Tim Gabungan Kenali Identitas 12 Jenazah Penumpang Sriwijaya Air SJ-182
Tim Identifikasi Korban Bencana mengenali enam jenazah korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Identitas seorang pramugari dan lima penumpang ini menambah jumlah jenazah yang teridentifikasi menjadi 12 orang.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim yang tergabung dalam tim Identifikasi Korban Bencana (Disaster Victim Identification/DVI) mengenali identitas enam orang yang ada di dalam pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Mereka adalah lima penumpang dan seorang pramugari. Adapun pengenalan identitas mereka berdasarkan rekam sidik jari dan pencocokan sampel DNA (deoxyribosenucleic acid).
Jumlah itu menambah total korban yang dikenali menjadi 12 orang. Adapun enam jenazah yang baru dikenali atas nama Ricko (32), Ihsan Adlan Hakim (33), Yohanes Suherdi (37), Pipit Priyono (23), Supianto (37), dan Mia Tresetyani (23). Mia diketahui sebagai pramugari dalam pesawat itu.
Identitas Ricko dan Pipit terdeteksi lewat pencocokan sampel DNA, sedangkan yang lainnya terdeteksi lewat rekam sidik jari. Sampel DNA Ricko diketahui sebagai keturunan biologis dari Demianus Mahulette, sedangkan Pipit adalah keturunan biologis dari Mujar. Kedua data identitas ini sesuai dengan sampel yang dihimpun dari keluarga sebelumnya.
”Kami mendapat tiga sampel DNA yang saat pencocokan ternyata mengarah pada identitas dua korban tersebut. Sementara sisa identitas lainnya juga kami himpun lewat rekam sidik jari,” tutur Kepala Laboratorium DNA Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Komisaris Besar Ratna, di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Kamis (14/1/2021).
Proses identifikasi jenazah korban tidak bisa tergesa-gesa lantaran situasi pandemi Covid-19. Petugas menghindari potensi paparan Covid-19 dari jenazah di ruang forensik. Saat pengambilan sampel dari jasad korban juga tidak boleh terlalu lama dan banyak orang.
Sementara itu, kondisi jasad korban di posko postmortem saat ini sangat beragam. Sebagian besar jasad yang diterima tidak dapat diambil sampel DNA-nya. Ukuran jasad yang terlalu kecil juga menyulitkan pengambilan sampel. ”Sejauh yang kami terima, kondisi jasad di posko postmortem sangat beragam dan tidak semuanya laik untuk diambil sampel. Tim ahli terus memilah bagian jasad mana saja yang bisa dipakai untuk keperluan identifikasi,” ujar Kepala Tim Rekonsiliasi Pusdokkes Polri Komisaris Besar Agung Widjajanto.
Selain itu, tidak semua jasad bisa diperiksa melalui metode rekam sidik jari. Tim terus mengupayakan identifikasi jenazah lewat cara lain, misalnya lewat properti yang telah terkumpul dari lokasi kejadian. Properti itu akan dicocokkan dengan keterangan dari keluarga.
Hingga Kamis pukul 17.00, tim gabungan telah mengumpulkan 139 kantong jenazah dan 46 kantong properti. Tim juga telah mengumpulkan sampel DNA dari keluarga yang mengarah pada 59 korban. Ada tiga keluarga lagi yang belum mengirimkan sampel DNA untuk identifikasi jenazah korban.
Selanjutnya, tim akan mengidentifikasi seluruh jasad yang terkumpul di rumah sakit. ”Tim berkomitmen untuk kerja secara maksimal. Kami akan memberikan kepastian kepada keluarga korban,” ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 PK-CLC rute Jakarta-Pontianak, Kalimantan Barat, hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40. Pesawat diduga kuat jatuh di perairan Kepulauan Seribu antara Pulau Lancang dan Pulau Laki di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.
Hingga Kamis, total terdapat 12 jenazah yang telah teridentifikasi. Selain enam jenazah yang dikenali pada Kamis, ada Indah Halimah Putri (26), Agus Minarni (47), Khasanah (50), Fadly Satrianto (38), Asy Habul Yamin (36), dan Okky Bisma (29). Fadly diketahui adalah seorang kopilot pesawat, sedangkan Okky Bisma dan Mia Tresetyani adalah pramugara dan pramugari di dalam pesawat.