, tampak gigi, dan yang terpenting hasil rontgen panoramic. Foto korban saat masih hidup yang menunjukkan gigi pun bisa digunakan. Tujuannya untuk mencari ciri khas gigi yang dimiliki korban.
Ike mengatakan, dari 62 penumpang, pihaknya hanya menerima 29 foto gigi. Jumlah rontgen panoramic yang diterima hanya 15.
”Ini data yang sangat minim. Rekam medis korban dibutuhkan. Catatan gigi, misalnya, pernah melakukan perawatan gigi di mana, apa perawatannya, dan sebagainya,” kata Ike.
Ia mengajak semua pihak bekerja sama, termasuk asosiasi profesi dan dokter gigi di semua daerah. Jika nama korban pernah menjadi pasien mereka, Ike berharap pihak terkait dapat memberikan rekam medis korban.
”Gigi juga berperan penting karena merupakan bahan identifikasi selain sidik jari dan DNA. Karakter gigi unik dan relatif kuat. Gigi tahan panas dan benturan dalam kondisi tertentu,” tutur Ike.